Islam Mudah Dipahami
Oleh: Donny Syofyan
Islam itu mudah tanpa harus dipermudah. Ia simpel tanpa terjebak menjadi simplistik. Islam gampang dimengerti tapi bukan pula tipe keyakinan sederhana yang lazimnya langsung diabaikan atau tidak menarik bagi para filsuf. Hal ini memberikan kepuasan bagi umat Islam bahwa agamanya memiliki konsep dasar yang tegas dan dimengerti. Bahkan ketika kita tidak memahami segalanya, setidaknya kita tahu Tuhan, kita tahu siapa nabi-Nya, mana kitab suci-Nya, dan sebagainya. Semuanya sederhana dan jelas, setidaknya pada tingkat atau pokok yang paling mendasar.
Mari kita melihat persoalan ini dalam potret yang lebih besar dan menemukan apa masalahnya. Masalah utamanya terletak pada fakta bahwa ada orang-orang yang menilai agama terlalu rumit untuk dipahami. Mereka tidak tahu siapa Tuhan sebenarnya? Apakah Tuhan juga manusia? Apakah Nabi dikirim Tuhan atau siapa dia sebenarnya? Menyangkut doktrin mendasar, misalnya, bagaimana Tuhan mengampuni dosa-dosa kita? Apakah Tuhan begitu saja memberlakukan dan menjatuhkan hukuman bagi yang berdosa atau bisakah Dia memaafkan kita? Dan siapa sebenarnya nabi-Nya? Apakah Nabi ini adalah juga Tuhan yang berjalan di bumi? Lalu bagaimana dengan kitab suci-Nya?
Ada kitab suci yang menyatukan semuanya. Ia memuat deskripsi kehidupan Nabi, apa yang pernah dikatakan Nabi, dan ada juga catatan orang-orang tentang apa yang dikatakan dan dilakukan Nabi. Kemudian ada juga surat-surat yang ditulis oleh tokoh atau individu tertentu kepada orang lain, dan sebagainya. Semua itu diklaim sebagai tulisan atau lembaran suci dari Tuhan. Ini menjadi membingungkan, seperti siapa sebenarnya Tuhan, siapa nabi-Nya, dan yang mana kitab suci Tuhan sebenarnya?
Doktrin-doktrin ini terkadang menjadi sulit dicerna bagi orang-orang, katakanlah ketika mereka berbaring di kasur di malam hari hendak tidur. Mereka memikirkan kembali yang mereka yakini. Seorang Muslim tak luput berpikir seperti, “Jika saya mati malam ini, bagaimana dengan keyakinan yang saya bela mati-matian?” Ketika seorang Muslim wafat saat tidur, sudah ada doanya sebelum tidur. Jika Allah mengambil jiwa seorang Muslim sebelum bangun, dia berharap bertemu dengan Allah. Kaum Muslimin berdoa sebelum mereka pergi tidur dengan harapan agar mereka dapat bertemu Tuhan pada malam yang sama.
Diterpa keraguan atau kebimbangan tentu sangat meresahkan bagi banyak orang. Karenanya, bagaimana Islam menyelesaikan masalah ini? Islam menyajikan pengikutnya serangkaian doktrin inti yang sangat mudah dimengerti. Ajarannya enteng tanpa dienteng-entengin. Sebagai misal, kita bisa mulai dengan doktrin ketuhanan. Gagasan sentral Islam bahwa hanya ada satu Tuhan, pencipta langit dan bumi. Ini disebut tauhid atau monoteisme. Ketika para filsuf menyampaikan argumen tentang keberadaan Tuhan, mereka menyebutnya dengan aneka istilah; argumen kosmologis, argumen teleologis, argumen moral untuk keberadaan Tuhan. Semua argumen ini menunjukkan keberadaan Tuhan yang esa, satu Tuhan, bukan merupakan pluralitas Tuhan.
Keyakinan Muslim tentang keesaan Tuhan adalah keyakinan simpel. Setiap Muslim bisa memahaminya. Bahkan seorang anak kecil yang Muslim gampang memahaminya. Tapi pada saat yang sama Islam bukanlah kepercayaan yang simpistik, dan ini adalah kesimpulan yang keluar dari argumen filosofis mengenai eksistensi Tuhan. Ketika membaca Muhammad SAW sebagai utusan Allah, kita menemukan perbedaan yang jelas antara Rasul dan Tuhan. Nabi Muhammad SAW adalah manusia. Benar bahwa Nabi Muhammad SAW seperti kita, tetapi Tuhan memilihnya sebagai teladan tentang bagaimana menjalani kehidupan manusia ideal yang berorientasi pada ajaran dan keridaan Tuhan.
Beliau menunjukkan kepada umatnya apa dan bagaimana menjalani kehidupan sesuai perintah Allah. Kita mengikuti keteladannya, tetapi kita tahu bahwa Muhammad SAW bukanlah Tuhan. Al-Qur’an sangat tegas tentang hal ini, “Katakanlah (Muhammad), Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa”. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya” (QS 18: 110). Dalam keyakinan Muslim, Nabi Muhammad SAW jelas berbeda dari Tuhan. Dia manusia. Kita tahu siapa Tuhan, kita tahu siapa Nabi-Nya.
Lalu, bagaimana dengan kitab suci dari Tuhan? Al-Qur’an terpelihara di kalangan Muslim dari semua literatur lainnya. Meskipun kita membaca tafsir tentang Al-Qur’an, hadits yang terkait erat dengan Al-Qur’an, dan juga sîrah atau kehidupan Nabi Muhammad SAW yang juga terkait erat dengan Al-Qur’an, semua itu dijaga dan disimpan yang terpisah dari Al-Qur’an. Sumber-sumber tersebut ditulis sebagai buku-buku atau dokumen-dokumen yang terpisah. Jadi seorang Muslim tahu persis sumber-sumber yang berbeda—Al-Qur’an, hadits, sîrah atau tafsir Al-Qur’an. Saat kita memiliki Al-Qur’an yang menyatu atau dimasukkan ke dalam dokumen yang lebih besar, tetap saja Al-Qur’an akan ditulis secara berbeda atau terpisah. Sehingga pembaca bisa membedakan dengan jelas mana Al-Qur’an dan mana tafsir atau komentar atas Al-Qur’an.
Jadi bagi umat Islam, keimanan pada tingkat inti sangat sederhana dan mudah dimengerti. Kalangan Muslim mana pun bahkan anak kecil sekali pun dapat memahami siapa dan mana Tuhan, Nabi dan kitab suci yang diwahyukan-Nya. Tuhan tidak bercampur baur dengan ciptaan-Nya, Nabi Muhammad SAW bukanlah Tuhan dan kitab suci Al-Qur’an berbeda dengan tulisan-tulisan lainnya. Semuannya berbeda dan terpisah. Tiap-tiapnya mudah dimengerti, simpel tanpa menjadi simplistik. Islam itu mudah tanpa dienteng-entengin.
Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas