Menakar Semangat Ibadah: Muhasabah Tahun Baru 1445 H

Menakar Semangat Ibadah: Muhasabah Tahun Baru 1445 H

Menakar Semangat Ibadah: Muhasabah Tahun Baru 1445 H

Oleh: Drs. KH. Suyatman, M.M., M.Si

Peristiwa hijrah memberikan pelajaran bagi kita untuk selalu melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Perubahan itu tidak hanya secara fisik, juga cara pandang, aspek spiritual, termasuk didalamnya perubahan dalam hal ibadah yang seharusnya semakin meningkat. Perubahan itu kita siapkan semua sebagai bekal untuk menyongsong dunia global yang memang terus berubah.

Allah Swt mengingatkan kepada kita untuk bermuhasabah (intropeksi diri), sebagaimana yang tersirat didalam Al Quran Surat Al Hasyr ayat ke-18, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Pergantian tahun bisa kita jadikan sebagai momentum untuk membuka lembaran semangat baru. Mulai dari memasang target-target kehidupan sampai pada titik tolak melakukan sebuah kebaikan.

Sebagai seorang muslim hendaknya target kualitas ibadah menjadi salahsatu rangkaian yang hendak dicapai pula dengan seiring datangnya pergantian tahun hijriyah. Menakar kualitas ibadah dengan senatiasa bermuhasabah ditahun baru hijriyah, apakah ibadah kita semakin meningkat atau malah menurun.

Sesuai petunjuk Allah SWT dalam Quran surat Al Fathir 29-30 maka kita dapati dengan mudah bagaimana menakar ibadah kita dengan semangat datangnya tahun baru hijriyah. Ada tiga barometer ibadah yang dapat kita bandingkan dari waktu yang sudah kita lewati dengan waktu yang akan kita tapaki.

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.”

Pertama, Bagaimana kita berinteraksi dalam membaca Al Quran. Kita dapat menakarnya dengan sejauh mana frekuensi ataupun waktu yang diluangkan dalam membaca Al Quran.

Al Quran sebagai kitab suci memberikan berbagai keutamaan. Hamba-hamba Allah yang hidup bersama Al Qur’an, akan mendapatkan hati tenang, kedamaian dan kebahagiaan. “Ingatlah, hanya dengan zikir (mengingat) Allah hati menjadi tenang.” (Quran Surat Ar-Ra’d: 28) dan seutama-utama zikir itu ternyata adalah membaca Al-qur’an.

Demikian pula dengan membaca al Quran akan meraih pertolongan di hari kiamat, ”Bacalah al-Qur’an, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat nanti memberi syafaat bagi orang yang membacanya.” (H. R. Muslim).

Nabi memberi petunjuk bagaimana menjadi manusia terbaik serta memotivasi kita untuk terus mempelajari Al Quran, ”Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-Qur’an dan yang mengajarkannya” (H.R. Bukhari). Adapun yang terbata-bata dan sulit membacanya akan mendapat dua pahala.” (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim)

Dengan membaca Al Quran kita akan memperoleh sepuluh kebaikan, ”Barang siapa yang membaca satu huruf Kitabullah maka ia mendapat satu kebaikan, dan satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif laam miim itu satu huruf, tapi alif itu satu huruf.” (Hadits riwayat at-Tirmizi).

Kedua, Bagaimana dengan ibadah sholat kita. Dalam Al Quran Surat Al Ankabut; 45 dengan gamblang Allah memberikan panduan kepada kita, “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Dalam kehidupan yang demikan penuh dinamika godaan, maka sholat menjadi salahsatu benteng dalam mencegah manusia dari ketergelinciran dunia. Kita diingatkan pula hadits Nabi tentang pentingnya sholat, dari Mu’adz bin Jabal, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Inti (pokok) segala perkara adalah Islam dan tiangnya (penopangnya) adalah shalat.” (Hadits Riwayat Tirmidzi no. 2616 dan Ibnu Majah no. 3973)

Ketiga, Bagaimana dengan sedekah kita. Menakar kekuatan kita dalam dimensi sedekah dalam sudut pandang kemanusian seolah mempertanyakan seberapa besar ruang empati dan simpati kita terhadap orang-orang yang ada disekitar. Tentang kepedulian karena rasa syukur bahwa Allah SWT telah menitipkan harta kepada kita yang sebagian titipan itu ada hak orang lain.

Didalam Quran surat Al Lail ayat 5-7, kita diingatkan betapa jalan kemudahan dan kebahagiaan bisa kita raih dengan sedekah, “Maka barangsiapa memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan (adanya pahala) yang terbaik (surga), maka akan Kami mudahkan baginya jalan menuju kemudahan (kebahagiaan)”.

Demikian pula didalam Quran surat At Taghabun ayat 16-17, “Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah; dan infakkanlah harta yang baik untuk dirimu. Dan barang-siapa dijaga dirinya dari kekikiran, mereka itulah orang-orang yang beruntung. Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipat gandakan balasannya kepadamu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pembalas Jasa lagi Maha Penyantun.”

Allah SWT pun akan melipatgandakan setiap harta yang kita keluarkan. Sungguh indah balasan dari Allah SWT akan, “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”

Membaca Al Quran, menegakkan sholat dan mengeluarkan sedekah menjadi tolak ukur bagaimana kita menakar tingkat kualitas kesalehan yang kita lakukan selama ini termasuk kedepannya. Muhasabah harus kita lakukan, kebaikan harus kita upayakan dan ibadah terkadang harus kita paksakaan diawal agar nantinya akan menjadi kebiasaan.

Drs. KH. Suyatman, M.M., M.Si, Ketua Dewan Pengawas BPIC Kaltim, Ketua Muhammadiyah Kaltim Periode 2015-2022

Exit mobile version