MAKASSAR, Suara Muhammadiyah – Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulawesi Selatan yang juga Rektor Unismuh Makassar mendorong Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani (MPKSDI) untuk merumuskan program yang melahirkan kader berkualitas.
Menurut dia, MPKSDI perlu melahirkan konsep Risalah Pengaderan Berkemajuan, sehingga generasi penerus Muhammadiyah bisa menghidupkan Persyarikatan sepanjang kehidupan manusia di alam semesta ini.
Ambo menyitir Quran Sunah An-Nisa ayat 9, “Janganlah kamu meninggalkan generasi yang lemah”. Ia menyebut ayat itu sebagai pamungkas bagi Majelis Pendidikan Kader dan Sumber Daya Insani (MPKSDI).
Pasalnya, MPKSDI bertanggung jawab atas kekuatan generasi penerus Persyarikatan. Karena itulah, lanjut Ambo, pihaknya selalu menekankan kepada Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) untuk terus melakukan pengaderan.
“Saya seringkali katakan, kalau perlu bahkan pengaderan saja yang terus kalian lakukan,” tegas dia saat memberikan sambutan dalam pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) MPKSDI Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah.
Pembukaan Rakernas itu dihelat pada Kamis, 27 Juli 2023 di Balai Sidang Muktamar Kampus Universitas Muhammadiyah Makassar. Sebanyak 29 MPKSDI PWM se-Indonesia hadir dalam rakernas itu.
Pentingnya “Kader Kuat”
Atas sambutan Ambo Asse, Ketua MPKSDI PP Muhammadiyah, Bachtiar Dwi Kurniawan menanggapi dengan menyitir hadis Nabi terkait umat yang kuat.
Hadis itu berbicara bahwa Allah lebih mencintai mukmin kuat daripada mukmin yang lemah. Ia mengungkapkan, jika hadis itu ditarik ke dalam konteks Muhammadiyah, Persyarikatan ini memang harus melahirkan kader yang kuat.
“Kader Muhammadiyah yang kuat jauh lebih dicintai oleh Allah daripada kader Muhammadiyah yang lemah,” kata dia.
Kader Muhammadiyah itu, lanjut dia harus kuat komitmen ke-Islaman dan ke-Muhammadiyahannya. Hal itu merupakan syarat utama yang harus dimiliki oleh kader Muhammadiyah.
“Sebagai kader dari organisasi gerakan Islam, komitmen ke-Islaman harus kuat . Sebagai kader Muhammadiyah, komitmen ke-Muhammadiyahannya juga harus baik,” tegas dia.
Gus Bach melanjutkan, kader Muhammadiyah juga harus kuat intelektual. Literasi kader Muhammadiyah harus bagus, tidak hanya membaca kitab kuning dan kitab putih, tapi juga dalam hal membaca realitas sosial.
“Kalau kita ingin dihormati, dimuliakan, maka kita harus menjadi kader-kader yang mempunyai kekuatan intelektual,” ungkap dia.
Pihaknya menyadari Muhammadiyah amat ditentukan oleh kekuatan sumber daya manusianya. Secara kuantitas dan fisikal, dunia telah mengakui entitas Muhammadiyah. Namun, Persyarikatan juga harus terus meningkatkan kualitasnya.
Sementara itu, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengaku setuju dengan Ambo dan Gus Bach. Sebagai orang yang pernah memimpin badan pendidikan kader, ia mengaku paham betul terkait peran MPKSDI.
Dirinya menyadari bahwa mengelola, membina, dan mengembangkan kader Muhammadiyah sebagaimana idealitasnya memang tidak mudah.
Hal itu karena berbagai tuntutan untuk MPKSDI menghasilkan, dan mendorong peran kader agar dapat tangguh dalam semua dimensi.
“Tapi saya percaya, gerak MPKSDI mampu memilih program-program prioritas yang strategis dengan prinsip taqdimul akham minal muhim, sehingga dalam lima tahun ini mampu mencapai target yang diharapkan, walaupun memang tidak mudah,” kata dia.
Ia menekankan, kader merupakan eksponen paling penting karena merupakan anggota inti dari gerakan.
Karena itulah, Muhammadiyah harus memperbanyak kader yang berpotensi, berperan, dan berfungsi sebagai elite strategis.
Kader itu tidak hanya berperan strategis di Persyarikatan, tapi juga keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan semesta.
Ia menjelaskan alasan dirinya menekankan pada kader yang berfungsi sebagai elite strategis. Hal itu, kata dia, tidak terlepas dari Q.S An-Nisa ayat 9 yang disitir Ketua PWM Sulsel, Ambo Asse.
Haedar mengingatkan, sejarah menunjukkan bahwa peradaban dibentuk oleh kaum elite. Bahkan, ada kelompok kecil tapi berperan strategis yang mengalahkan kelompok besar tapi lemah.
Karena itu, Ia menambahkan, kader Muhammadiyah juga harus memiliki kesadaran masa depan yang ditunjang dengan kekuatan takwa.
Ia menegaskan, kader harus memiliki fungsi elite strategis yang bisa bersaing di era yang semakin kompleks ini dan itu lahir dari proses akselerasi yang dilakukan oleh MPKSDI. (hadi/riz)