Nilai-Nilai Pendidikan dan Kemanusiaan dalam Ibadah Qurban
Oleh : Immawan Wahyudi
الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَه لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
Jama’ah Shalat ”id al-Adha rahimakumullah, marilah kita senantiasa menyegarkan kesaksian kita bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad Saw adalah Nabi dan utusan Allah, serta tidak ada Nabi sesudah beliau. Marilah kita senantiasa menyampaikan rasa syukur kita kehadirat Allah, atas segala ni’mat yang telah dikaruniakan kepada kita, khususnya keni’matan iman dan Islam. Dengan syahadah dan rasa syukur yang selalu kita segarkan semoga dapat menjadi jalan bagi kita untuk meraih status sebagai hamba-hamba Allah yang muttaqien. Amien.
Pada hari ini, ummat Islam di dunia sedang bersama-sama merunut kembali sejarah perjuangan Nabiyullah Ibrahim ‘alaihis salaam dan putra tercintanya Nabiyullah Isma’il ‘alaihis salaam dalam berjuang menegakkan aqidah dan syari’ah Islam. Sebagian dari kita ada yang diberi kenikmatan dari Allah untuk dapat menunaikan ibadah haji. Kepada mereka kita do’akan agar sepulangnya para hujjaj ke tanah air telah benar-benar jadi haji mabrur, sehingga dengan kemabruran haji mereka akan menjadi tambahan kekuatan baru dalam menciptakan ‘izzul Islam wa al-muslimiin (kejayaan Islam dan kejayaan Ummat Islam) dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuur (negara yang indah dan damai dan penuh dengan ampunan Allah). Amien. Harapan ini sangat wajar karena tidak lepas dari jaminan Rasulullah Saw sendiri yang bersabda; Yang artinya; “Dan haji yang mabrur itu, tidak ada balasannya kecuali surga (H. R. Bukhari – Muslim
Sebagian besar diantara ummat Islam belum mampu melakukan ibadah qurban apalagi ibadah haji. Namun itu semua tidak akan menghalangi kita untuk meraih cita-cita menjadi orang yang muttaqin. Hal itu dapat terlaksana apabila dengan serba keterbatasan kita itu, kita tetap sabar dalam menjalankan segala ketaatan kepada Allah, sabar dalam menerima ketentuan-ketentuan yang telah diberikan Allah dan sabar apabila kita menerima musibah atau cobaan dalam hidup. Bahkan sebagian dari Saudara-saudara kita, yang jumlahnya puluhan ribu sedang mengalami musibah. Kita doakan mereka tetap sabar dan istiqamah dikeluarkan oleh Allah dari berbagai musibah. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَمَنْ يُّهَا جِرْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ يَجِدْ فِى الْاَ رْضِ مُرٰغَمًا كَثِيْرًا وَّسَعَةً ۗ وَمَنْ يَّخْرُجْ مِنْۢ بَيْتِهٖ مُهَا جِرًا اِلَى اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ ثُمَّ يُدْرِكْهُ الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ اَجْرُهٗ عَلَى اللّٰهِ ۗ وَكَا نَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا
“Dan barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka akan mendapatkan di Bumi ini tempat hijrah yang luas dan (rezeki) yang banyak. Barang siapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh, pahalanya telah ditetapkan di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. An-Nisa’ 4: Ayat 100)
Allahu Akbar – Allahu Akbar – Laailaaha illallahu Allahu Akbar – Allahu Akbar walillaahi al-hamdu. Jama’ah ‘Ied al-Adha rahimakumullah, pada hari yang suci dan mulia ini, mari kita buka kembali apa hakikat yang terkandung dalam pendidikan dari sejarah para Rasul dan Nabi. Diantara hakikat yang dapat kita baca adalah firman Allah dalam surat Huud ayat 120 Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَكُلًّا نَّقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ اَنْۢبَآءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهٖ فُؤَادَكَ ۚ وَجَآءَكَ فِيْ هٰذِهِ الْحَـقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَّذِكْرٰى لِلْمُؤْمِنِيْنَ
“Dan semua kisah rasul-rasul, Kami ceritakan kepadamu (Muhammad), agar dengan kisah itu Kami teguhkan hatimu; dan di dalamnya telah diberikan kepadamu (segala) kebenaran, nasihat, dan peringatan bagi orang yang beriman.(QS. Hud 11: Ayat 120)
Dengan membaca dan menghayati sejarah perjuangan Nabiyullah Ibrahim ‘alaihis salaam dan Isma’il ‘alaihis salaam dan demikian pula para Rasul dan Nabi Allah lainnya hendaknya benar-benar dapat kita petik hikmahnya yakni : 1) bertambah kuatnya iman dan taqwa kita kepada Allah, 2) bertambahnya keteguhan hati kita untuk menjadikan al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai sumber inspirasi dan sumber motivasi hidup secara baik dan benar, 3) menempatkan peri kehidupan para Rasul dan Nabi Allah sebagai suri tauladan dan sekaligus sebagai peringatan yang harus senantiasa kita perhatikan.
