MAKASSAR, Suara Muhammadiyah – Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) PAI FAI Unismuh Makassar menggelar Kajian Tadarus Literasi dengan tema “Membangun Spirit Literasi untuk Merawat Kewarasan Regenerasi” Kajian Literasi ini menghadirkan Ahmad Soleh sebagai narasumber.
Kajian ini didasari oleh lemahnya budaya literasi di kalangan mahasiswa. Hal ini disebabkan mahasiswa tidak dekat dengan buku. “Bahkan, ada mahasiswa yang beranggapan bahwa membaca buku itu bukanlah sebuah kewajiban. Padahal, mahasiswa, kaum muda, harusnya sangat akrab dengan buku,” ungkap Soleh, Kamis (10/8/2023).
Soleh juga mengutip hasil riset dan survei yang dilakukan Central Connecticut State University tahun 2016 yang menyebutkan Indonesia berada di peringkat 61 dari 62 negara. “Artinya, Indonesia menjadi negara terburuk kedua setelah Bostwana dalam hal melek huruf,” tuturnya.
Bahkan, kata dia, dalam Asesmen Nasional tahun 2021, Kemendikbud meraih data yang menunjukkan generasi pelajar kita belum mencapai kompetensi minimum literasi dan numerasi. “Problemnya, kesadaran dan minat baca kita masih rendah, sehingga sulit untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,” ungkap Soleh.
Selain itu, Soleh juga menyebut sejumlah problem lainnya, antara lain mahalnya harga buku, akses perpustakaan yang sulit, dan kecenderungan membaca buku yang dianggap menarik saja. “Memang kita mesti memulai dengan membaca buku yang kita sukai, tapi perlahan harus ditingkatkan agar basic knowledge kita lebih komprehensif,” ujarnya.
Pria yang juga pegiat literasi tersebut mengungkapkan, rendahnya minat baca berpengaruh pada kualitas SDM. “Kita bisa lihat bagaimana sikap mayoritas masyarakat di medsos, sangat reaktif, bahkan tidak mengedepankan adab dengan berkata kasar, menghina, hal itu karena rendahnya kualitas literasi kita,” tutur dia.
Para founding fathers bangsa Indonesia, Soleh menjelaskan, merupakan tokoh-tokoh yang akrab dengan buku dan melek literasi. “Mulai dari tradisi membaca yang baik, membaca secara kritis. Ide untuk merdeka dari penjajah tidak mungkin lahir tanpa adanya kaum literat yang menggagasnya,” ujar Soleh.