Shalat untuk Menjemput Rahmat (15)

Shalat Mikraj Mukmin Ilustrasi

Foto Dok Ilustrasi

Shalat untuk Menjemput Rahmat (15)

Oleh: Mohammad Fakhrudin dan Nifʻan Nazudi

Pada Shalat untuk Menjemput Rahmat (14) telah diuraikan subtopik mengakhiri shalat. Kita mengahiri shalat dengan mengucapkan salam dua kali, yakni pertama mengucapkan salam sambil menoleh ke kanan dan kedua mengucapkan salam sambil menoleh ke kiri. Baik ketika menoleh ke kanan maupun ke kiri, pipi kita harus dapat dilihat dari belakang.

Kaifiat itu berlaku, baik pada shalat wajib maupun pada shalat sunah; baik pada shalat dua rakaat, tiga rakaat, maupun pada empat rakaat. Lafal salam yang kita ucap­kan adalah Assalāmu ‘alaikum waraḥmatullāh wa barakātuh. (Semoga keselamatan, rahmat, dan keberkahan dari Allah tercurah untukmu). Dengan mengucapkan salam yang sempurna, kita berharap memperoleh keutamaan yang sempurna juga.

Pada Shalat untuk Menjemput Rahmat (15) ini diuraikan subtopik mengerjakan rakaat ketiga dan keempat, berdiri untuk mengerjakan rakaat ketiga, dan mengerjakan rakaat keempat pada shalat wajib empat rakaat.

Mengerjakan Rakaat Ketiga

Pada shalat magrib, ada tasyahud awal dan tasyahud akhir. Tasyahud awal kita kerjakan dengan cara duduk iftirasy pada rakaat kedua setelah sujud kedua.

Dalam hubungan ini, duduk iftirasy adalah duduk di antara dua sujud dengan cara menjulurkan kaki kiri ke kanan dan pantat duduk di atasnya, sedangkan telapak kaki kanan ditegakkan dengan jari-jari kaki ditekuk dan ujungnya mengarah ke kiblat; meletakkan telapak tangan kanan di atas ujung paha kanan dekat dengan lutut dan telapak tangan kiri di atas ujung paha kaki kiri dekat dengan lutut; dengan jari-jari tangan sedikit merenggang dan diarahkan ke kiblat, serta ujung-ujung jari sampai ke lutut.

Cara duduk iftirasy yang demikian berdasarkan hadis dari Abū Humaid as-Saʻidī sebagaimana terdapat di dalam HR al-Bukhari, yang transkrip dan maknanya sebagai berikut.

Saya lebih cermat (hafal) dari di antaramu tentang shalat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Aku melihat beliau ketika bertakbir, mengangkat kedua tangannya setentang dengan bahunya dan apabila rukuk meletakkan kedua tangannya pada lututnya; lalu, membungkukkan punggungnya; lalu, apabila mengangkat kepalanya, beliau berdiri tegak sehingga luruslah tiap tulang-tulang punggungnya seperti semula; lalu, apabila sujud, beliau letakkan kedua telapak tangannya pada tanah dengan tidak meletakkan lengan dan tidak merapatkannya pada lambung; dan ujung-ujung jari kakinya dihadapkan ke arah kiblat. Kemudian, apabila duduk pada rakaat kedua, beliau duduk di atas kaki kirinya dan menumpukkan kaki yang kanan. Kemudian, apabila duduk pada rakaat yang terakhir, beliau majukan kaki kirinya dan menumpukkan kaki kanan. serta bertumpu pada pantatnya.

Setelah membaca doa tasyahud dan shalawat, sebelum berdiri, kita membaca doa pilihan. Maksudnya, kita membaca doa yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang dapat kita pilih.

Macam-Macam Doa Pilihan

Di dalam HPT 3 3 (hlm. 591-592) dikemukakan dua doa pilihan, yakni

Allāhumma a’innī ‘alā żikrika wa syukrika wa ḥusni ‘ibādatik

“Ya, Allah, bantulah aku dalam berzikir, bersyukur, dan beribadah yang baik kepada-Mu.”

Doa tersebut berdasarkan hadis HR an-Nasa’ī, yang transkrip dan maknanya sebagai berkut.

Dari Mu’āz Ibn Jabal [diriwayatkan bahwa] ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memegang tangan Mu’āz seraya bersabda, Mu’āz, demi Allah aku sungguh menyukaimu, wahai, Mu’āz. Kemudian, ia berkata lagi, Aku akan memberi pesan kepadamu wahai Mu’āz, yaitu beberapa kata yang engkau ucapkan setiap selesai shalat, Allāhumma a’innī ‘alā żikrika wa syukrika wa ḥusni ‘ibādatik. “

Dapat juga kita membaca doa berikut ini.

Allāhumma innī ẓalamtu nafsī ẓulman kaṡīran, wa lā yagfiruż-żunūba illā anta, fagfir lī magfiratan min ‘indika war-ḥamnī innaka antal-gafūrur-raḥīm

Doa tersebut berdasarkan HR al-Bukhari dan Muslim, yang transkrip dan maknanya sebagai berikut.

