BANTUL, Suara Muhammadiyah – Penutupan Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan, yang direncanakan sampai bulan September 2023, telah membawa persoalan bagi warga Yogyakarta. Sampah yang biasanya dibuang menuju TPST Piyungan menumpuk di rumah tangga. Yang lebih ironis, sebagian sampah menumpuk di tempat pembuangan sampah sementara. Penumpukan sampah menyebabkan bau busuk menyengat.
Menghadapi persoalan krisis sampah, Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Banguntapan Selatan, Bantul melakukan langkah nyata. PCM yang yang berada tidak jauh dari kawasan TPST Piyungan ini menginisasi gerakan sedekah sampah.
“Model gerakan sedekah sampah ini yang dikembangkan adalah dengan memilah sampah sejak hulu. Langkah-langkah untuk berpartisipasi sangat sederhana. Pertama, warga memilah sampah anorganik di tingkat rumah tangga. Kedua, kemudian setiap Ahad pagi jam tujuh sampai jam sembilan bisa disetorkan ke relawan baik secara mandiri maupun kolektif,” jelas Dr. Ayif Faturrahman, sekretaris PCM Banguntapan Selatan, pada Senin (24/7).
Ayif menambahkan bahwa lokasi pengumpulan sampah bisa dilakukan di masjid Ahmad Dahlan yang berada di Jalan Pleret km 1,5. Adapun sampah yang dikumpulkan bisa berupa botol plastik, kertas, kardus, gelas plastik, dan sejenisnya. Agar sampah tidak mengotori halaman masjid, penyerahan sampah dari warga ke pengolah sampah dilakukan secara cepat dalam waktu satu hari. Juga diharuskan sampah telah dipilah hanya sampah anorganik dan dalam kondisi kering.
Selain mengurai persoalan sampah anorganik, gerakan sedekah sampah ini diharapkan juga memiliki dimensi kemanusiaan dan ekonomi. Gerakan ini melibatkan berbagai majelis, lembaga dan Angkatan Muda Muhammadiyah di PCM Banguntapan Selatan.
“Mari kita peduli dengan persoalan sampah dari diri kita sendiri. Bergabung dan bersedekah sampah menjadi bentuk nyata kepedulian kita,” pungkas Ayif. (FJ)