YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – “Inklusi adalah suatu konsep untuk memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar di kelas yang sama. Inklusif itu bukan hanya untuk disabilitas tapi suasana belajar yang nyaman untuk siapapun dengan memberikan kesempatan bagi setiap peserta didik untuk memberikan kesempatam yang layak.” Hal tersebut disampaikan oleh Aswin Wihdiyanto, Plt. Direktur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus pada Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus Ditjen PAUD Dikdasmen, Kemdikbudristek RI dalam kegiatan Bimbingan Teknis Pendidikan Inklusi di PAUD ‘Aisyiyah “Akses Pendidikan Berkeadilan Tanpa Diskriminasi” yang dilaksanakan pada Rabu, (5/7/2023).
Mewujudkan pendidikan Inklusif ini diakui Aswin bukan hal yang mudah karena banyak tantangan dalam pelaksanaanya. Ia sangat mengapresiasi dukungan ‘Aisyiyah atas pelaksanaan pendidikan Inklusi ini di fasilitas pendidikan ‘Aisyiyah. “Kerangka berpikir kita sudah sama, bahwa pemberian layanan pendidkan yang layak untuk semua adalah panggilan bukan keterpaksaan,” ujarnya. Aswin menekankan perlunya kolaborasi ini baik di proses pembelajaran, penilaian, maupun kolaborasi antar bidang ilmu, karena menurutnya inklusif konteksnya tidak melulu pendidikan tetapi juga terkait sisi psikologisnya.
Lebih lanjut menurut Aswin, ketika konsep inklusif sudah menjadi universal maka kita harus memahami bahwa ada sesuatu yang harus disesuaikan ketika menerima peserta didik dengan disabilitas. “Sekolah perlu melakukan proses penyesuaian atau adptasi baik dalam proses pembelajaran maupun penyiapan sarana prasarana sampai dalam penyesuaian kurikulum”
Aswin juga menegaskan bahwa tujuan pendidikan inklusif di sekolah bukanlah menurunkan kualitas pendidikan akan tetapi mendukung pemahaman akan keragaman bagi para murid. “Ketika kita menerima murid yang beragam tidak berarti akan menurunkan kualitas pendidikan karena anak sejak dini dikenalkan dengan keragaman termasuk adanya teman-teman dengan disabilitas karena penyandang disabilitas adalah bagian dari kita bagian dari masyarakat.”
Fitni Willis, Ketua Majelis PAUD, Dasar dan Menengah Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah menyebutkan bahwa ‘Aisyiyah sebagai salah satu organisasi yang memiliki lembaga pendidikan haruslah menerapkan pendidikan inklusi ini secara menyeluruh. Anak-anak Indonesia disebut Fitni harus mendapatkan hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu sehingga tidak ada diskriminasi di mana semua anak bisa masuk kependidikan yang regular. “Karena mereka berhak mendapatkan pendidikan yang bermutu sehingga kita sebagai penyelenggara, pengelola pendidikan harus melaksanakan dan kita ingin memajukannya lebih baik lagi dari apa yang ada sekarang ini,” tegas Fitni.
Majelis PAUD, Dasar, dan Menengah disebut Fitni juga memiliki program untuk meningkatkan ketrampilan guru dalam menghadapi anak-anak berkebutuhan khusus. “Akan ada pelatihan shadow teacher, ini sejalan dengan program dari Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah di mana Majelis Dikdas terlibat, mari kita ikuti berbagai pelatihan ini agar bisa menyelenggarakan pendidikan inklusi di daerah kita masing-masing.”
Fitni berharap dengan berbagai pelatihan dan persiapan yang dilakukan, pendidikan ‘Aisyiyah dapat menjadi contoh, menjadi pelopor yang lebih baik sehingga pendidikan inklusi yang diselenggrakan ‘Aisyiyah benar-benar nyaman, menyenangkan, dan anak-anak meneria pendidikan pembelajaran yang maksimal serta dengan potensi yang berkembang. “Semangat dan keinginan membentuk modeling pendidkan inklusif betul-betul harus diimplementasikan di PAUD kita, karena keinginan dan merajut mimpi bersama ini maka berbagai macam kegiatan bisa terwujud.”
Koordinator Program Inklusi ‘Aisyiyah yang juga merupakan Sekretaris Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Tri Hastuti Nur Rochimah menyebutkan bahwa kegiatan BIMTEK ini dilandaskan dengan semangat dan modeling Pendidikan inklusif yang dimulai dengan PAUD ‘Aisyiyah. ‘Aisyiyah disebut Tri adalah pelopor dalam hal pendidikan dan 25% pendidikan PAUD adalah dari ‘Aisyiyah. “Maka kita harus menguatkan pendidikan inklusif ini di PAUD-PAUD ‘Aisyiyah dan ‘Aisyiyah lah yang menjadi di garda depan. Oleh karena itu, kepeloporan harus di bangun terus oleh kader ‘Aisyiyah sehingga menjadi mainstream di semua PAUD ‘Aisyiyah,” tegas Tri.
Tri berharap melalui Pendidikan Inklusif ini anak kebutuhan khusus dapat menikmati layanan pendidikan yang bermutu. “‘Aisyiyah kedepan harus menjadi pelopor dalam menguatkan pendidikan inklusi dan semua anak-anak gembira mendapatkan sekolah tanpa diskriminasi.”
Acara BIMTEK ini diikuti oleh 47 orang guru maupun kepala sekolah PAUD ‘Aisyiyah sebagai lokasi modelling yang berasal dari Kota Yogyakarta, Sleman, Karangkajen, Tasikmalaya, Garut, Bojonegoro, Probolinggo, Sidoarjo, Banjar, dan Jabodetabek. Serta 18 orang peserta online dari Jabodetabek, Lahat, Banyuasin, Banjar, Hulu Sungai Utara, Kolaka, serta Muna Barat. BIMTEK menghadirkan fasilitator yang berkompeten di bidangnya yakni Rachmi Aida dari Dikdasmen PWA Jawa Timur dan Unit Layanan Disabilitas (ULD) Blitar, Nuwuningsih, Dikdasmen PWA DIY dan Kepala Sekolah PAUD Inklusi Srawung Bocah, Ceria Hermina, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Banjarmasin, Riana Mashar, Dosen Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Ahmad Dahlan. (Suri)