Menggerakan Dakwah Melalui Karya Sastra Indonesia
Oleh: Hendra Apriyadi, M.Pd
Kesusastraan dan Dakwah
Saat penulis masih aktif di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Tegal sekitar tahun 2009 . Penulis sering diskusi bersama dengan Ayahanda SN Ratmana, tentang Kesusastraan dan Dakwah . Menurut SN Ratmana , atau yang akrab di panggil Pak Suci.
Bicaranya santun, tenang, dan berwibawa. Di mata saya, Pak Suci adalah sosok penulis multidimensi. Suci –demikian panggilan akrab Pak SN Ratmana. Beliau perhatian dan komitmennya terhadap dinamika dunia sastra tak seorang pun yang bisa meragukannya. Puluhan buku, baik fiksi maupun nonfiksi, telah lahir dari tangannya.
SN Ratmana menulis cerpen sejak duduk di bangku SMA Negeri Pekalongan. Telah banyak karya cerpen yang dia tulis dan dimuat di berbagai media massa. Selain itu juga terhimpun dalam beberapa antologi cerpen antara lain Sungai, Suara dan Luka (Sinar Harapan, 1981), Asap itu Masih Mengeptil (Balai Pustaka, 1977) dan Dua Wajah dan Sebuah Sisipan (Kepelpress, 2001). Dia juga menulis puisi dan naskah drama.
Karyanya dimuat pula dalam antologi cerpen pemenang Sayembara Kincir Emas Radio Nederland Wereldomroep, Dan Jodoh Sampai Supiyah (1975), Angkatan 66 (1968), Jakarta 30 Cerpen Indonesia (Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia), dan Dari Fansuri ke Handayani (Horison, 2001). Ketika Tembok Runtuh dan Bedil Berbicara (1966-1998) merupakan novelnya yang pertama, dan pernah dijadikan cerita bersambung di Harian Republika (1999). Setelah itu menyusul pula novelnya yang ke-dua, Sedimen Senja (Kompas, 2006).
Sebagai pegawai negeri, SN Ratmana pernah jadi guru Ilmu Fisika di SMA Negeri Tegal, kemudian menjadi Kepala Sekolah di dua SMA Negeri, dan yang terakhir menjadi Pengawas SMP/SMA Kabupaten Tegal. Sejak 1996, Ratmana memasuki masa pensiun, namun sempat menjabat sebagai Ketua Dewan Pendidikan Kota Tegal.
Bagaimana Pak Suci mengarang? Apakah ini merupakan bagian dari jejak hidup sang pengarang?
Pada hakekatnya karya sastra adalah buah renungan dan pemikiran penulisnya. Disini sengaja dipilih kata “renungan dan pemikiran” untuk membedakan dengan lamunan dan khayalan yang biasa diartikan sebagai sesuatu yang sia-sia dan tidak bermanfaat.
Secara naluriah barangkali sastrawan bisa digolongkan pada dermawan karena dia selalu ingin mendermakan kekayaan batinnya kepada orang lain.
Sebagai manusia, dalam mengarungi hidup, sastrawan pasti pernah mengalami dan menyaksikan kejadian yang menarik, baik kejadian itu ditangkap secara indrawi maupun secara batini.
Karya Sastra dan Dakwah Berkemajuan.
Pak Suci, selain menjadi seorang sastrawan , ia juga aktif sebagai Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Tegal yang membidang Majelis Dikdasmen PDM Kota Tegal saat itu , menurutnya Sastra mengjari tentang nilai-nilai dakwah , seorang sastrawan yang religious menyelipkan kata kata untuk menasehati pembaca.
Sastra merujuk pada karya-karya sastra yang melibatkan penggunaan bahasa dengan tujuan estetik, ekspresif, dan artistik. Ini meliputi puisi, prosa fiksi, drama, dan karya-karya sastra lainnya. Sastra memiliki peran penting dalam memperkaya bahasa, mempertahankan warisan budaya, dan menyampaikan pesan-pesan yang mendalam.
Di sisi lain, dakwah merujuk pada usaha-usaha untuk menyebarkan ajaran agama atau nilai-nilai moral dengan tujuan mengubah atau memperbaiki perilaku manusia. Dakwah bisa dilakukan oleh para pemimpin agama, dai, atau siapa pun yang memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk menyampaikan pesan-pesan agama kepada orang lain.
