Catatan dari Pinggir Rakernas Sinergi PP Aisyiyah
Oleh: Nurhira Abdul Kadir
Buat saya pribadi, menghadiri Rapat Kerja Nasional Aisyiyah Majelis Kesehatan, Majelis Pendidikan Tinggi, dan Lembaga Penelitian, Pengembangan Aisyiyah Pimpinan Pusat Aisyiyah pada 4-5 Agustus 2023 adalah sebuah kehormatan dan kebanggaan. Saya dimandat ikut Rakernas secara online bersama tiga orang lainnya: Dr. dr. Anna Khusaimah, M.Kes sebagai Koordinator Divisi Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat, Hj. Zaenab, S.H. sebagai Ketua BPH Klinik Utama St. Khadijah ‘Aisyiyah Kota Parepare.
Kemudian ada sahabat saya, adik angkatan semasa berkuliah kedokteran, dr. Budiman Siri, Sp.B, M.Kes saat ini menjabat Kepala Klinik Utama Sitti Khadijah ‘Aisyiyah Kota Pare-pare. Sementara utusan lain menghadiri langsung di Jogja diantaranya ketua Majelis Kesehatan PWA Sulsel, ibu Andi Hasnah dan sahabat saya, Dr Amtsyir Muhadi, M.Adm.Kes., Direktur RSU Aisyiyah Sitti Khadijah Pinrang, Sulawesi Selatan.
Yang unik adalah, saya menghadirinya dari kejauhan, ribuan kilometer dari lokasi gegap gempita acara, yaitu dari sudut rumah saya di kawasan Gwynneville, New South Wales, Australia. Putri saya sempat heran, setelah sholat Ashar, saya memakai seragam Aisyiyah lengkap, kain batik hijau berseri beserta kain jarik coklat yang menawan, dipermanis jilbab kuning telor asin berhias peniti kecil Aisyiyah yang dihadiahkan oleh Mas Sofriyanto Soleh Mu’tazim, Kepala Kantor Sekretariat Pimpinan Pusat Muhammadiyah Yogyakarta, dalam rangka Baitul Arqam 1 Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Australia di Melbourne, Desember 2022 lalu.
Selisih waktu New South Wales dan Jogjakarta adalah 3 jam. Saat acara dibuka pada Kamis 4 Agustus, di Jogja pukul 1 siang, sedang saya ada di pukul 4 siang waktu Gwynneville. Kehadiran Wakil Menteri Kesehatan Prof Dr. Dante Saksono Harbuwono, Sp.PD-KEMD, Ph.D., menambah semangat saat saya berdiri menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Mars Aisyiyah.
Ada ratusan ibu dan puluhan bapak di Ruang Auditorium Lokasi Kampus Universitas Aisyiyah/ UNISA Jogjakarta serta dua ratusan menghadiri secara online seperti saya dari 35 Pimpinan Wilayah Aisyiyah seluruh Indonesia. Barangkali terasa lucu bagi yang melihat di Australia sore itu ada ibu berpakaian seragam Aisyiyah berdiri sendiri dalam kamar bernyanyi Indonesia Raya. Tetapi hal yang sama terjadi beberapa tahun lalu, di tengah badai COVID-19 kami berlima: suami istri dan tiga anak dilantik oleh Ustadz KH Hamim Jufri, Ketua PCIM Australia, sempat bernyanyi Indonesia di tiga laptop yang berbeda dari kamar masing-masing.
Sungguh terasa lain suasananya mengikuti Rakernas dari jauh. Melihat seragam hijau di layar, dan semangat para ibu yang atas restu ikhlas suami dan anak berupaya membagi kesempatan dan waktunya mengurusi umat. Menghentak dalam kemeriahan acara adalah pesan dari Ketua Pimpinan Pusat Aisyiyah Dr. apt. Salmah Orbayinah, M. Kes, Apt.
Kata beliau, gempita seremonial yang dirasakan pada acara Rakernas tentu sangat penting, tetapi seperti apa implementasi program yang dihasilkan, itu jauh lebih penting. Pesan ini kemudian diperteguh lagi oleh Ibu Hj. Siti Noordjannah Djohantini, Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah 2017-2022, Aisyiyah harus berlari, tegasnya, tapi pada periode ini, bukan hanya berlari, tapi harus berlari sekurang-kurangnya tiga kali lebih cepat.
Berlari tiga kali lebih cepat akhirnya terpulang ke pundak ratusan peserta Rakernas yang hari ini mulai berkemas meninggalkan lokasi penginapan di Hotel Suara Muhammadiyah Tower and Convention. Kunjungan ke Rumah Sakit dan Klinik percontohan kemaren serta berbagi informasi dan pengalaman terbaik dalam dua hari Rakernas tak cukup menjadi bekal. Rakernas kita tahun ini adalah tentang sinergi, tegas Warsiti, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat, Rektor UNISA yang kampusnya didapuk menjadi salah satu host kegiatan Rakernas. Sinergi, kolaborasi, komunikasi, dan inovasi adalah kunci tambah Dra.Chairunnisa, Mkes, pemateri Rakernas.
Dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG(K), kepala BKKBN juga turut memberi bekal pada sore terakhir di Jogja. Memaparkan peta tantangan dan peluang kontribusi Aisyiyah ke depannya. Hasto menggaris-bawahi, banyak di antara masyarakat dan pemerintah kita terjebak pada asumsi bahwa pembangunan infrastruktur yang mewah, jembatan dan bangunan, merupakan tanda kemajuan. Mereka lupa bahwa aspek ‘intangible’ seperti penguatan ketahanan keluarga, gizi anak, akses ke layanan kesehatan, kesehatan jiwa, adalah pula kunci kesejahteraan dan kebahagian sebagai bangsa. Ini aspek yang tak terlihat, tetapi mengena, dan terasa. Aisyiyah, kata Hasto, adalah mitra pemerintah yang tak pernah lelah menyentuh aspek intangible dalam kiprahnya di masyarakat akar rumput.
Dari keheningan malam Gwynneville, NSW, saat terpaksa menutup laptop sebelum acara berakhir semalam karena sudah terlalu larut di Benua Selatan. Saya merenungi kata-kata sederhana Nyai Walidah Ahmad Dahlan. Perempuan sederhana yang menjadi Ibu Aisyiyah, organisasi perempuan terbesar di tanah air ini. Dikutip Prof Dante saat membuka Rakernas, Nyai Walidah berkata: “Janganlah urusan dapur melupakanmu untuk berjuang di masyarakat.”
Nurhira Abdul Kadir, Koordinator Divisi Pelayanan Kesehatan PW Aisyiyah Sulawesi Selatan 2022-2027, PhD candidat, School of Medical Sciences, University of New South Wales