JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Malaysia maupun Muhammadiyah memiliki konsen dan visi yang sama untuk memajukan kehidupan umat dan bangsa di kawasan negeri serumpun Melayu. Visi besar Malaysia dirangkum dalam konsep Malaysia Madani. Sedangkan Muhammadiyah lewat konsep Islam Berkemajuan. Pertemuan irisan visi tersebut menjadi modal penting untuk memperkuat kerja sama yang selama ini telah direkat antara Persyarikatan Muhammadiyah dengan Pemerintah Malaysia.
Demikian ungkap Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir usai menjamu Menteri Pendidikan Tinggi (Minister of Higher Education) Malaysia, Mohamed Khaled Nordin bersama rombongan di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Menteng Raya, Jakarta (17/7/2023).
Menurut Haedar, selepas pertemuan tersebut akan dibentuk komite bersama guna merumuskan berbagai langkah konkrit kerja sama antara Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah (PTMA) dan Perguruan Tinggi di Malaysia.
“Baik itu berupa pertukaran dosen, pertukaran mahasiswa dan kerjasama-kerjasama program yang sangat penting. Ada juga fokus untuk pembangunan sains secara keseluruhan yang tadi disebut oleh Pak Menteri sebagai STEM (Science, technology, engineering, and mathematics), di mana memang jika umat Islam dan dunia Islam ingin maju, maka kita harus menguasai sains dan teknologi,” ujarnya.
Di samping STEM, Muhammadiyah juga menyasar kerja sama pembangunan pusat-pusat keunggulan (Center of Excellence) di berbagai bidang, termasuk pembangunan bisnis dan Islamic Finance.
Adanya 171 PTM yang di dalamnya terdapat 3 universitas terbaik di dunia Islam (UMM, UMY, UMS) menjadi modal akselerasi ke arah pembentukan masyarakat Islam yang Madani dan Berkemajuan. Apalagi, baru-baru ini UAD juga berhasil menciptakan teknologi rudal anti pesawat sendiri.
Dengan penguatan kerja sama ini, Haedar berharap ada dampak signifikan bagi wajah Islam sekaligus wajah dunia Melayu/Nusantara di masa depan yang semakin unggul, inklusif, mengglobal dan rahmatan lil alamin. “Nah semangat ini tentu semangat yang harus terus dijalin dalam sebuah kekuatan kerja sama yang strategis,” tegasnya.
Sementara itu, Menteri Mohamed Khaled Nordin mengatakan, jika pada silaturahim ini dirinya menyampaikan tahniah atas keberadaan Universiti Muhammadiyah Malaysia (UMAM) di Perlis, Malaysia. Ia ditemani Duta Besar Malaysia, Ketua Pengarah Jabat Pendidikan Tinggi, Perwakilan EMGS Education Malaysia Global Services, dan Ketua Agensi Kelayakan Malaysia.
“Kedatangan kesini adalah untuk berkunjung, bersilaturahim dengan satu badan yang saya percaya ramai tahu yang telah lama menyumbang secara bermakna dan berdampak pada pembangunan dan kemajuan umat Islam khususnya di Indonesia,” kata Khaled Nordin.
Ia juga berharap terjadinya pertukaran informasi di antara kedua negara untuk kerjasama di masa depan. “Pada masa yang sama, untuk kita berbincang dan meneliti perkara-perkara yang mungkin boleh kita belajar antara satu dengan yang lain, berkongsi antara satu dengan yang lain dan memikirkan jalan kehadapan,” imbuhnya.
Khaled Nordin menganggap kesamaan visi Malaysia Madani dan Islam Berkemajuan menjadi modal penting untuk melangkah bersama ke depan. “Antaranya melalui pendekatan dan amalan Islam berkemajuan yang diasaskan oleh Muhammadiyah, yang mana ia mungkin boleh membantu matlamat Malaysia ketika ini yang mana kepemimpinannya meletakkan visi Malaysia Madani yang mahukan supaya ukuran kejayaan negara tidak hanya berasaskan pada pembangunan fisikal, tapi juga kekuatan dan kemajuan dari segi pemikiran dan juga keruhanian,” pungkasnya.
Selain disambut oleh Haedar Nashir, enam anggota delegasi Pemerintah Malaysia disambut langsung oleh Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti, Ketua PP Muhammadiyah Syafiq A Mughni dan Irwan Akib, beserta Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Agussani. (ppmuh/ribas)