Pesantren Entrepreneur Muhammadiyah Gondanglegi Menjadi Pesantren Percontohan

Pesantren Entrepreneur Muhammadiyah Gondanglegi Menjadi Pesantren Percontohan

SOLO, Suara Muhammadiyah – Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pesantren Muhammadiyah Lembaga Pengembangan Pesantren Pimpinan Pusat Muhammadiyah (LP2PPM), menyuguhkan best practice dari Pesantren Entrepreneur Muhammadiyah (PEM) Gondanglegi, Malang, untuk para pimpinan Pesantren Muhammadiyah.

Dalam sesi pemaparan materi yang diadakan di Ruang Meeting Gedung Edutorium Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Minggu (3/9), Mudir PEM Gondanglegi K.H Muh. Fahri, S.Ag., M.M tersebut memaparkan bagaimana perjalanan pondok tersebut dari tanah kosong menjadi sebuah pondok yang memiliki nilai-nilai kemajuan. Dari yang hanya berjumlah 32 santri pada 2019 dan dana Nol rupiah, menjadi 464 santri dengan dana rp 9.3 miliar pada tahun 2023.

PEM Gondanglegi memiliki visi untuk menjadi lembaga pendidikan Islam yang mencetak kader muslim yang sebenar-benarnya. Untuk menjalankan visi tersebut, PEM Gondanglegi memiliki beberapa program yaitu Academic Program, Tahfidz Program, Entrepreneur Program, dan Digital Program.

“Jadi kita ingin mencetak generasi-generasi Muhammadiyah yang akhirnya menjadi seorang pengusaha, pebisnis, berjuragan, seorang entrepreneur, dan seterusnya. Dan ini sekarang sangat sedikit sekali, di antara generasi-generasi muslim terkhusus Muhammadiyah yang ingin menekuni di bidang entrepreneur,” terangnya.

Pesantren tersebut memiliki konsen yang tinggi di bidang kewirausahaan dan digital. Menurutnya digital ini sangat penting karena ke depannya, semua akan serba digital. Kurikulum yang dijalankan oleh PEM juga berbeda dengan kurikulum pesantren pada umumnya.

“Kita berbeda. Kalau dulu itu, santri harus mengikuti kurikulum yang ada di pondok, sekarang pondok mengikuti keinginan dari para santri,” ungkapnya.

Sehingga sifatnya custom, lanjut dia, sesuai dengan keinginan para santri yang ingin menekuni di bidang tertentu.

“Para santri tidak disamakan dalam satu classical dan kehendaknya pesantren, tapi sekarang pesantren mengikuti apa yang dikehendaki anak-anak,” terang Fahri.

Mudir PEM Gondanglegi itu berpandangan bahwa pesantren Muhammadiyah bisa menjadi pesantren yang hebat dan menjadi alternatif untuk pendidikan masa depan.

“Pesantren Muhammadiyah itu ke depan harus hebat, harus maju, harus berdigitalisasi dalam proses pembelajarannya. Dan pesantren Muhammadiyah itu menjadi alternatif untuk pendidikan masa depan yang hebat dan luar biasa,” tegasnya.

PEM Gondanglegi memiliki beberapa gerakan, seperti Gerakan 5A. Gerakan 5A adalah gerakan Aman dari kekerasan, Aman dari rasa lapar, Aman dari kesakitan, Aman dari kehilangan, dan Aman dari tindakan amoral.

Dalam penutupan acara Rakornas, Wakil Ketua LP2PPM Dr. Khoiruddin Bashori menyampaikan simpulan beberapa rekomendasi dari hasil Rakornas. Terdapat 12 rekomendasi yang telah dihasilkan, di antaranya adalah melakukan judicial review terhadap UU No. 18 Tahun 2019 tentang Pesantren, menyiapkan Standar Operasional Prosedur (SOP), membuat ketentuan kesejahteraan untuk pembina dan seluruh civitas pesantren, sosialisasi dan evaluasi kitab secara konsisten, juga peningkatan kemampuan berbahasa Arab dan Inggris.

Prof., Dr., dr., Em Sutrisna, M.Kes selaku Wakil Rektor IV UMS menutup acara tersebut dan mengantarkan para pengurus dari pesantren Muhammadiyah yang turut serta dalam Rakornas tersebut.

“Sekali lagi kami, kami sangat bahagia bisa melayani Bapak/Ibu, menyambut tamu-tamu yang mulia ini. Mudah-mudahan menjadi keputusan terbaik untuk diimplementasikan ke anak didik kita semua dengan terbaik juga,” tutupnya. (Maysali/Riz)

Exit mobile version