Dalam konteks agama, sastra dapat digunakan sebagai alat dakwah. Penyampaian pesan-pesan agama melalui karya sastra seperti puisi religius, cerita-cerita moral, atau novel-novel dengan latar belakang agama dapat mempengaruhi dan memotivasi pembaca untuk mendalami nilai-nilai agama dan menumbuhkan nilai nila kesalesahan sosial.
Misalnya dalam novel Sang Pencerah karya Akmal Nasery Basral menceritakan tentang novelis kehidupan K.H Ahmad Dahlan dan perjuangan mendirikan Muhammadiyah Secara keseluruhan, hubungan antara sastra dan dakwah terletak pada kemampuan sastra untuk menyampaikan pesan-pesan agama dengan cara yang berbeda dan mendalam.
A. Fuadi dengan Novel Buya Hamka, yang menceritakan ketokohan Buya Hamka
Sastra dapat mempengaruhi emosi dan pemahaman pembaca melalui penggunaan bahasa yang indah dan penggambaran yang kuat. Namun, dakwah itu sendiri adalah usaha yang lebih luas untuk menyebarkan ajaran agama dan mengubah perilaku manusia dalam konteks moral dan spiritual.
Menurut Mustofa W Hasyim bahwa, “ Generasi awal dari penggerak persyarikatan Muhammadiyah di kenal sebagai generasi penulis yang handal , para penggerak Muhammadiyah menuliskan apa yang menjadi misi dan visi gerakkan dakwah Muhammadiyah ini dan kemampuan para tokoh Muhammadiyah tidak terbatas pada menulis artikel , tafsir, esai atau artikel opini tetapi juga mampu menulis karya sastra.
Menulis Karya Sastra Perkuat Nilai Karakter Mahasiswa
Dosen bahasa Indonesia harus ciptakan inovasi karya nyata sebagai contoh dalam memberikan pembelajaran mata kuliah Dasar Umum Bahasa Indonesia mahasiwa diajak berpikir kritis dan besama-sama mendiskusikan bedah karya sastra Indonesia. Tidak hanya teori saja namun harus ada projek yang di kerjakan bersama. Contohnya dengan karya sastra Indonesia dapat perkuat nilai karakter Mahasiswa . Menulis karya sastra dapat menjadi cara yang efektif untuk memperkuat nilai karakter mahasiswa. Sastra memiliki kekuatan untuk menginspirasi, menyentuh, dan membawa perubahan dalam pikiran dan sikap seseorang.
Dengan menulis sastra mahasiswa untuk mengekspresikan diri secara kreatif. Ini membantu mereka mengembangkan kejujuran, keberanian, dan keterbukaan emosional. Dengan mengeksplorasi pemikiran, perasaan, dan pengalaman mereka melalui tulisan, mahasiswa dapat memperkuat nilai-nilai seperti integritas dan kejujuran.
Sastra dapat melibatkan penciptaan karakter, situasi, dan cerita yang dapat membangkitkan empati dan pemahaman terhadap pengalaman orang lain. Mahasiswa akan belajar melihat dunia melalui sudut pandang yang berbeda, mengembangkan kemampuan berempati, dan meningkatkan nilai-nilai seperti toleransi, keadilan, dan penghargaan terhadap keberagaman.
Untuk Menulis karya sastra memerlukan pemikiran mendalam tentang nilai-nilai, tujuan, dan makna dalam kehidupan. Mahasiswa akan merenungkan nilai-nilai yang mereka pegang dan mengapa mereka penting bagi mereka. Ini membantu memperkuat nilai-nilai seperti kesadaran diri, ketekunan, dan kemandirian.
Sastra mendorong mahasiswa untuk berpikir kreatif dan menggunakan imajinasi mereka. Ini melibatkan menemukan solusi baru, berpikir di luar kotak, dan menghadapi tantangan dengan pendekatan yang inovatif. Ini dapat memperkuat nilai-nilai seperti keberanian, ketangguhan, dan keinginan untuk mencoba hal-hal baru.
Melibatkan penggunaan bahasa yang efektif dan persuasif. Mahasiswa akan mengasah keterampilan komunikasi mereka, termasuk kemampuan untuk mengungkapkan ide dengan jelas, mempengaruhi pendapat orang lain, dan mendengarkan dengan empati. Ini memperkuat nilai-nilai seperti komunikasi yang efektif, kerjasama, dan kepedulian terhadap orang lain.
