PURWOREJO, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Kutoarjo menggelar sholat idul adha 1444 H di Alun-alun Kutoarjo berjalan dengan lancar dan tertib pada Rabu (28/06). Dilaksanakan hari ini mengacu pada maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang telah menetapkan jauh hari sepaket dengan Ramadhan dan syawwal. Walau waktu pelaksanaannya berbeda dengan yang ditetapkan pemerintah jamaah yang ikut serta hadir memenuhi lingkungan Alun-alun Kutoarjo yang telah disiapkan oleh PCM Kutoarjo.
“Kami atas PCM mengucaplan terima kasih kepada Bupati Purworejo, Wakil Bupati Purworejo, Forkompinca Kutoarjo, Kapolsek Kutoarjo dan Jamaah Solat Idhul Adha 1444 H Atas kehadiranya pada solat Idhul Adha 1444 H di alun alun Kutoarjo. Alhamdulilah berjalan lancar tertip dan aman selama penyelenggaraan semoga kita digolongkan orang beriman bertaqwa jaga hablumminallah dan hablumminnas persatuan serta merawat lingkungan.
Lanjutnya, penyembelihan hewan qurban akan dilaksanakan pada Kamis, 29 Juni 2023 di lingkungan Masjid Darussalam Kutoarjo dan merupakan himbauan dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk mengadakan penyembelihan hewan qurban pada hari tersebut.
“Semoga dengan penyembelihan hewan qurban memingkatkan kepudilan anar umat daging didistribusikan tepat sasaran,”pungkas Mansyur.
Hadir sebagai imam dan khotib sholah yakni dr. Hasan Bayuni yang merupakan Direktur RS PKU Muhammadiyah Sruweng Kebumen.
Hasan menyampaikan khutbah mengambil judul yakni “Melempar sifat ula, wustha dan aqobah dalam diri kita”. Dalam khutbahnya beliau membedah QS AL Hajj ayat 37. “Bukan daging dan darah hewan qurban yang sampai kepada Allah SWT (menghadirkan keridhaan Allah SWT), Ketaqwaan yang kemudian menjadikan kita berqurbanlah yang akan menghadirkan keridhaan Allah SWT, Perintah agar kita mengagungkan Allah SWT karena telah menghadirkan hidayah untuk kita dan Akan hadir kabar gembira bagi orang yang ihsan dalam ber qurban,”ungkap Hasan.
Lanjutnya, diibaratkan sedang melaksanakan Jumroh ula yakni melontar sifat Qarun dari dalam diri jemaah haji. Lemparan batu pada jumroh ini diharapkan menjadi simbol kesadaran untuk membebaskan diri dari sifat-sifat Qarun, seperti sifat ‘ujub’ Qarun yang mengagumi diri sendiri sebagai orang yang ahli mendapatkan harta kekayaan. Jumroh wustho merupakan simbol membebaskan diri dari sifat-sifat Bal’am, yaitu: sifat ‘menjilat.’ Jumroh Aqobah merupakan simbol melemparkan sifat-sifat Fir’aun dalam diri jemaah, seperti: Melontarkan sifat iblis dan setan akan melahirkan sifat tawadlu (rendah hati) dalam diri, pribadi yang selalu bertaubat kepada Allah SWT, bersyukur, qana’ah dengan apa yang diberikan Allah Swt.
“Kita perlu hati hati, Idul adha bukan ajang pamer sapi dan kambing siapa yang terbesar, Idul adha bukan ajang persaingan antar masjid dalam menghimpun qurban sehingga masjid karena ego sectoral tidak mau berbagi dengan masjid lain yang sesungguhnya kekurangan hewan qurban. Mari jadikan bulan dzulhijah ini sebagai momentum Kembali memantapkan ketaqwaan yang sudah kita tempa di bulan Ramadhan lalu,”pungkas Hasan dalam khutbahnya.
Di Kabupaten Purworejo, Muhammadiyah telah menyiapkan 27 titik lokasi sholat idul adha yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Purworejo. Drs. H. Pujiono Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Purworejo dengan imam serta khotibnya. Beliau berharap bahwa perbedaan waktu pelaksanaan sholat idul adha ini jangan menjadi peruntuh persatuan tetapi justru menjadi perekat persatuan dengan saling memahami satu sama lain.
“Kepada masyarakat Purworejo dan warga Muhammadiyah khususnya meskipun ketetapan pemerintah dengan Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah berbeda dimana warga Muhammadiyah melaksanakan sholat id pada hari Rabu dan pemerintah melaksanakan pada hari Kamis. Kami yakin bahwa masyarakat khususnya warga Purworejo sudah bisa memahami perbedaan,” ungkap Pujiono.
Karena perbedaan adalah keniscayaan maka kita yakin seyakin-yakinnya bahwa perbedaan tidak akan membuat perpecahan tetapi perbedaan adalah khasanah kekayaan keragaman yang tentu menjadi modal utama bagi kita warga Purworejo untuk merajut persatuan di dalam perbedaan tetapi masih dalam batas kewajaran karena di wilayah fiqih tentu kita bisa memahami bahwa perbedaan itu adalah keniscayaan. Oleh karena itu, yang paling penting adalah mari kita tasamuh, toleran dengan perbedaan dan memahami perbedaan itu tidak akan meruntuhkan persatuan justru akan merekatkan persatuan karena diantara perbedaan yang sedikit masih banyak hal-hal yang sama dimana yang bisa dikerjakan oleh masyarakat kabupaten Purworejo. (Akhmad)