BANDA ACEH, Suara Muhammadiyah – Universitas Muhammadiyah Aceh (Unmuha) bekerjasama dengan Forum Aceh Menulis (FAMe) mengadakan kelas literasi. Kelas ini berupa pelatihan berlanjut yang diperuntukkan kepada para dosen, mahasiswa, dan tenaga kependidikan dari berbagai fakultas.
Pertemuan ketujuh kali ini mengangkat tema “Teknik Menulis Press Release (siaran pers) yang Disukai Awak Media” oleh Koordinator FAMe, Hayatullah Pasee, di Aula Rektorat Unmuha, Batoh, Lueng Bata, Banda Aceh pada Jum’at (14/7/2023).
Dalam paparannya, Hayatullah Pasee menyampaikan bahwa siaran pers merupakan bahan berita yang dikirimkan oleh lembaga atau instansi yang menggambarkan kegiatannya ke media massa. Tujuannya untuk mempublikasikan kegiatan secara mudah dan murah.
“Untuk menyusun sebuah siaran pers terdapat beberapa unsur yang perlu diperhatikan, diantaranya faktual, aktual, informatif, objektif, akurat, dan menarik,” kata magister ilmu komunikasi UIN Ar-Raniry tersebut.
Ia menambahkan, teknik menulis sebuah siaran pers yang efektif merupakan layaknya seperti wartawan menulis berita mengandung unsur 5 W+1 H, what (apa), when (kapan), where (dimana), who (siapa), dan how (bagaimana).
Selain itu, ia juga mengungkapkan ada dua faktor dimuat atau tidaknya sebuah siaran pers, yaitu faktor penulisan (kaidah jurnalistik) dan faktor hubungan media. Jika kedua faktor ini tidak dipenuhi, maka akan sulit sebuah siaran pers akan tayang di media massa.
“Kesalahan yang sering dilakukan penulis dalam menulis berita media. Kalimat yang digunakan terlalu panjang dan bertele-tele, tidak berbentuk berita layaknya wartawan menulis, isi yang diangkat tidak menarik, dan banyak menggunakan angka-angka,” jelasnya lagi.
Kegiatan yang berlangsung selama satu jam lebih itu juga membuka ruang diskusi. Pertanyaan pertama dilontarkan oleh Wakil Rektor III bidang Kemahasiswaan dan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan, Dr. Ir. H. M. Zardan Araby, M.T. Ia menanyakan apa tips menulis agar cepat diterima oleh media massa.
Hayatullah menjawab, ada banyak faktor yang menyebabkan sebuah tulisan tidak terbit, di antaranya isunya tidak aktual, kurang sesuai dengan kaidah populer, kalah ide dengan penulis lainnya dalam menulis tema yang sama, dan bisa jadi terlalu banyak tulisan yang masuk ke media sehingga tulisan yang dikirim tertimpa dengan pengirim lainnya. (Agusnaidi B/Riz)