PURWOKERTO, Suara Muhammadiyah – Rektor Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) Assoc Prof Dr Jebul Suroso menjadi narasumber dalam Refleksi Hari Kemerdekaan RI dan Launching Majelis Taklim Wolulasan LP-UMKM Jawa Tengah bertajuk Muhammadiyah dan Gerakan UMKM Jawa Tengah Berkemajuan secara daring, Jumat (18/8/2023).
Dalam kesempatannya Rektor UMP Assoc Prof Dr Jebul Suroso mengapresiasi forum tersebut dan mudah-mudahan menjadi amal baik serta bisa memperkuat aktivitas ekonomi khususnya warga perserikatan Muhammadiyah.
“UMP telah mendeklarasikan sebagai rumah UMKM. Kami pikir bahwa perguruan tinggi tugas utamanya adalah melakukan konstruksi pemahaman ilmu pengetahuan melalui proses pendidikan, mengembangkan melalui proses penelitian dan bisa menebarkan manfaat,” jelasnya.
Melalui pengabdian ini, lanjut Rektor, ada tiga hal yang tidak boleh terpisahkan dengan apa yang disebut dengan Tri Dharma perguruan tinggi. Di Muhammadiyah, UMP sebagai salah satu amal usaha perserikatan yang memiliki misi Al Islam sebagai Dharma ke-4. Aspek pendidikan penelitian dan kebermanfaatan bagi umat lebih ditonjolkan agar bisa ada roh kebermanfaatan sebagai rahmatan lil alamin.
“Corak Al Islam dan Kemuhammadiyahannya akan tampak. Jika kita belajar dari pendiri Muhammadiyah KH Dahlan yang memberikan materi pemahaman tentang aqidah. Proses selanjutnya muncullah teologi Al Maun. Di situ mencoba menggerakkan Islam, belajar tentang ayat-ayat Alquran tetapi juga diimbangi dengan praktek secara langsung,” ungkap rektor yang juga Dewan Pembina LP-UMKM PWM Jawa Tengah.
Sebelumnya, Ketua LP-UMKM PWM Jawa Tengah Khafid Sirotudin mengatakan, industri mikro kecil menengah itu menyerap hampir 93% jumlah tenaga kerja di Jawa Tengah sisanya baru diserap oleh industri besar.
“Road map Lembaga Pengembangan UMKM Pimpinan Wilayah Jawa Tengah Periode 2023 -2028 kami petakan menjadi enam. Pertama yakni data, ketiadaan data tunggal dan shahih tentang UMKM dengan action plan pendataan UMKM dan Output big-Data pelaku UMKM di lingkungan Muhammadiyah, PUPUKMu (Perhimpunan Pelaku Usaha Kecil dan Menengah Muhammadiyah) Jawa Tengah,” jelasnya.
Problem ke dua, lanjut Khaid, adalah SDM. Banyak pelaku dan produk berskala rumah tangga, belum ada NIB, PIRT, Halal, HAKI. Disyankop Jateng baru mengampu 4-5%. Action plan yang dilakukan yakni pendidikan, pelatihan, pendampingan, pengajian rutin tematik, workshop, seminar, FGD, dengan Output Beasiswa pelakuk UMKM, pelatihan, seminar, worekshop, FGD.
“Outpun lain yakni, pusat inkubasi UMKM Center di PTM, dan pengajiar rutin tematik Majelis Taklim Wolulasan LP UMKM Jateng,” pungkasnya. (tgr)