Tanwir HW: Menghasilkan Pemimpin yang Tercerahkan dan Mencerahkan
MALANG, Suara Muhammadiyah – Senandung terdengar merdu. Lagu-lagu lama penuh kenangan era 90-an mewarnai ruang pertemuan. Seperti reuni tapi bukan reuni. Disengaja atau tidak, selera lagu selalu berbanding lurus dengan usia pendengarnya. Di ruangan itu, usia senior lebih mendominasi dari seluruh jumlah peserta yang hadir.
Berlangsung di basement Dome UMM, Kwartir Pusat Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan melakukan Sidang Tanwir untuk memilih 39 nama calon anggota Kwartir Pusat. 39 nama tersebut nantinya akan disaring kembali menjadi 13 nama anggota tetap Kwartir Pusat Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan pada rapat pleno Muktamar HW ke-4 yang berlangsung di Universitas Muhammadiyah Malang. Sidang Tanwir tersebut dihadiri oleh Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Saad Ibrahim, Ketua Umum Kwartir Pusat Endra Widyarsono dan seluruh jajaran kwartir Pusat hingga wilayah.
Saad Ibrahim dalam sambutannya menyampaikan bahwa tanwir memiliki makna dan nilai yang sangat dalam, yaitu pencerahan. Sebagaimana matahari dan bulan yang secara bergantian terus memberikan pencerahan kepada bumi. Matahari adalah simbol dari Tuhan, sedangkan bulan adalah mereka yang memberikan pencerahan pada kehidupan. Untuk dapat memberikan pencerahan, bulan tak bisa berperan sendirian. Ia harus memantulkan sinar matahari ke bumi.
“Tidak mungkin kita bisa memberikan pencerahan, jika kita sendiri tidak tercerahkan,” ujarnya.
Menurutnya, tanda orang yang tercerahkan adalah jiwanya menggantung kepada Tuhan. Inilah yang disebut tawakal. Berserah diri.
Pada takaran teknis, tanwir dan muktamar di HW sama seperti Muhammadiyah. Ada anggota tanwir, ada juga anggota muktamar. Para anggota tersebut memiliki kemampuan untuk memilih orang-orang terbaik untuk memimpin mereka. Dan mereka yang terpilih adalah mereka yang tidak berorientasi pada kekuasaan, tapi untuk apa kekuasaan itu digunakan. Meneruskan misi kenabian. Tanwir merupakan sesuatu yang sangat sakral dan mengandung amanah yang besar.
“Siapapun yang terpilih, dipundaknya diberikan beban. Dan yang tidak terpilih, Allah lepaskan beban itu dari pundaknya,” ungkap Ketua Pimpinan Pusat yang membidangi tabligh tersebut.
Terkait dengan soal memilih pemimpin, Saad memberikan contoh Muktamar ke-48 di Solo yang ia nilai sukses besar. Dalam pesta terbesar Muhammadiyah tersebut Dahlan Iskan memuji Muhammadiyah dengan menuliskan sebuah artikel berjudul Sejuknya Muktamar Muhammadiyah. Di akhir artikelnya ia menyimpulkan bahwa dalam konteks memilih pemimpin, hendaknya kita meniru Muhammadiyah.
“Jika kita bandingkan dengan organisasi keagamaan yang lain, rasa-rasanya yang punya model sejuk seperti ini hanya Muhammadiyah,” tegasnya.
Andra Wiyarsono mengatakan, untuk mengelola sumber daya secara optimal dan maksimal dibutuhkan sosok pemimpin yang berkualitas. Manusia yang tangguh, kuat secara mental, fisik dan intelektual. “Untuk menjadi pemimpin yang baik, agar bisa melaksanakan seluruh program dengan baik, dibutuhkan kesungguhan dan kerja keras,” ujarnya. (diko)