Dari abu Bakar aṣ-Ṣiddiq raḍiyallahu ‘anhu [diriwayatkan] bahwa ia berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Ajarilah aku sebuah doa yang dapat aku baca dalam shalatku! Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, Ucaapkanlah, Allāhumma innī ẓalamtu nafsī ẓulman kaṡīran, wa lā yagfiruż-żunūba illā anta, fagfir lī magfiratan min ‘indika war-ḥamnī innaka antal-gafūrur-raḥīm,  (Ya, Allah. Sesungguhnya aku telah berbuat aniaya terhadap diriku sendiri. Tiada yang dapat mengampuni dosa, kecuali Engkau, maka berilah aku ampunan dari sisi-Mu, dan kasihilah aku. Sesungguhnya, Engkau adalah Yang Maha Pengampun lagi  Pengasih)

Berdiri untuk Mengerjakan Rakaat Ketiga

 Berkenaan dengan berdiri untuk mengerjakan rakaat ketiga, sekurang-kurangnya ada empat

hal penting yang perlu kita pahami. Berikut ini keempat hal itu diuraikan.

Berdiri dengan Mengangkat Tangan

Setelah membaca tasyahud awal, yaitu membaca Attaḥiyyātu lillāhi  sampai selesai, kita lanjutkan dengan membaca shalawat mulai Allāhumma șalli ‘alā Muḥammad wa ‘alā āli  Muḥammad, sampai. Innaka ḥamīdum majid; kemudian, membaca doa pilihan, kita berdiri untuk mengerjakan rakaat ketiga. Ketika berdiri kita mengucapkan takbir sambil mengangkat tangan seperti ketika takbiratul ihram.

Kaifiat tersebut hadis-hadis yang transkrip dan maknanya sebagai berikut.

Hadis Ibn ‘Umar

Dari Nafi’ [diriwayatkan] bahwa Ibn ‘Umar memulai shalat dengan bertakbir dan mengangkat kedua tangannya; begitu juga saat rukuk, dan saat membaca “sami ‘allahu liman ḥamidah”, serta saat berdiri setelah dua rakaat. Ibn ‘Umar menyatakan bahwa (yang ia lakukan tersebut) berasal dari  Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” [HR al-Bukhari]

Hadis Alī Ibn Abī Ṭālīb

“Dari Alī Ibn Abī Ṭālīb [diriwayatkan] dari Rasulullah shallalalahu ‘alaihi wasallam bahwasanya dia memulai shalat wajib dengan bertakbir dan mengangkat kedua tangannya sejajar dengan kedua pundaknya. Dia juga melakukan hal tersebut saat selesai dari bacaan shalatnya dan hendak melakukan rukuk. Dia juga melakukannya saat berdiri dari rukuk. Dia tidak mengangkat kedua tangannya di dalam shalatnya dalam keadaan duduk. Dia juga mengangkat kedua tangannya dan bertakbir saat berdiri setelah dua rakaat.” [HR Ahmad dan Abū Dawud]

 Hadis Abū Humaid as-Saʻidī

 Dari Abū Humaid as-Saʻidī[diriwayatkan bahwa ia berkata … Kemudian, beliau melipat kakinya dan duduk dengan lurus sehingga seluruh tulangnya kembali ke tempatnya. Kemudian, beliau berdiri [untuk rakaat kedua], lalu, melakukan pada rakaat kedua seperti pada rakaat pertama; kemudian, bangkit sehingga apabila berdiri dari rakaat kedua beliau (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) bertakbir dan mengangkat kedua tangannya setentang dengan kedua pundaknya sebagaimana dilakukannya ketika memulai shalat [HR at-Tirmizi]

 Dari hadis-hadis tersebut kita ketahui dengan jelas bahwa ketika berdiri dari rakaat kedua untuk mengerjakan rakaat ketiga, kita bertakbir dan mengangkat kedua tangan seperti kita lakukan pada saat takbiratul ihram.

Bacaan Saat Berdiri pada Rakaat Ketiga

Setelah berdiri dan bersedekap dengan sempurna dan tenang, kita membaca ta’awuz,

tasmiyah (basmalah), dan al-Fatiḥaḥ. Lalu, kita rukuk. Jadi, pada rakaat ketiga, kita tidak membaca iftitaḥ dan ayat atau surat dari al-Qurʻan.

Adapun hadis yang menjadi rujukan adalah HR al-Bukhari, yang transkrip dan maknanya sebagai berikut.

Dari Abū Qatādah [diriwayatkan] bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Membaca al-Fatiḥaḥ dan surah pada dua rakaat pertama saat shalat zuhur dan membaca al-Fatiḥaḥ (saja) pada dua rakaat terakhir.”

Gerakan pada Rakaat Ketiga setelah Membaca al-Fatiḥaḥ

Setelah membaca al-Fatiḥaḥ saat berdiri pada rakaat ketiga, kita melakukan rukuk beserta bacaannya, iktidal beserta bacaannya, sujud pertama beserta bacaannya, duduk iftirasy beserta bacaannya, sujud kedua beserta bacaannya.

