BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Bencana kebakaran TPA Sarimukti sejak 19 Agustus 2023 yang lalu mengakibatkan penumpukan sampah di Bandung Raya karena ditutupnya TPA Sarimukti. Sampah di berbagai titik TPS di Bandung Raya mengalami penumpukan karena tidak terangkut ke TPA.
Saat ini Bandung Raya berstatus darurat sampah hingga 24 September mendatang, ditetapkan melalui keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 658/Kep.579-DLH/2023 tentang Penetapan Status Darurat Sampah Bandung Raya.
Aparat setempat menghimbau warga Bandung Raya untuk mengelola sampah dari rumah sehingga tidak menumpuk dan menimbulkan bau yang mengganggu. Warga Bandung Raya dihimbau untuk mengompos sampah organik dan menjadi nasabah bank sampah dan melakukan upaya KANGPISMAN (Kurangi, Pisahkan, Manfaatkan).
Kebakaran TPA Sarimukti menimbulkan dampak pada warga sekitar TPA. Sebagian warga mengalami gangguan kesehatan seperti sakit tenggorokan, sesak napas, dan iritasi mata. Selain itu, perlu diwaspadai dan diantisipasi terjadinya ledakan gunung sampah karena terakumulasinya gas metan hasil dekomposisi sampah oleh bakteri anaerob pada gunungan sampah di TPA Sarimukti.
Sampah organik menempati jumlah yang paling dominan di antara semua jenis sampah. Sampah organik yang tercampur dengan sampah anorganik akan menimbulkan berbagai permasalahan, seperti bau busuk yang menusuk dan gas metan yang bersifat panas (mudah terbakar).
Jika penanganan sampah organik sudah tuntas di rumah atau komunitas masyarakat, setidaknya 50 persen permasalahan sampah berhasil ditangani. Selain itu, sampah anorganik akan lebih mudah dimanfaatkan dan diolah kembali. Penumpukan dan bau sampah tidak akan terjadi.
Program Studi Bioteknologi, Program Studi Agribisnis, Program Studi Teknik Industri, dan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH), Universitas Muhammadiyah Bandung (UM Bandung) telah memiliki pengalaman penelitian dan penerapan hasil penelitian melalui kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan dalam pengelolaan sampah khususnya sampah organik.
Oleh karena itu, Universitas Muhammadiyah Bandung yang selama ini telah mengembangkan teknologi pengolahan sampah terpanggil untuk menghadirkan solusi di tengah darurat sampah ini.
Teknologi yang diusulkan untuk pengolahan sampah organik adalah biokonversi menggunakan magot Black Soldier Fly (BSF – lalat hitam). Selain cepat mengurai sampah, magot yang merupakan output dari proses ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber protein untuk ternak. Selain itu, residunya dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Pendekatan yang dilakukan adalah berbasis komunitas.
Dari pengalaman penerapan teknologi ini di lapangan, sampah organik rumah tangga sebanyak 1,5-2 ton/bulan yang berasal dari komunitas suatu RW telah berhasil dikelola dengan teknologi BSF dan menghasilkan produk ternak dan kebun organik yang berguna bagi masyarakat.
Sampah organik rumah tangga sangat cepat diproses oleh magot BSF sehingga sampah tidak menumpuk dan menimbulkan bau karena diolah menggunakan mesin pencacah sampah organik. Mesin pencacah sampah organik didesain secara khusus oleh tim peneliti dan mitra industri, dalam hitungan detik, mesin pencacah dapat mencacah sampah organik menjadi bubur sampah. Mesin ini juga portable mudah dioperasikan dan dipindahkan sesuai dengan kebutuhan lapangan karena bentuknya seperti trolley.
Bubur sampah organik diproses sangat cepat dan efisien oleh magot BSF sehingga menghasilkan biomassa magot yang cocok untuk pakan ternak sedangkan residunya mudah dimanfaatkan untuk pupuk kompos. Tim peneliti sudah melakukan optimasi magot BSF terhadap pertumbuhan ikan dan penggunaan pupuk residu pengomposannya terhadap pertumbuhan sayur dan buah.
Penanganan sampah dengan pendekatan berbasis komunitas ini dinilai sangat efektif dan efisien serta relatif lebih ekonomis. Sampah dapat ditangani dengan tuntas di sumbernya, biaya transportasi sampah ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) yang sangat mahal dapat dihemat, serta masyarakat dapat langsung merasakan benefit, baik lingkungan yang bersih dan sehat maupun nilai tambah lain berupa produk organik.
Selain sampah organik, penumpukan sampah anorganik terutama sampah residu perlu segera ditangani. Universitas Muhammadiyah Bandung telah berkolaborasi dengan Bank Sampah Bersinar untuk pengangkutan sampah anorganik yang dapat dimanfaatkan kembali.
Perihal sampah residu, saat ini tim peneliti Universitas Muhammadiyah Bandung sedang mengembangkan mesin pemusnah sampah (insinerator) kapasitas komunitas tanpa menimbullkan polusi ke udara.
Usulan ini diharapkan dapat menjadi solusi terhadap masalah sampah yang sering terjadi maupun sebagai solusi berkesinambungan khususnya dalam kondisi darurat sampah sekarang ini.
Dr Ir Arief Yunan MSi IPU, Kepala PPLH (Pusat Penelitian Lingkungan Hidup) Universitas Muhammadiyah Bandung