Sekolah Pemikiran Islam Tingkatkan Ghirah Keilmuan

Sekolah Pemikiran Islam Tingkatkan Ghirah Keilmuan

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – PK IMM FAI UMY melaksanakan kegiatan Studium Generale Sekolah Pemikiran Islam – baca: SILAM IV 2023. Kegiatan SILAM IV 2023 yang diadakan di Gedung PCM Gamping ini akan dilaksanakan Jum’at, 14 Juli 2023 sampai Ahad, 16 Juli 2020. Mengambil tajuk “Membentuk Cendekiawan Transformatif yang Kreatif dan Berintegritas dalam Menjawab Kapitalisasi Pendidikan.”

Alasan dari pengambilan tajuk ini sebagai tema SILAM IV adalah adanya isu yang sering luput dan mulai dinormalisasi oleh masyarakat tentang sistem pendidikan yang sudah kehilangan spirit untuk memberikan manfaat pada sekitar melalui ilmu pengetahuan.

Ramadhanur Putra sebagai Ketua Umum PK IMM FAI UMY 2023 dalam sambutannya menyampaikan bahwa IMM mulai kehilangan ghirah keilmuannya. “Hari ini, IMM hanya hadir sebagai aktivisme sejarah yang senantiasa melanggengkan wacana keilmuan saja. IMM belum bisa terlibat aktif dalam memproduksi ilmu pengetahuan yang baru ditengan anomalitas gerakannya. Ini menjadi peer besar bagi IMM baik di akar rumput sampai pusat.”

Selanjutnya, Hafizh Renaldi selaku Ketua Umum PC IMM AR Fachruddin Kota Yogyakarta dalam sambutannya juga menyampaikan hal yang serupa. “Saya berharap, kader-kader IMM yang mengikuti SILAM IV 2023 ini tidak hanya menjadi gelembung ditengah banyaknya kader IMM yang ada. Mereka harus bisa menjadi penggerak, pencerah, dan pembaharu gerakan keilmuan IMM.”

Setelah pembukaan, acara dilanjutkan dengan kegiatan Studium Generale yang diisi oleh Reza Fauzi Nur Taufiq, S. E mantan Ketua Bidang RPK PC IMM AR Fachruddin yang menjadi founder nomena.id dan Muhammad Amin Azis, S.E. mantak Ketua Bidang PC IMM AR Fachruddin sebelum Reza selaku penulis buku IMM Studies.

Reza Fauzi memulai sesinya dengan mengutip perkataan Mark Twain, “ Saya tidak mau sekolah menggangu pendidikan saya”. Lebih lanjutnya, Reza menjelaskan bagaimana logika-logika liberalisasi pendidikan. Perkawinan pendidikan dengan ekonomi dan dampaknya. Namun, ia juga menerangkan bahwa ada paradoksi dalam liberalisasi pendidikan tersebut. Tentang cita-cita humanisasi yang pada akhirnya menyebabkan dehumanisasi juga.

Pada sesi akhir, Amin Azis mencoba mengulik lagi bagaimana realita dan dinamika pendidikan yang berjalan di Indonesia. Pendidikan yang rentan dan kerapkali gonta ganti kurikulum serta pertalian antara ekonomi yang rendah dengan dorongan industrialisasi pendidikan di Indonesia.

Kegiatan ini ditutup dengan sesi tanya jawab dan foto bersama. Selanjutnya, dipenghujung acara dilontarkan kalimat harapan akan lahirnya para intelektual-intelektual muda dari rahim Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah untuk kemaslahatan persyarikatan, umat, bangsa, dan kemanusiaan. (Abdullah Zaidan)

Exit mobile version