BANTUL, Suara Muhammadiyah – Sampah telah menjadi problem serius. Di Yogyakarta, penutupan Tempat Penampungan Sampah Terpadu Piyungan telah menyebabkan penumpukan sampah di berbagai sudut kota. Langkah menarik dan solutif diambil oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah Banguntapan Selatan Bantul.
Melalui pengajian bertajuk tabligh akbar Ahad Pon yang digelar di halaman masjid Ahmad Dahlan Jl. Pleret km. 1,5 pada Ahad (20/8). Jamaah yang datang diminta membawa sampah anorganik, seperti botol dan gelas plastik, kardus, botol kaca, kertas dan sejenisnya.
“Shadaqah Sampah adalah gerakan pengelolaan sampah anorganik yang memiliki misi terwujudnya lingkungan bebas dari sampah, dan memupuk kesadaran saling tolong menolong ta’awun dan saling menanggung takaful, ujar Ananto Isworo, saat mengisi tabligh akbar.
Ananto menambahkan hal ini karena setiap kebaikan itu bernilai sedekah. “Sedekah sampah adalah memberi kebahagiaan kepada sesama dengan cara sederhana,” tambahnya.
Gerakan Sedekah Sampah yang diinisiasi Pimpinan Cabang Muhammadiyah dan Lazismu Banguntapan Selatan sekaligus diluncurkan dalam tabligh akbar. Inisiasi gerakan pengelolaan sampah ini mendapat apresiasi dari Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Melalui Lembaga Dakwah Khusus, diharapkan model gerakan pengelolaan sampah melalui sedekah sampah bisa dikembangkan di berbagai tingkat sekolah. “Bahkan pengelolaan sampah bisa menjadi amal usaha baru yang sekaligus mengatasi persoalan sampah,” terang Ananto.
Ribuan warga Muhammadiyah, ‘Aisyiyah dan masyarakat Banguntapan Selatan antusias mengikuti tabligh akbar. Sebelum dirilis, Gerakan Sedekah Sampah telah bergerak dan warga Muhammadiyah antusias. Ini menunjukan warga Muhammadiyah hadir saat ada persoalan di tengah masyarakat. Di Banguntapan Selatan, tiap ranting Muhammadiyah bergerak dan hadir saat pengajian bersama, seperti ranting Tamanan, Wirokerten, ranting Potorono, ranting Jambidan, ranting Kepuh, dan sebagainya.