YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Setiap rapat pleno di Yogyakarta, Buya Dr Anwar Abbas kerap menginap di salah satu hotel dekat kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Namun Ketua PP Muhammadiyah yang membidangi ekonomi itu mengaku kurang nyaman menginap di hotel tersebut meskipun terbilang sebagai hotel ternama.
“Bukan saya tidak senang menginap di hotel-hotel, senang saya tetapi saya akan senang dan bahagia kalau itu milik kita,” ungkap Buya Dr Anwar Abbas dalam Soft Launching SM Tower and Convention, Sabtu (24/6/2023). Dirinya juga mengucapkan selamat atas diresmikannya SM Tower sebagai Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) berkemajuan di bidang ekonomi dan pariwisata.
Bahkan dalam Papan Harapan untuk SM Tower and Convention Buya Anwar Abbas menuliskan “Cita-Cita Saya Terwujud”. Karena memang Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat tersebut sangat mendambakan persyarikatan Muhammadiyah untuk maju dan melakukan terobosan di bidang ekonomi.
Maka, untuk mendukung SM Tower and Convention Buya Anwar Abbas ‘memerintahkan’ agar warga persyarikatan dapat menginap di tonggak baru Muhammadiyah ini. “Saya perintahkan ya supaya teman-teman Muhammadiyah yang menginap di Jogjakarta menginaplah di SM Tower dan kalau ada yang tidak patuh tolong kasih tahu saya biar saya tegur,” ungkap Buya dengan nada gurauan namun tampak serius itu.
Dalam sambutan testimoninya, Buya Anwar mengungkapkan kerap stress karena meskipun umat Islam mayoritas di negeri ini tapi dalam bidang ekonomi masih menjadi keprihatinan. “Yang menjadi penentu di suatu negeri itu bukan politisi, bukan tentara dan bukan polisi. Tapi adalah orang yang menguasai sumber daya material atau ekonomi di negara tersebut,” tegasnya.
Menurutnya nasib umat Islam tidak akan berubah bahkan mungkin akan semakin terpuruk kalau seandainya tidak berbenah dan memberikan perhatian lebih terhadap masalah ekonomi. Maka perlu meneladani dari KH Haji Ahmad Dahlan yang bisa memajukan organisasi karena juga belajar kepada siapa pun termasuk kepada mereka yang berbeda agama.
Buya Anwar Abbas menyebut salah satu titik lemah umat Islam adalah belum menguasai masalah ekonomi dan bisnis karena mentality yang dominan belum kepada taraf enterpreneur mentality. Termasuk dunia pendidikan belum mendukung untuk melahirkan pencipta lapangan kerja.
“Itulah sebabnya saya menganjurkan supaya entrepreneurship mentality ini dan pengalaman berbisnis ini ditanamkan kepada anak-anak didik Kita sejak dini mungkin kalau bisa dari taman kanak-kanakm SD, SMP, SMA,” tambahnya.
Muhammadiyah tidak hanya gerakan tajdid, Muhammadiyah tidak hanya gerakan Amar ma’ruf nahi mungkar tapi Muhammadiyah juga adalah gerakan ilmu. Buya Anwar Abbas mencontohkan, ilmu berisi kebenaran dan ilmu dirumuskan dalam bentuk teori dan hukum.
Dalam ilmu bisnis salah satu teorinya adalah membeli banyak lebih murah daripada membeli sedikit. Hal ini perlu diterapkan dalam gerakan bisnis Muhamamdiyah agar ada kesepaduan dan kolaborasi antar pihak di internal persyarikatan.
Selain itu, Buya Anwar Abbas bercerita terkait keresahan yang sama tentang ekonomi umat di Negeri Perlis, tempat Universiti Muhammadiyah Malaysia (UMAM) berada. Di sana ketika Buya Anwar Abbas saling berdiskusi tentang ekonomi umat , para ulama di Perlis menggaungkan untuk membeli produk dari muslim.
“Kata beliau di negeri saya juga seperti itu ekonomi di tangan orang lain, lalu apa yang kami lakukan sekarang di Malaysia terutama di Perlis sedang mengembangkan sebuah konsep buy the muslim product first, belilah produk Islam orang Islam pertama kali. Kalau nggak ada baru cari keluar. Kalau saya di sini saya buy Muhammadiyah product first (utamakan membeli atau menggunakan produk Muhammadiyah-red),” pungkasnya. (Riz)