Perempuan Berkemajuan Sumber Inspirasi
Oleh: Amalia Irfani
Allah akan mempertemukan kita dengan orang baik sholeh sholehah saat hati kita juga telah diselimuti kebaikan. Kebaikan yang sejatinya rezeki Allah agar kita pun termotivasi untuk menjadikan diri lebih baik, atau kembali dingatkan untuk memperbanyak dzikir sebab lalai dari mengingat Allah akan membuat hati kosong dan rentan berbuat hal yang merugikan diri dan orang lain.
Penulis bersyukur Allah pertemukan dengan seorang perempuan berpikir Berkemajuan yang inspiratif. Tidak hanya memiliki banyak ide membangun, keyakinan bahwa pendidikan Muhammadiyah-‘Aisyiyah akan tumbuh besar dan berkembang di Pontianak Kalimantan Barat, tetapi juga memiliki komitmen tinggi membesarkan persyarikatan. Baginya amanah harus dijalankan sebaik-baiknya, amanah bukan prestasi atau anugerah, tetapi kesempatan memberikan bakti.
Perempuan bersahaja namun ber visi kedepan tersebut bernama Widiyanty, yang telah mengabdikan dirinya di Perguruan Muhammadiyah sejak tahun 2007 sebagai guru Matematika di SMA 2 Muhammadiyah Pontianak, dan sejak tahun 2021 diamanahi tugas sebagai kepala sekolah. Ibu dari tiga anak ini, saat penulis wawancarai memiliki pengharapan agar kader Muhammadiyah-‘Aisyiyah juga bergerak maju, bekerjasama membesarkan. “Kader (guru atau kepala sekolah) yang sudah sukses di amal usaha pendidikan Muhammadiyah-‘Aisyiyah, coba satu semester saja mengabdikan dirinya di amal usaha pendidikan yang belum maju, biar ada sinergitas, kepedulian sebab kita satu rahim. Kadang sentuhan kader yang sudah mampu membuat unggul diperlukan”, jika niatnya memang ingin membesarkan, maka ditempatkan di posisi dan kondisi apapun, kader Muhammadiyah yang bekerja di amal usaha harus siap”, tegasnya.
Tanggung jawab Melahirkan Kreatifitas
Berbincang santai bersama Bu Widi dengan ciri khasnya yang ramah, di komplek perguruan Muhammadiyah Kota Pontianak. Lokasi sekolah berada di tingkat dua, bersebelahan dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP) 2 Muhammadiya. Ruang kerja yang apik, sederhana namun berkelas. Mendengar penjelasan yang lugas dari Bu Widi, tidak saja memberikan penulis inspirasi dan semangat untuk juga bergerak sesuai kemampuan, tetapi juga menjadi historis rekam jejak perjuangan kader persyarikatan yang hidup, pikirannya diabadikan dengan ikhlash.
Bu Widi menguraikan, untuk memobilisasi sumber daya di sekolah yang ia pimpin, semangat itu harus dimulai dari dalam diri seorang pemimpin terlebih dahulu, baru bisa diterapkan ke guru, tenaga kependidikan bahkan ke siswa. “Siapapun perlu mendapat contoh dan keteladanan, dan harus konsisten dilakukan”, terangnya.
Ia mencontohkan, datang ke sekolah tepat waktu, hadir pada saat pengajian rutin dan berperan aktif di organisasi internal Muhammadiyah-‘Aisyiyah dengan penuh kesungguhan dan tanggung jawab. Realitas tersebut lanjut Bu Widi tidak semudah teori dan masih sangat jauh dari harapan. Maka, sanksi yang diterapkan bagi guru atau tenaga kependidikan yang tidak mengindahkan, tidak diperpanjang kerja kedepan.
Hidup dan Berjuang di Muhammadiyah
Sebagai gerakan dakwah, siapapun kader Muhammadiyah diharuskan untuk terlibat aktif di berbagai gerakan atau kegiatan Muhammadiyah. Aktif di Muhammadiyah hakikatnya adalah ibadah, amanah, dan rahmah. Ketiganya menyatu dalam paket pengabdian kepada umat.
Dalam anggaran rumah tangga (ART) Muhammadiyah Pasal 4 Keanggotaan disebutkan, beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi anggota biasa Muhammadiyah, yakni :Warga Negara Indonesia beragama Islam; Laki-laki atau perempuan berumur 17 tahun atau sudah menikah; Menyetujui maksud dan tujuan Muhammadiyah; Bersedia mendukung dan melaksanakan usaha-usaha Muhammadiyah; Mendaftarkan diri dan membayar uang pangkal.
Aturan tersebut mengandung konsekuensi tegas bahwa menjadi anggota Muhammadiyah, bermakna ikut serta berjuang mengembangkan dakwah Muhammadiyah ditingkatan masing-masing, dengan berpijakan pada aturan-aturan yang sudah diputuskan. Terlebih yang bekerja di amal usaha Muhammadiyah, maka wajib hukumnya untuk mengembangkan amal usaha dengan tidak pasif terhadap dakwah Muhammadiyah di masyarakat.
Hal ini menurut Bu Widi pekerjaan rumah yang tidak mudah, sebab nyatanya banyak yang bekerja di amal usaha Muhammadiyah-‘Aisyiyah, bermotif kebutuhan ekonomis atau hanya ingin berstatus memiliki pekerjaan, tanpa mau berjuang untuk membesarkan persyarikatan.
Amalia Irfani, LPPA PWA Kalbar, Sekretaris LPP PWM Kalbar