Hiduplah di Muhammadiyah untuk Menghidupkan Muhammadiyah
Oleh: M. Yunan Yusuf
Kesadaran ideologis penulis terasa tertampar oleh kisah inspiratif tentang seorang pemuda Yahudi yang ditulis oleh Deni Asy’ari dalam bukunya DARI TEKS MENUJU KONTEKS: Transformasi Suara Muhammadiyah Menuju Pusat Syiar & Bisnis Persyarikatan. Kisah tersebut menyodorkan sebuah narasi bagaimana seorang pemuda Yahudi yang sedang menginap di sebuah hotel dan bermaksud keluar hotel dengan menyewa armada taksi. Untuk maksud itu si pemuda meminta resepsionis hotel memesankan taksi. Tidak berselang lama beberapa saat, taksi yang dipesanpun tiba. Namun, namun apa yang terjadi, justru pemuda Yahudi ini menolak untuk naik taksi tersebut, sehingga meminta kepada petugas hotel untuk mencari taksi kedua.
Ketika taksi kedua datang, tetap saja si pemuda Yahudi tersebut menolak untuk naik taksi kedua itu. Lalu pemuda Yahudi tersebut kembali meminta resepsionis hotel untuk memesan taksi ketiga. Lagi-lagi, ketika taksi ketiga datang, sang pemuda Yahudi tetap saja menolak untuk mempergunakan taksi itu. Demikian terjadi berulang sampai pesanan taksi yang kesembilan, tetap ditolak tidak menaikinya oleh sang pemuda Yahudi tersebut. Anehnya, ketika pesanan taksi yang kesepuluh datang, barulah sang pemuda Yahudi itu keluar dari hotel dan segera menaiki taksi pesanan yang kesepuluh tersebut.
Tingkah laku si pemuda Yahudi itu membuat pihak hotel sangat heran dan sedikit agak terganggu. Memesan taksi sampai sepuluh kali adalah perbuatan yang tidak sangat layak dan tidak etis. Dengan rasa penasaran pihak hotel bertanya kepada sang pemuda, ketika dia sudah kembali ke hotel. Kenapa dia menolak taksi pesanan sampai sembilan kali, sembari menerima menaiki taksi pesanan yang kesepuluh. Dengan ringan saja si pemuda Yahudi menjawab bahwa sembilan taksi yang dipesan sebelumnya tidak dia ketahui siapa pemilik perusahaan taksi itu. Tetapi ketika pesanan taksi kesepuluh dia tahu bahwa taksi itu adalah perusahaan yang dimiliki oleh Yahudi.
Sudut pandang ideologis inilah sebenarnya yang sedang digulirkan oleh Direktur Utama PT Syarikat Cahaya Media (SCM)/Suara Muhammadiyah (SM), Deni Asy’ari Dt. Marajo dalam mengepakkan sayap Suara Muhammadiyah menjadi perusahaan Persyarikatan yang utama dan berkemajuan. Berbagai inovasi dan pilot project bisnis berbasis jamaah mulai dibangun dan disebar-kembangkan. Mulai dari SM Corner sayap bisnis di sektor pertokoan, SM Logistik sayap bisnis jejaring di bidang pengiriman, BulogMU sayap bisnis bidang pengadaan dan penyaluran produk pangan atau sembako warga Persyarikatan, dan Logmart dengan berbagai jenis, yakni Logmart Minimarket, Logmart Ministore, dan Logmart Gerobak. Sudah menjadi aksioma sejarah ekonomi perbisnisan berbasis jamaah, bahwa pengarusutamaan kepentingan ekonomi warga Persyarikatakan menjadi sesuatu yang niscaya.
Capain puncak saat ini yang diraih oleh PT Syarikat Cahaya Media (SCM)/Suara Muhammadiyah (SM) adalah berdirinya hotel SM TOWER & CONVENTION Yogyakarta. Berdirinya hotel ini membanggakan sebagaimana dinyatakan oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Dr. H. Haedar Nashir, MSi. Hotel ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat menginap, tetapi juga memiliki fungsi edukatif dengan adanya rumah baca dan ruang inspirasi untuk masyarakat umum, khususnya anggota Muhammadiyah, demikian pengakuan Prof. Haedar.
Tidak perlu mengernyitkan dahi dalam-dalam untuk sampai kepada kesimpulan bahwa sisi bisnis ini akan membuat Muhammadiyah memberikan penghidupan kepada warga Persyarikatan. Pengelolaan bisnis ini secara kreatif dan profesional akan menghasilkan pendapatan bagi warga persyarikatan. Bila itu yang terjadi maka sudah barang tentu Muhammadiyah akan memberikan penghidupan kepada warganya. Pesan KHA Dahlan “Hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup dalam Muhammadiyah”, memerlukan reinterpretasi.
Judul tulisan ini sebenarnya adalah penafsiran yang diberikan oleh Allah yarham Bapak HS. Projokusumo. Ketika pada suatu waktu, di tahun 1980-an, dalam acara Upgrading Dosen Al-Islam dan Kemuhammadiyahan, IKIP Muhammadiyah Jakarta, penulis bertanya kepada beliau tentang makna pesan KHA. Dahlan “Hidup-hidupilah Muhammadiyah dan jangan mencari hidup dalam Muhammadiyah.”
Reinterpretasi itu mutlak diperlukan agar pengembangan bisnis Muhammadiyah ini memberi sebesar-besar manfaat bagi warga dan Persyarikatan sendiri. Di atas semua itu yang terpenting adalah agar setiap warga Persyarikatan menghidup-suburkan pengatrusutamaan ideologis gerakan ekonomi berbasis jamaah sungguh-sungguh menjadi niscaya, termasuk menginap di hotel SM TOWER &; CONVENTION Yogyakarta.
Ditulis di kamar 711 hotel SM TOWER & CONVENTION Yogyakarta, 13 Agustus 2023 malam.
M. Yunan Yusuf, Ketua BPH Institut Teknologi Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta dan Anggota Fokal IMM Cabang Ciputat