Allahu Akbar – Allahu Akbar – Laailaaha illallahu Allahu Akbar – Allahu Akbar walillaahilhamdu.
Jama’ah shalat Ied rahimakumullah. Informasi mengenai perjuangan Nabiyullah Ibrahim ‘alaihis salaam dan putranya Nabi Isma’il ‘alaihis salaam antara lain dapat kita baca dalam surat ash-Shaaffaat ayat 100 – 111. Semua itu menjadi dasar falsafah kehidupan yang tidak akan habis-habisnya ditimba hikmahnya untuk kita jadikan suri tauladan, terutama ayat 100 – 102, di mana Allah Swt. berfirman;” Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
رَبِّ هَبْ لِيْ مِنَ الصّٰلِحِيْنَ * فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَا لَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْۤ اَرٰى فِى الْمَنَا مِ اَنِّيْۤ اَذْبَحُكَ فَا نْظُرْ مَا ذَا تَرٰى ۗ قَا لَ يٰۤاَ بَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِيْۤ اِنْ شَآءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ
“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang saleh.” Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”(As-Saffat:100-102)
ù xSebagai sumber inspirasi dan sumber motivasi ayat tersebut tidak akan pernah basi dan selalu sejalan dengan zaman di mana ummat manusia menyaksikannya. Diantara falsafah hidup yang dapat kita petik dari ayat itu antara lain adalah bahwa dasar pertama dan utama seorang pemimpin termasuk pemimpin dalam rumah tangga agar ditaati adalah kuat dan bersihnya ketauhidan. Meski Nabi Ibrahim demikian cintanya kepada Nabi Isma’il yang digambarkan demikian gagah, ganteng dan mempesona dan meskipun perintah Allah hanya melalui mimpi, tetapi atas dasar kecintaan Ibrahim terhadap Allah melebihi cintanya kepada siapapun dan apapun maka perintah itupun ia sampaikan dan ia laksanakan dengan baik.
Kedua, meskipun itu jelas perintah dari Allah, namun karena menyangkut hidup mati seseorang, yang pada hakikatnya juga hak yang telah diberikan kepada setiap insan dan dijamin harkat dan martabata kemuliaannya oleh Allah bagi setiap manusia, maka Ibrahim ‘alaihis salaam memberikan kesempatan dialog secara demokratis penuh dengan suasana kedamaian dan kesejukan berkomunikasi.
Ketiga, meskipun diberi kabar yang sesungguhnya sangat mengejutkan dan menyakitkan, akan tetapi karena ketaatannya kepada Allah, Nabi Isma’il ‘alaihis salaam tidak ragu sedikitpun untuk menerima wahyu itu. Apalagi cara ayahnya menyampaikan juga penuh dengan kasih sayang sebagai penghargaan atas harkat dan martabatnya bukan sekadar sebagai anak tetapi juga sebagai manusia, hamba Allah. Inillah pendidikan yang utuh yang diterapkan Nabi Ibrahim “alaihis salam.
Alangkah indahnya keluarga yang dibangun Nabi Ibrahim . Sekiranya kehidupan keluarga ummat Islam dewasa ini dapat meneladani kehidupan keluarga semacam ini, niscaya kekerasan, kejahatan, fitnah, caci maki dan kerusuhan tidak akan lahir dalam lingkungan kehidupan kita. Sebab agama diujudkan dalam kenyataan: yang tua atau yang punya kekuasaan akan sangat memikirkan dan mencintai secara sungguh-sungguh kepada yang lebih muda atau kepada yang menjadi rakyatnya. Sebaliknya yang muda atau rakyat tidak akan menggunakan akal yang tidak sehat untuk menggunakan dalil-dalil demokrasi atau apapun namanya hanya sekadar mencari alasan agar lepas dari tanggung jawab sebagai warga masyarakat.
Allahu Akbar – Allahu Akbar – Walillaahilhamdu.
Sebagai bangsa yang berTuhan, kita perlu muhasabah terhadap apa yang sedang terjadi di panggung kehidupan nasional. Memang persoalan kehidupan nasional kita bisa kita lihat dari berbagai sudut dan berbagai aspek misalnya ekonomi, politik, hukum dan lain-lain. Namun aspek yang paling penting sesungguhnya adalah aspek kemanusiaannya. Pembangunan fisik, kemajuan ekonomi, politik hukum dan lain-lain itu tidak akan ada guna dan manfaatnya manakala aspek kemanusiaan terabaikan dan bahkan mengalami ancaman kehancuran. Aspek kemanusiaan itu iradah Allah agar manusia hidup selalu dalam martabat kemuliaannya.
