Aplikasi Hijrah dalam Kehidupan Sehari-Hari

Aplikasi Hijrah dalam Kehidupan Sehari-Hari

Aplikasi Hijrah dalam Kehidupan Sehari-Hari

Oleh: Amrozi Mufida, Anggota LPHU PDM Lamongan

Dalam Al-Qur’an, ada 31 kata yang menggunakan kata Hajara atau Hijrah. Dari jumlah itu, ada 6 ayat yang menyebutkan kata Haajaruu (orang-orang yang berhijrah) bergandengan dengan kata Aamanuu (orang-orang yang beriman) dan Jaahaduu (orang-orang yang berjihad). Seperti dalam QS At-Taubah (9): 20

الذين أمنوا وهاجروا وجاهدوا في سبيل الله بأموالهم وأنفسهم أعظم درجة عند الله، وأولئك هم الفائزون. التوبة ٩: ٢٠

Orang-orang yang beriman, berhijrah, dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah. Mereka itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan

Ini berarti betapa erat kaitannya antara hijrah dengan iman dan jihad. Hijrah berbeda sama sekali dengan Migrasi. Hijrah adalah terminologi khas Islam yang landasannya adalah iman kepada Allah SWT dan jihad di jalan-Nya. Jadi, hijrah menjadi tolak ukur keimanan dan kejihadan seseorang. Orang-orang yang benar-benar beriman dan berjihad tentu tidak akan merasa berat melakukan hijrah.

Secara etimologi, hijrah berarti At-Tarku (meninggalkan), baik meninggalkan tempat maupun meninggalkan sesuatu yang tidak baik. Sehingga ada Hijrah Makaniyah dan Hijrah Maknawiyah

Hijrah Makaniyah (Hijrah Tempat) adalah meninggalkan negeri kafir menuju ke negeri Islam karena takut fitnah. Fitnah di sini maksudnya adalah bahaya yang dapat mengancam fisik dan keimanan seorang Muslim, baik secara pribadi maupun secara kelompok. Dalam siroh Nabi atau sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW, kita mengenal ada dua macam hijrah, yaitu hijrah ke Habasyah dan hijrah ke Madinah. Hijrah ke Habasyah bertujuan untuk mendapatkan perlindungan, sehingga orang-orang yang berhijrah ke Habasyah pada umumnya adalah orang-orang yang lemah. Sedangkan hijrah ke Madinah bertujuan untuk melakukan mobilisasi ummat dalam rangka meletakkan basis kekuatan ummat dan menegakkan Daulah Islamiyah. Sehingga hijrah ke Madinah justru dilakukan oleh orang-orang yang kuat.

Hijrah Maknawiyah (Hijrah Penuh Makna) adalah meninggalkan semua yang dilarang oleh Allah SWT
Rasulullah SAW bersabda:

المهاجر من هجر ما نهى الله عنه. متفق عليه عن عبد الله بن عمر رض

Orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan apa pun yang dilarang oleh Allah. HR Bukhari Muslim dari Abdullah bin Umar RA

Meninggalkan semua yang dilarang oleh Allah apabila dijabarkan dapat berarti perpindahan seorang Muslim dari kufur kepada iman, dari syirik kepada tauhid, dari nifaq kepada istiqomah, dari maksiat kepada taat, dari haram kepada halal, begitu seterusnya. Singkat kata, Hijrah Maknawiyah adalah perpindahan total seorang Muslim dari kehidupan yang serba jahili menuju kehidupan yang penuh Islami. Ini hakikat Hijrah Maknawiyah, hijrah penuh makna, hijrah mental, hijrah hati.

Hijrah Maknawiyah bersifat mutlak dan berlaku bagi setiap orang Islam. Setiap orang Islam harus melakukan hijrah ini agar menjadi pribadi Muslim yang kaffah. Seorang Muslim yang hanya mengabdi kepada Allah SWT secara totalitas. Hijrah ini menjadikan manusia terangkat kehidupannya dari kegelapan menuju cahaya Islam, dari dominasi pengabdian terhadap syetan menuju pengabdian hanya kepada Allah SWT.

إن الشيطان لكم عدو مبين

Sesungguhnya syetan adalah musuh yang nyata bagi kamu semua

Dalam kondisi sekarang, dimana kita hidup di lingkungan masyarakat yang pola kehidupannya jauh dari nilai-nilai Islam, maka Hijrah Maknawiyah ini merupakan suatu keharusan. Dengan demikian, meskipun seseorang secara fisik tetap berada di lingkungannya, tetapi secara maknawi dia meninggalkan seluruh pola kehidupan di lingkungannya
Rasulullah SAW bersabda:

لا تكونوا إمعة، تقولون: إن أحسن الناس أحسنا، وإن ظلموا ظلمنا، ولكن وطنوا أنفسكم إن أحسن الناس أن تحسنوا، وإن أساؤوا فلا تظلموا. رواه الترمذي عن حذيفة رض

Janganlah kamu menjadi orang yang mengekor. Kamu berkata, jika mereka berbuat baik, kami juga berbuat baik. Jika mereka berbuat dzalim, kami juga berbuat dzalim. Tetapi, perkokohlah dirimu, jika mereka berbuat baik, kami juga berbuat baik. Tetapi, jika mereka berbuat jahat, janganlah kamu berbuat dzalim. HR Tirmidzi dari Hudzaifah RA

Exit mobile version