Al-Qur’an dan Sains
Oleh: Donny Syofyan
Al-Qur’an tidak bertentangan dengan sains modern. Jujur saja, kita tidak bisa melepaskan diri dari sains modern. Semuanya ada di sekitar kita. Ada di ponsel kita. Kita tidak bisa mengatakan, “Ayo kita abaikan sains.” Pada saat yang sama, Al-Qur’an juga sangat krusial bagi kita. Ia adalah pesan dan firman Tuhan untuk kita. Kita tidak bisa mengesampingkannya. Tetapi bisakah kita merangkul keduanya? Ya, karena Al-Qur’an kompatibel dengan sains. Kita dapat memiliki Al-Qur’an dan sains dalam satu genggaman.
Coba kita cermati ini secara lebih luas. Kita menyadari banyak persoalan dan masalah besar di dunia. Ketika orang-orang kembali kepada kitab suci, mereka menemukan adanya jurang yang menganga lebar antara apa yang diajarkan oleh kitab suci dan apa yang ditemukan oleh sains modern. Ini menjadi masalah besar, terutama bagi generasi muda ketika mereka memahami dan memeluk agama-agama besar dunia. Perlu diingat bahwa anak-anak muda belajar di sekolah atau kampus. Mereka melakukan banyak eksperimen di laboratorium dan sebagainya. Mereka memiliki minat yang tinggi terhadap sains.
Mereka menggunakan teknologi melebihi generasi senior atau orang tua mereka. Mereka ingin merangkul sains. Mereka tidak bisa begitu saja meninggalkan sains. Tapi pada saat yang sama, mereka juga ingin setia pada kitab suci karena mereka ingin percaya pada firman Tuhan. Lalu apa yang mereka lakukan begitu menemukan kesenjangan ini? Tidak hanya anak-anak muda, bahkan para pemikir secara umum juga menemukan masalah besar di sini.
Dalam konteks ini, ada dua solusi. Di satu sisi, ada kelompok yang memilih keyakinan buta. Kelompok ini berkata, “Lihat, ini adalah Firman Tuhan. Saya percaya kepadanya. Tak perlu keraguan kepadanya” Tetapi mereka tidak bisa menyembunyikan adanya dikotomi yang mengganggu pikiran mereka dan ini adalah sumber ketidakpuasan yang berkelanjutan. Di sisi lain, ada kelompok yang beralih ke deisme, skeptisisme, agnostisisme, sekularisme, dan bahkan ateisme. Kita melihat adanya kebangkitan ateisme di dunia modern. Salah satu pemicunya karena orang-orang menemukan perbedaan, kesenjangan bahkan pertentangan antara pesan-pesan dalam kitab suci dan penemuan sains modern.
Apakah Islam menawarkan solusi untuk ini? Benar. Al-Qur’an hadir mengatasi persoalan ini karena adanya kompatibilitas yang dimilikinya dengan sains. Al-Qur’an adalah kitab suci yang diwahyukan sekitar 1400 tahun yang lalu. Itu menjadi teks tetap dan mapan sejak abad ke-7. Karenanya, kita tak berharap bahwa Al-Qur’an akan mengajari kita rumus-rumus modern seperti E = MC2. Bagaimanapun, Al-Qur’an tidak dimaksudkan menjadi buku teks sains untuk mengajarkan sains dan realitas fisik lainnya.
Al-Qur’an dimulai dengan dorongan berpikir. Orang hanya memahami apa yang disebut wilayah fisika, tapi Al-Qur’an menggiring perhatian kita pada fisika dan metafisika. Ini bukan saja tentang dunia ini, tetapi tentang bagaimana Tuhan menciptakan dunia bahkan alam semesta ini. Al-Qur’an tidak mengajarkan kita detail sains modern, seperti terdapat dalam buku-buku teks kimia, fisika, atau semacamnya. Al-Qur’an mengajarkan kita hubungan kita dengan Tuhan dan bagaimana kita melakoni hidup di dunia seraya mencari keridaan Ilahi.
Perlu dicatat bahwa Al-Qur’an terhindar dari kesalahan-kesalahan ilmiah yang banyak ditemukan pada kitab suci agama lainnya. Sebagai contoh, beberapa orang mencoba menghitung usia bumi berdasarkan kitab suci yang mereka yakini dan percaya bahwa bumi berusia kurang dari 10.000 tahun. Hari ini, berdasarkan penelitian saintifik ditemukan bumi sudah berusia miliaran tahun, lebih tua dari 10.000 tahun. Ujung-ujungnya, mereka mulai meragukan kebenaran kitab suci mereka.
Apa yang dikatakan Al-Qur’an tentang ini? Al-Qur’an dapat dengan mudah menyalin kesalahan yang sama dari tulisan suci terdahulu, tetapi Al-Qur’an tidak melakukannya. Karena bagi umat Islam, ini adalah wahyu dari Allah yang Maha Kuasa, dan karena itu tidak akan ada kesalahan seperti itu. Al-Qur’an memberi kita wahyu yang bisa kita andalkan. Al-Qur’an tidak memberikan angka tentang usia bumi. Al-Qur’an menerangkan penciptaan langit dan bumi, penciptaan Adam dan sebagainya. Namun kita tidak memiliki masalah yang sama dengan kitab suci lainnya. Kita menemukan bahwa Al-Qur’an sangat kompatibel dengan sains modern.
Banyak aspek lain dalam Al-Qur’an yang ditafsirkan selaras dengan sains modern. Misalnya, dalam Al-Qur’an surah Adz-Dzariyat ayat 47, Allah berfirman, “Dan langit Kami bangun dengan kekuasaan (Kami), dan Kami benar-benar meluaskannya.” Ini dapat dengan mudah dipahami dalam hal kosmologi modern, sebaimana telah dijelaskan oleh Edwin Hubble pada tahun 1920-an. Gagasannya bahwa alam semesta ini berkembang, membesar, memuai. Temuan Hubble ini nyatanya selaras dengan ayat Al-Qur’an di atas.
Kita juga bisa melihat embriologi, yakni tentang pertumbuhan dan perkembangan bayi manusia di rahim ibu. Para ilmuwan sebelumnya tidak mengetahui bagaimana bayi tumbuh atau berkembang sebelum penemuan dan penggunaan mikroskop, yang ditemukan 1000 tahun setelah Al-Qur’an turun. Tak ada teks-teks sains yang mengetahui secara pasti seputar perkembangan bayi. Tetapi dalam Al-Qur’an, secara mengejutkan, kita membaca pernyataan tentang pertumbuhan dan perkembangan awal bayi manusia melalui berbagai tahap yang sangat harmonis dengan penemuan ilmiah modern.
Hal ini menjadikan Muslim kuat dan percaya diri. Apa artinya? Ini berarti bahwa umat Islam bisa antusias mengikuti keimanan yang dimiliki dan sangat antusias mengikuti Al-Qur’an. Kita percaya bahwa Al-Qur’an sesuai dengan sains modern. Ini bermakna kita tidak harus meninggalkan sains dan memilih mengikuti kitab suci. Kita juga tidak perlu melepaskan iman kita demi mengikuti sains. Kita dapat memiliki Al-Qur’an dan sains bersamaan; Al-Qur’an memberikan kita isyarat-isyarat ilimiah, sementara sains menafsirkan Al-Qur’an. Al-Qur’an menginspirasi kita untuk melakukan lebih banyak penelitian dan penemuan saintifik.
Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas