Komitmen dan Keikhlasan Bergerak Kader Persyarikatan
Oleh: Amalia Irfani
Kiai Ahmad Dahlan pernah berpesan “hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan cari hidup di Muhammadiyah”. Secara tekstual kalimat ini mungkin biasa saja, tetapi jika dipahami konteks per kata yang akhirnya menjadikannya satu kalimat utuh, pesan Kiai Dahlan adalah warisan intelektual yang harus dijadikan modal penggerak membesarkan organisasi yang memasuki usia 111 tahun November mendatang.
Kiai Ahmad Dahlan meminta kepada murid-muridnya dan sekarang harapan tersebut sampai kepada kita para kader yang mencintai Muhammadiyah. untuk belajar sepanjang hayat. “Muhammadiyah pada masa sekarang ini berbeda dengan Muhammadiyah pada masa mendatang. Karena itu hendaklah warga muda-mudi Muhammadiyah hendaklah terus menjalani dan menempuh pendidikan serta menuntut ilmu pengetahuan (dan teknologi) di mana dan ke mana saja. Menjadilah dokter sesudah itu kembalilah kepada Muhammadiyah. Jadilah master, insinyur, dan (propesional) lalu kembalilah kepada Muhammadiyah sesudah itu.”
Ini mengisyaratkan bahwa pendidikan penting dimiliki oleh kader persyarikatan untuk dapat berjuang melintasi zaman. Tanpa ilmu maka dakwah tidak akan bisa dilakukan, tanpa pengetahuan harapan menuju perbaikan tidak bisa diwujudkan.
Memajukan dan agar terus bergerak dengan memiliki pengetahuan dan ilmu juga disampaikan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Dr. H. Haedar Nashir, M. Si dalam Kegiatan Silahturahim Warga Persyarikatan Muhammadiyah di Kalimantan Barat, Sabtu 12 Agustus 2023 di auditorium Universitas Muhammadiyah Pontianak. Beliau juga mengingatkan kepada seluruh elemen persyarikatan baik itu Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah agar bersama membesarkan, menjaga harmoni gerakan agar Muhammadiyah-‘Aisyiyah dapat selalu memberi kemanfaatan bagi umat.
Acara yang dihadiri 1000an warga persyarikatan Muhammadiyah Kalimantan Barat yang terdiri atas Pimpinan wilayah, daerah, cabang dan ranting serta simpatisan menjadi bukti bahwa gerakan Islam, gerakan dakwah, dan tajdid Muhammadiyah telah banyak mengisi relung hati masyarakat. Tua, muda dengan seragam kebanggaan Muhammadiyah-,’Aisyiyah datang mengisi sudut ruangan auditorium Universitas Muhammadiyah Pontianak. Penulis simpatisan yang sekarang dipercaya menjadi salah satu kader, tergugah dan merasa takjub. Khususnya bagi kader yang tidak bekerja di amal usaha Muhammadiyah, tetapi mengabdikan tenaga, pikiran, bahkan harta untuk kemajuan Persyarikatan. Keikhlasan sebab telah mencintai, dan akhirnya bergerak dengan segenap kemampuan adalah wujud konkrit dari komitmen yang telah terpatri.
Komitmen Bergerak Kader Persyarikatan
Bagi yang dibesarkan di lingkungan keluarga Muhammadiyah (biasa disebut kader biologis), semangat untuk membesarkan Muhammadiyah terpatri dalam, mencintai dengan segenap hati dan banyak akhirnya ikut berjuang membesarkan Muhammadiyah. Namun berbeda jika seseorang mengenal Muhammadiyah karena proses diri, menyayangi Muhammadiyah-‘Aisyiyah karena pilihan hati. MasyaAllah, mungkin diksi itu yang tepat untuk menggambarkan ringannya hati untuk bergerak. Kader biologis dan ideologis tersebut berdakwah bersama Muhammadiyah sesuai dengan kemampuan, tidak ada paksaan, bukan karena ingin dipuji tetapi tulus karena Allah SWT.
Dalam beberapa kesempatan penulis beruntung dan bersyukur bertemu dengan beberapa kader militan Muhammadiyah-‘Aisyiyah yang berdomisili di Pontianak Kalimantan Barat. Mereka menua bersama Muhammadiyah, tetap peduli dengan kemajuan Persyarikatan walau fisik tidak lagi dapat bergerak leluasa seperti dulu. Namun, saat berbincang santai saat penulis wawancarai, semangat untuk membesarkan persyarikatan dan ingin estafet perjuangan dilanjutkan oleh generasi militan selanjutnya menjadi harapan. Tidak lupa para pejuang dakwah tersebut berpesan agar pengkaderan tetap menjadi hal fundamental yang terus dan selalu dilakukan di tiap kepengurusan/periode kepemimpinan.
Amalia Irfani, LPPA PWA Kalbar/Sekretaris LPP PWM Kalbar