Oleh : Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Kelompok Muslim Sunni paham bahwa Sunni memiliki empat madzhab, yakni Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hanbali. Lalu bagaimana atau dari mana Salafisme? Apakah kelompok ini benar-benar bagian dari Islam Sunni atau diakui oleh madzhab Hanafi, Maliki, Syafii, Hanbali dan sebagai bagian dari Islam Sunni? Apa akidah dari Salafisme? Secara istilah, istilah salafi bermakna yang terdahulu atau mereka yang terdahulu. Jadi salafi berarti orang yang terhubung dengan masa tersebut atau mereka yang mengikuti keimanan dan praktik-praktik keberagamaan generasi paling awal dalam Islam. Di kalangan Kristiani, istilah ini sama dengan iman apostolik, yang merujuk kepada pola-pola keimanan para Rasul (apostle) Yesus, yakni murid-murid Yesus atau orang-orang yang telah diutus oleh Yesus menyebarkan ajaran-ajaran Kristus. Dengan cara yang sama, di antara umat Islam, ada gagasan untuk kembali kepada praktik-praktik keimanan dan keagamaan yang murni dari generasi paling awal. Inilah yang disebut sebagai kelompok Salafi. Lalu, bagaimana umat Islam mencoba mengikuti generasi Salaf?
Para imam madzhab sebetulnya juga orang-orang yang terdahulu. Eponim dari keempat madzhab adalah orang-orang yang hidup pada abad kedua Islam. Karenanya Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafii dan Ahmad bin Hanbal juga sangat awal. Keempat imam madzhab ini dikenal karena pemikiran mereka yang sistematis dan penyebaran ajaran-ajaran mereka lewat para pengikut atau murid masing-masing yang beroleh pendidikan yang baik. Mereka inilah yang mendakwahkan ajaran guru-guru mereka. Ini menjadi tren atau aliran utama serta tersebar luas, baik dalam pemikiran maupun praktik keberagamaan kaum Muslimin. Namun mereka bukan satu-satunya. Mereka adalah orang-orang yang lebih menonjol, dan masih ada orang-orang lain yang lebih dahulu dalam sejarah dan masih bertahan sampai hari ini. Misalnya, Ibadisme atau Ibâdhiyah (لإباضية) yang dikenal dan banyak dipraktikkan di Oman. Semuanya ingin merujuk atau kembali kepada praktik-praktik generasi awal umat Islam.
Gerakan Salafi hari ini mendasarkan pemikiran dan praktik keagamaan mereka pada hadits Nabi SAW, خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ (Sebaik-baik manusia ialah pada generasiku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya—HR. Bukhari dan Muslim). Sebetulnya ada interpretasi beragam atas hadits tersebut. Kata qarn dalam bahasa Arab secara luas bisa berarti seratus tahun atau bisa berarti satu generasi, seperti rentang umur seorang. Bila mengikuti definisi kedua, masa satu generasi setelah era Nabi SAW adalah para sahabat Nabi, dan kemudian generasi yang mengikuti mereka (tabi’in), lalu generasi berikutnya yang mengikuti tabi`in, yakni (tabi’ut tabi’in).
Madzhab-madzhab dalam Islam juga mengacu ke periode awal ini, setidaknya Abu Hanifa dikatakan tabi’ut tabi’in. Bahkan beberapa sarjana Muslim mengklasifikasikannya sebagai tabi’in juga, tetapi ini masih diragukan. Madzhab-madzhab ini butuh waktu untuk berkembang.
Jika kita mengambil definisi qarn yang lebih luas yang berarti seratus tahun, maka ini semua berkembang dalam 300 tahun pertama Islam. Artinya dalam waktu 300 tahun pertama sejarah Islam, semua perkembangan Islam telah dikemas dalam beragam tulisan, buku-buku fikih Islam, buku-buku biografi Nabi, dan kitab-kitab tafsir Al-Qur’an. Apa yang muncul di kalangan Muslim secara hampir meluas adalah upaya melihat kembali ke generasi awal sebelumnya.
Sejarah Islam juga mencatat gerakan modern yang berupaya kembali zaman salaf. Gerakan ini dipimpin oleh Muhammad bin Abdul Wahab (1703-1792) di Arab Saudi. Artinya ini terjadi pada abad ke-18. Dia mengembangkan gerakan yang menekankan praktik-praktik ibadah sesuai dengan kaum Salaf. Dia membuat traktat dengan keluarga Saud yang kemudian bermetamorfosis sebagai pendiri dan penguasa Arab Saudi saat ini. Pokok dari kesepakatan ini adalah “Anda menjalankan pemerintahan dan saya akan menjaga ketentuan agama.” Keduanya seolah tampak terpisah tetapi sebetulnya terkait secara simbiotik. Gerakan ini sangat mengakar di Arab Saudi. Inilah yang kita kenal sebagai gerakan Salafi kontemporer hari ini.
Karenanya, gerakan Salafi yang dibidani oleh Muhammad bin Abdul Wahab pada abad ke-18 merupakan gejala modern dilihat dari perkembangannya yang agresif pada abad ke-20. Salah satu alasannya terkait dengan pendirian Universitas Madinah yang mendidik para mahasiswa dari seluruh dunia. Mereka dididik, didoktrin dan dilatih menurut paham Muhammad bin Abdul Wahab dan sejumlah pemikir lainnya. Para mahawiswa ini kemudian menyebar ke seluruh dunia.
Kita bisa lihat lima puluh tahun terakhir atau lebih sejak tahun 1970-an dan dan seterusnya mahasiswa yang tamat dari Universitas Madinah menyebarkan ajaran-ajaran Salafi dan mempopulerkannya ke berbagai belahan dunia. Ditopang oleh kerajaan Arab Saudi, gerakan Salafi mendanai banyak organisasi dan kegiatan di banyak tempat, seperti Amerika Utara. Karakteristik gerakan Salafi berbanding lurus dengan kepentingan stabilitas pemerintahan Saudi sebab menurut gerakan Salafi selama pemerintah tidak melarang shalat, maka Anda harus menghormati pemerintah, Anda tidak boleh mengusik dan melawan penguasa. Jika Anda memiliki saran kepada penguasa, lakukan dalam ruang privat atau secara pribadi. Tidak boleh ada kritik publik terhadap pemerintah. Jadi ini sangat cocok untuk kepentingan pemerintah atau penguasa. Wajar bila kerajaan Saudi antusias mendanai gerakan semacam ini.
Lalu, apa dan bagaimana ciri-ciri utama pemikiran dan ideologi Salafisme? Sebetulnya karakteristik gerakan ini sangat mirip dengan banyak gerakan lain dalam dunia Islam, semisal Ikhwanul Muslimin yang didirikan oleh Hasan Al Banna di Mesir, yang ingin kembali ke kaum Salaf. Mereka ingin memulihkan jalan Salaf. Mereka menginginkan Islam awal yang murni dan asli. Tapi tentu saja, orang menafsirkan secara berbeda apa yang dimaksud dengan Islam awal itu—(bersambung)