Pesantren Modern Muhammadiyah Cilongok Terima 654 Santri Baru
BANYUMAS, Suara Muhammadiyah – Direktur Pondok Pesantren Modern Muhammadiyah Cilongok menerima secara simbolis 654 Santri Baru di Aula Kampus 1 PPM Zam-zam Cilongok, Ahad (16/7).
Arif Fauzi, Lc, M.Pd., selaku Direktur menerima secara simbolis empat anak putra-putri. Masing-masing 349 santri SMP dan 304 santri SMA MBS Zam-Zam. Prosesi peresmian sebagai santri baru ditandai dengan dipakaikannya jas almamater oleh Kepala SMP MBS Zam-Zam Utadzah Evy Nurhidayati, S.Pd., bagi santri putri dan Kepala SMA MBS Zam-Zam, Ustadz Pandi Yusron, B.Sh., M.H. kepada santri putra serta pengalungan kartu pengenal. Hadir dan memberikan sambutan, Perwakilan Badan Pembina sekaligus Ketua PCM Cilongok, Ir. Wahyudianto dan Ketua PDM Banyumas, KH. Drs. M. Djohar, M.Pd. Sedangkan Khutbah Ta’aruf disampaikan oleh Ketua LP2M PW Jateng, KH Dr. M. Irzal Fadholi, M.Pd. M.Pd.I.
Ketua PDM Banyumas, KH. Drs. M. Djohar, M.Pd., dalam sambutannya meyakinkan kepada para wali santri yang memondokkan putra-putrinya di PPM Zam-Zam Muhammadiyah Cilongok yang notabene sebagai pondok terbesar dari 180-an Pondok Pesantren Muhammadiyah (PPM) di Jawa Tengah agar optimis dan yakin. Karena eksistensi PPM akan tetap kokoh, kuat, maju dan berkembang. Karena sistemnya sangat jauh berbeda dengan pondok non Muhammadiyah. Sebagai Pondok Pesantren modern dan struktural memiliki pimpinan dari tingkat Pondok Pesantren sampai tingkat Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
“Semua terawasi dan terkontrol baik sistem pendidikannya, sistem pembinaan maupun sistem keuangannya, semua terawasi. Jadi bapak dan ibu tidak perlu khawatir akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” jelas Ustadz Djohar yang juga pernah menjadi Kepala SMP MBS Zam-Zam ini meyakinkan.
Direktur PPM Zam-Zam, Ustadz Arif Fauzi dalam sambutannya juga memberikan motivasi kepada santri juga para orang tuanya.
“Anak-anak mondok di pesantren, bapak dan ibunya juga mondok di kediaman masing-masing sambil bagaimana bersabar menunggu sampai di kemudian hari anak-anak telah matang dengan ilmu dan kemampuan yang insya Allah, anak-anak yang ditanam di pondok pesantren untuk menjadi anak shalih-shalihat untuk kita dapat petik buahnya, saat kita kelak bertemu dengan Allah subhanahu wata’ala,” kata Ustadz Arif.
Dihadapan para tamu undangan dan santri dan wali santri, Direktur juga memberikan informasi terkait ikhtiar-ikhtiar yang dilakukan jajaran badan pembina dan pengelola PPM Zam-Zam dalam upaya mewujudkan santri yang Mandari Taqwa dan Prestasi dengan menjalin kerja sama dengan berbagai lembaga pendidikan tinggi dan kebahasaan seperti dengan Cambridge University dan lainnya. Sedangkan sebaran santri baru yang diterima tahun ajaran 2023-2024 ini terjauh antara lain dari Papua, NTB dan Kalimantan.
Dalam tausyiah motivasinya, Kyai Irzal Fadholi meyakinkan kepada santriwan-santriwati dan para walinya bahwa belajar atau menitipkan anak di pondok pesantren merupakan langkah tepat sebagai usaha mewujudkan generasi yang unggul. Hal mendasar bagi orang tua yang harus dilakukan adalah keikhlasan yang bermakna sungguh-sungguh. Tanamkan niat memondokkan anak dengan basmallah disertai doa bagi ananda agar betah, kerasan, belajar dengan tekun untuk mendapatkan ilmu dari Allah. Juga doa kepada asatidznya agar senantiasa diberikan kesehatan dan kesabaran serta semanak ngopeni anak-anak.
Sebelumnya Kyai Irzal mengajak para wali santri untuk menirukan ikrar tentang kesiapsetiaan terhadap peraturan pesantren. Selanjutnya ditegaskan bahwa, niat itu amalan penting sebagai salah satu perbuatan maha dahsyat yang diamini oleh langit dan dikabulkan Allah subhanahu wata’ala.
“Memondokkan anak harus diniati dengan basmallah. Panjenengan termasuk mujahid. Yakni orang yang berjuang dan memperjuangkan anak di lembaga pendidikan pesantren,” terang Kyai asal Pekajangan, Pekalongan ini.
Dijelaskan pula, para orang tua yang memondokkan anaknya di pesantren Muhammadiyah itu langkahnya berada di trek yang benar untuk mewujudkan generasi unggul, generasi hebat, jujur dan generasi yang peduli kepada NKRI.
“Tidak cukup NKRI disemboyankan, tetapi NKRI harus dilakukan, harus diberdayakan, harus dikomunikasikan dan menjadi sebuah komitmen bersama untuk mewujudkan baldatun thayyibatun warabbun ghafuur,” tandas Kyai yang juga salah seorang Tim Penyusun Buku Panduan Pesantren Muhammadiyah PP Muhammadiyah (Tarqum/Hamidin).