Muhammadiyah – Ibadah Haji dan Qurban mengajarkan banyak hal. Dari keteladanan sampai kebersamaan dalam persatuan dan kesatuan umat. Makna ini harus difahami, dan juga direalisasikan.
Demikian salah satu tema dalam khutbah idul Adha 1444 H yang disampaikan khatib Drs. H. Agus Tri Sundani SHI MSI. Kegiatan ini dilaksanakan di Jakarta Masjid Rabbani BSD, Tengerang Selatan, Rabu (28/06/2023).
“Disebutkan dalam Alquran, jika sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal, Alquran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya, dan menjelaskan segala sesuatu dan sebagai pentunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman,” kata khatib saat mengutip ayat QS. Yusuf : 111.
Kisah penting syarat makna digelar dalam kehidupan umat manusia. Yakni peristiwa perjalanan hidup Nabi Ibrahim As, Siti Hajar, bersama putrannya Isma’il As. Kisah dan pengorbanan ini selalu diulang setiap tahun untuk diteladani.
Kisah ini juga menjawab akan ada seorang pejuang, Nabi Ibrahim. Cobaan yang diberikan demikian luar biasa. Setelah sekian lama menunggu mempunyai anak, namun saat kemudian mendapatkannya, diminta untuk dikurbankan.
Anak ini kemudian menjadi luar biasa, bukan anak sembarang anak. Tetapi anak yang sesuai dengan cita-cita dan perjuangannya, yakni anak yang shaleh, anak yang mempunnyai kepribadian sebagai manusia berakhlaq, beriman dan bertaqwa pada Allah Swt. Dialah Ismail,
Demikian Nabi Ibrahim dan Ismail As, membuktikan keimanan dan kecintaan serta ketaatan pada Allah, sehingga Allah menggantinya dengan kenikmatan yang tiada tara yaitu seekor sembelihan domba yang besar. Dan peristiwa inilah yang melatarbelakangi di syari’atkannya ibadah qurban yang senantiasa kita laksanakan saat ini.
Di bagian lain, ada hikmah dari Qurban yakni mengajarkan untuk bersikap dermawan, tidak tamak, rakus dan serakah. Qurban mendidik kita untuk peduli dan mengasah sikap sosial.
Termasuk juga, ibadah haji merupakan ibadah yang syarat makna. Ibadah haji mengajarkan persamaan, kehormatan dan lain-lain. Seperti rangkaian ibadah haji yang dimulai dari miqod, yaitu niat melaksanakan haji, pada saat itu pakaian yang sebelumnya terdiri dari berbagai model dan warna, harus ditanggalkan dan diganti dengan pakaian ihram.
Thawaf memberikan pelajaran bahwa kita ummat manusia hendaknya selalu bergerak dan beraktifitas, membangun kebersamaan, kedamaian, kesejahteraan, untuk menuju masyarakat Islam yang sebenar-benaranya adil makmur dan diridhai Allah Swt. berdasarkan apa yang telah digariskan oleh Allah Swt dan Rasul-Nya dan hanya dengan tujuan mencari ridha Allah.
Kemudian wukuf di Arafah dan inilah puncak ibadah haji, wukuf berarti berhenti, sedang Arafah berarti mengenal dengan pasti, mengenal dan menyadari jati dirinya. Sebelum wukuf Jamaah haji menginap di Mina untuk berdzikir dan merenungkan jati dirinya dari mana berasal, dan kemana akan kembali, sehingga menemukan ke arifan. Pada tahap ini jamaah haji diharapkan menemukan kearifan , menjadi manusia yang arif dan bijaksana. Dan setiap gerak langkahnya senantiasa didasari pengetahuan yang mendalam sehingga tidak menimbulkan kerusakan yang merugikan orang lain. (HT)