Allah Swt. telah demikian memuliakan manusia dengan firmannya dalam surat al-Isra’ ayat 70-71; Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَلَـقَدْ كَرَّمْنَا بَنِيْۤ اٰدَمَ وَحَمَلْنٰهُمْ فِى الْبَرِّ وَا لْبَحْرِ وَرَزَقْنٰهُمْ مِّنَ الطَّيِّبٰتِ وَفَضَّلْنٰهُمْ عَلٰى كَثِيْرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيْلًا
يَوْمَ نَدْعُوْا كُلَّ اُنَا سٍ بِۢاِمَا مِهِمْ ۚ فَمَنْ اُوْتِيَ كِتٰبَهٗ بِيَمِيْنِهٖ فَاُ ولٰٓئِكَ يَقْرَءُوْنَ كِتٰبَهُمْ وَلَا يُظْلَمُوْنَ فَتِيْلًا
“Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak-cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.
“(Ingatlah), pada hari (ketika) Kami panggil setiap umat dengan pemimpinnya; dan barang siapa diberikan catatan amalnya di tangan kanannya mereka akan membaca catatannya (dengan baik), dan mereka tidak akan dirugikan dizalimi sedikit pun.”
(QS. Al-Isra’ 70 -71)
Allahu Akbar – Allahu Akbar – Walillaahilhamdu. Jama’ah Ied Rahimakumullah.
Jika kita senantiasa memperbaharui syahadah, yang kita nyatalaksanakan dalam perilaku senantiasa menjauhi segala larangan-Nya dan selalu menjalankan segala perintah-Nya, niscaya Allah akan memberi kita alam yang ramah. Sebaliknya jika kita banyak berbohong, suka menipu, banyak ma’shiyat dan gemar dengan kemusyrikan, serta bangga dengan segala dosa-dosa, maka Allah akan memberikan kepada kita coba berupa alam yang marah. Na’udzubillahi min dzalik.
Allahu Akbar – Allahu Akbar – Allahu Akbar wa lillaahilhamdu.
Mengakhiri khutbah ini, salah satu yang harus kita lakukan sebagai jalan keluar adalah mari kita tegakkan agama Allah secara sungguh-sunguh, sehingga kedamaian, kesejahteraan, keluhuran, kemakmuran, keadilan, dan kekuatan akan dilimpahkan Allah kepada kita bangsa Indonesia. Allah berfirman dalam surat Muhammad : 7 Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِنْ تَـنْصُرُوا اللّٰهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ اَقْدَا مَكُمْ
Artinya ”Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (menegakkan dan menjunjung tinggi agama) Allah maka niscaya Dia akan menolongmu dan akan mengokohkan kedudukanmu”. (QS. Muhammad (7).
Menolong agama Allah pada hakikatnya adalah menolong hidup dan kehidupan kita sendiri. Menolong agama Allah adalah dengan mentaati apa yang diperintahkanNya dan menjauhi apa yang dilarangNya.
Allahu Akbar – Allahu Akbar – Laailaaha illallahu Allahu Akbar – Allahu Akbar walillahilhamdu. Jama’ah ‘Ied rahimakumullah marilah kita bermunajah kepada Allah dengan khusyu’, percaya bahwa Tuhan itu ada, dan Tuhan itu satu yakni Allah semata, dan hanya Allah sajalah yang dapat memenuhi segala permohonan kita.
إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Yaa Allah dzat Yang Maha Agung, limpahkanlah kepada kami hidayah, kekuatan dan perlindungan untuk mengemban amanah-Mu sebagai khalifatan fil ardli, sehingga bangsa Indonesia dapat hidup dalam limpahan rahmat dan karunia-Mu, cepat terpanggil atas segala perintah-Mu dan hidup penuh kerukunan, kedamaian, saling menghormati dan menghargai dan kembalikanlah semangat gotong royong, persahabatan dan persatuan kami.
Yaa Allah Dzat Yang Maha Kuasa, berilah kekuatan kepada Saudara-saudara kami yang sedang mengalami cobaan berupa musibah bencana alam maupun bencara lainnya, sehingga mereka tetap sabar dan tawakkal dan kembalikanlah kehidupan mereka yang damai sejahtera seperti sediakala.
Yaa Allah dzat Yang Maha Memberi Rizki, limpahkanlah karunia dan rizki Mu yang lebih baik dan lebih banyak lagi kepada kami, khususnya kepada Saudara-saudara kami yang sedang menghadapi cobaan musibah bencana alam, sehingga kami semua menjadi hambamu yang hidup dengan sejahtera di dunia dan kembali ke haribaan Mu dengan iman dan taqwa. Yaa Allah, kabulakanlah permohonan hamba-hamba Mu ini. Wa subhana rabbika rabbil ‘izzati ‘ammaa yashifuun wa salamun ‘alal murasalin wa al-hamdilillahi rabbil ‘aalamiin.*
Immawan Wahyudi, Dosen Fakultas Hukum Universitas Ahmad Dahlan -Yogyakarta