Mengakhiri Rakaat Ketiga

Jika kita mengerjakan shalat magrib, rakaat ketiga merupakan rakaat terakhir. Oleh karena itu, pada rakaat ketiga, kita duduk tawaruk. Dalam keadaan duduk tawaruk, setelah membaca tasyahud, shalawat, dan doa, kita mengucapkan salam dengan menoleh ke kanan dan ke kiri sebagaimana telah diuraikan pada Shalat untuk Menjemput Rahmat (13) dan (14).

Mengerjakan Rakaat Keempat bagi Shalat Wajib Empat Rakaat

Rakaat keempat pada shalat zuhur, asar, dan ‘isya merupakan rakaat terakahir. Berkenaan dengan itu, setelah sujud kedua pada rakaat ketiga, kita bangkit dengan mengucapkan Allahu akbar tanpa mengangkat kedua tangan, duduk sejenak (julūs al-istirāḥaḥ), lalu berdiri tegak dan bersedekap seperti dilakukan pada rakaat ketiga. Setelah itu, kita membaca ta’awuz, tasmiyah, dan al-Fatiḥaḥ secara sir.

Pada rakaat keempat ini kita tidak membaca ayat atau surat dari al-Qurʻan. Selanjutnya, kita melakukan rukuk beserta bacaannya, iktidal beserta bacaannya, sujud pertama beserta bacaannya, duduk iftirasy beserta bacaannya, sujud kedua beserta bacaannya.

Setelah sujud kedua pada rakaat keempat, kita bangun dengan mengucapkan Allahu akbar untuk duduk tawaruk. Setelah membaca tasyahud, shalawat, doa, kita mengucapkan salam dengan menoleh ke kanan dan ke kiri sebagaimana telah diuraikan pada Shalat untuk Menjemput Rahmat (13) dan (14).

Menambah dan Mengurangi Bacaan di dalam Shalat

Ada sebagian kaum muslimin yang menambah bacaan rabbig firlī waliwālidayya setelah membaca wa lad-dāllīn. Tambahan yang demikian tidak pernah diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Oleh karena itu, kita tidak perlu melakukannya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membaca taʻawuz lebih dulu, lalu membaca tasmiyah, baru kemudian membaca al-Fatiḥaḥ. Namun, ada di antara kaum muslimin yang  tidak membaca taʻawuz sebelum membaca tasmiyah ketika akan membaca al-Fatiḥaḥ.

Ketika membaca shalawat pada tasyahud akhir, ada sebagian kaum muslimin yang menambah sayyidinā, baik sebelum kata Muhammad maupun sebelum kata Ibrahim, padahal tidak diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Dalam hal membaca shalawat, mereka membaca shalawat pada tasyahud awal dengan lafal Allāhumma șalli ‘alā sayyidinā Muḥammad. Namun, pada tasyahud akhir, mereka membaca Allāhumma șalli ‘alā sayyidinā Muḥammad, wa ‘alā āli  sayyidinā Muḥammad,  kamā ṣallaita ‘alā sayyidinā Ibrāhīm, wa ‘alā āli sayyidinā Ibrāhīm. wa bārik ‘alā sayyidinā Muḥammad, wa ‘alā āli sayyidinā Muḥammad, kamā bārakta ‘alā sayyidinā Ibrāhīm, wa ‘alā āli sayyidinā Ibrāhīm. Fil-ālamīna innaka ḥamīdum majid. Jadi, mereka membedakan bacaan shalawat pada tasyahud awal dan shalawat pada tasyahud akhir.

Berdasarkan HR asy-Syāfiʻī di dalam Kitab al-Musnad dan HR Muslim, sebagaimana yang transkrip dan maknanya sudah dikemukakan pada Shalat untuk Menjemput Rahmat (13), bacaan shalawat setelah tasyahud awal dan akhir sama. Oleh karena itu, kita tidak perlu membedakan lafal shalawat pada tasyahud awal dan pada tasyahud akhir.

Di samping itu, ada pula sebagian kaum muslimin pada tasyahud awal, setelah membaca tasyahud, tidak membaca shalawat.  Mereka mencukupkan bacaan sampai tasyahud saja.

Dalam hal lain, ada di antara kaum muslimin yang tidak mengamalkan bacaan doa sesudah tasyahud, baik sesudah tasyahud awal maupun sesudah tasyahud akhir. Mereka mengakhiri shalatnya setelah membaca tasyahud sampai pada lafal (Fil-ālamīna) Innaka ḥamīdum majid. Ada pula yang hanya membaca doa mohon perlindungan setelah membaca shalawat pada tasyahud akhir.

Agar shalat kita sesuai dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Shalatlah kalian seperti kalian melihat aku shalat” semestinya kita tidak menambah atau mengurangi bacaan di dalam shalat. Beliau adalah teladan sempurna!

Allahu a’lam

Mohammad Fakhrudin, warga Muhammadiyah tinggal di Magelang Kota

Nif’an Nazudi, dosen al-Islam dan Kemuhammadiyahan Universitas Muhammadiyah Purworejo

Exit mobile version