Mahasiswa dapat mengeksplorasi nilai-nilai karakter yang penting bagi mereka secara pribadi dan menggambarkannya dalam cerita, puisi, atau karya sastra lainnya. Dengan menggabungkan imajinasi, pemikiran kritis, dan nilai-nilai karakter yang ingin mereka kuatkan, mahasiswa dapat menciptakan karya sastra yang memengaruhi diri mereka sendiri dan orang lain dalam hal memperkuat nilai-nilai karakter yang positif.
Mahasiswa Hasilkan Produk Kreatif Berupa Karya Sastra Indonesia.
Praktik baik berbagi cara menghasil produk kreatif dalam Mata Kuliah Dasar Umum Bahasa Indonesia berupa karya sastra. Penulis sebagai dosen bahasa Indonesia di STIKes Muhammadiyah Tegal menerapkan model pembelajaran Projek Best Learning dan kolaborai untuk menciptakan produk kreatif berupa karya sastra berjenis cerpen .
Dengan Menulis karya sastra tidak hanya memperkuat nilai karakter individu, tetapi juga memberikan kontribusi dalam memajukan sastra Indonesia. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil oleh seorang mahasiswa untuk menghasilkan karya sastra Indonesia.
Sebelum mulai menulis, penting untuk membaca dan mempelajari karya sastra Indonesia yang ada. Dengan memahami gaya, tema, dan teknik penulisan yang digunakan dalam sastra Indonesia, seorang mahasiswa dapat memperkaya pengetahuan dan pemahaman mereka tentang tradisi sastra Indonesia.
Ada berbagai genre dan bentuk karya sastra yang dapat dipilih, seperti puisi, cerpen, novel, drama, atau esai.
Mahasiswa dapat memilih genre yang paling sesuai dengan minat dan bakat mereka, atau mengeksplorasi beberapa genre sekaligus untuk mengembangkan keterampilan menulis mereka.Ide dan inspirasi untuk menulis dapat ditemukan dari berbagai sumber, seperti pengalaman pribadi, peristiwa sejarah, isu-isu sosial, budaya, atau lingkungan sekitar. Mahasiswa dapat mencari inspirasi dari berbagai sumber, termasuk membaca karya-karya sastra lainnya, berdiskusi dengan teman dan dosen, atau mengamati kehidupan sehari-hari.
Setelah memiliki ide, penting untuk merencanakan dan mengembangkan plot atau struktur karya sastra. Ini melibatkan pemilihan karakter, pengembangan alur cerita, dan pemilihan konflik yang menarik. Mahasiswa dapat menggunakan outline atau mind map untuk membantu merencanakan dan mengorganisir karya sastra mereka.
Saatnya untuk menulis. Mahasiswa harus mendedikasikan waktu dan usaha untuk menulis dengan hati-hati dan mengungkapkan ide-ide mereka dengan jelas dan kuat.
Setelah menyelesaikan naskah pertama, penting untuk melakukan proses editing dan revisi untuk memperbaiki kekurangan dan meningkatkan kualitas karya sastra.
Karya sastra yang di ciptakan mahasiswa dapat mencari umpan balik dari teman, dosen, atau komunitas sastra. Umpan balik ini dapat membantu meningkatkan kualitas karya dan memperkuat kemampuan menulis. Selain itu, mahasiswa dapat mencari kesempatan untuk menerbitkan karya sastra mereka, baik melalui majalah sastra, antologi, atau platform online.
Motivasi mahasiswa agar bergabung dengan komunitas sastra atau kelompok penulis akan memberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan penulis lain, berbagi karya, dan belajar dari pengalaman mereka. Mahasiswa dapat menghadiri acara sastra, lokakarya sastra maupun kegiatan Unit Kegiatan Mahasiswa Sastra di kampus.
“Sastra Mengajari Nilai karakter dan Jiwa yang Suci , Dengan Menulis Sastra Indonesia Mari Bersama-sama Ciptakan Generasi Mahasiswa Berkemajuan”.
Hendra Apriyadi, M.Pd, Mahasiswa S3 Pendidikan Bahasa Indonesia UHAMKA Jakarta