YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah- Pada Rakernas Majelis Pendidikan Dasar, Menengah dan Pendidikan Nonformal (Dikdasmen PNF) Muhammadiyah se-Indonesia bertajuk “Meneguhkan Visi, Mengembangkan Kolaborasi, Menghadirkan Transformasi” yang diselenggarakan di Yogyakarta (28-30.07.2023), Ketua PP Muhammadiyah yang membidangi pendidikan, kebudayaan dan olahraga Irwan Akib menguraikan ada empat tujuan dalam pendidikan Muhammadiyah yang diharapkan dapat terinternalisasi dalam kepribadian anak-anak didik di sekolah dan madrasah Muhammadiyah.
“Kita berharap alumni dari sekolah Muhammadiyah memiliki empat hal. Pertama, mantap keimanannya. Kedua, unggul dalam intelektual. Ketiga, anggun di dalam berakhlak. Dan keempat, sigap dalam berkarya,” ujar Irwan dalam tausyiah yang dimoderatori Wakil Ketua Majelis Dikdasmen PNF PP Muhammadiyah Alpha Amirrachman.
Irwan menekankan pentingnya fungsi pengkaderan di lingkungan sekolah Muhammadiyah, karena itu Al Islam dan Kemuhammadiyahan (ISMUBA) menjadi penting termasuk kegiatan ekstrakulikuler seperti Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), Hizbul Wathan dan Tapak Suci.
Irwan mengakui untuk mencapai semua itu perlu proses di antaranya kepemimpinan kepala sekolah yang memiliki komitmen pada ideologi Muhammadiyah sekalgus juga berani melakukan inovasi. Menurutnya, kepemimpinan kepala sekolah akan sangat menentukan maju atau tidaknya sekolah tersebut dan terutama untuk memastikan keempat hal di atas dapat terpatri dalam jiwa alumni sekolah Muhammadiyah.
“Ke depan kita perlu pelatihan kepala sekolah yang bukan sekedar formalitas tapi yang kreatif dan betul-betul membuka wawasan, seperti konsep growth mindset yang dicanangkan Prof Suyanto. Kepala sekolah jangan hanya datang terus pulang, tapi harus berani membuat terobosan,” ujarnya, mendukung Majelis untuk tidak ragu mengganti kepala sekolah yang memang sudah tidak layak.
Irwan mengilustrasikan bahwa ada kepala sekolah yang tidak mau diganti sampai beliau almarhum bersamaan dengan tutupnya sekolah yang dipimpinnya karena sudah tidak diminati masayarakat.
Ia mengakui citra sebagian kondisi sekolah Muhammadiyah di beberapa tempat belum menggembirakan. Ada yang tadinya sangat diminati namun lalu menurun, ada juga sebelumnya bagus lalu terpaksa digratiskan karena siswanya semakin sedikit, malah lalu tersaingi oleh sekolah swasta lain yang mahal dan baru didirikan di lingkungannya.
“Kita perlu bukan sekedar membranding sekolah, tapi betul-betul menghadirkan sesuatu yang baru untuk masyarakat, tanpa meninggalkan identitas nama Muhammadiyah,” ujar Irwan mengingatkan.
Ia mencontohkan ada sekolah Muhammadiyah PK atau Program Khusus, sekolah ini tidak hanya menciptakan branding yang baru, tapi betul-betul menghadirkan program baru untuk masyarakat karena itu masyarakat pun semakin tinggi minatnya untuk menyekolahkan putra-putrinya di sekolah tersebut.
Irwan merasa prihatin masih adanya sekolah Muhammadiyah dengan jumlah siswa yang relatif sedikit. Karena itu ia mendorong agar Majelis Dikdasmen PNF PP Muhammadiyah menyiapkan data yang memetakan secara komprehensif kondisi sekolah-sekolah Muhammadiyah agar bisa menjadi dasar pengambilan kebijakan intervensi dari Majelis baik Pusat, Wilayah maupun Daerah, ujarnya. Ia mengingatkan kondisi sekolah-sekolah Muhammadiyah sangat variatif, intervensi bisa berbeda satu dengan yang lain.
Terkait dengan sistem zonasi dan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), Irwan menyesalkan belum adanya pembinaan yang memadai dari pemerintah daerah bagi sekolah-sekolah swasta, padahal sekolah-sekolah swasta yang dibina lalu menjadi bagus kualitasnya akan menjadi pilihan juga bagi calon-calon siswa. Menyinggung kebijakan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) PPPK, Irwan menyampaikan bahwa PP Muhammadiyah akan mengambil langkah selanjutnya karena dampaknya betul-betul merugikan sekolah-sekolah Muhammadiyah. (HA/Yofa)