YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Dalam rangka meningkatkan kesadaran warganet di ruang digital tentang Perspektif Gender, Disabilitas, dan Inklusi Sosial (GEDSI), Program Inklusi Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah menyelenggarakan Seminar “Aktivasi Influencer Kampanye GEDSI untuk Peningkatan Awareness Generasi Muda.” Kegiatan tersebut dilaksanakan di SM Tower & Convention, Selasa (5/9).
Tujuan diselengarakanya seminar ini untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya perspektif GEDSI, diseminasi informasi melalui media digital memerlukan. Influencer yang memiliki pengaruh di kalangan generasi muda dapat memainkan peran penting dalam menyebarkan pesan-pesan GEDSI. Kesadaran generasi muda akan menjadi kunci untuk memahami perspektif GEDSI dalam masyarakat, terutama diranah digital.
Perspektif GEDSI sudah menjadi alat analisis untuk mengatasi kesenjangan dalam berbagai aspek, seperti gender, disabilitas, dan kelompok yang terpinggirkan. Dengan menggunakan perspektif GEDSI, program dan kebijakan dapat dievaluasi apakah mereka adil dan tidak diskriminatif.
Sekretaris Umum PP ‘Aisyiyah sekaligus Koordinator Program Inklusi ‘Aisyiyah Dr. Tri Hastuti Nur Rochimah, MA., menyampaikan. “Dengan adanya analisis ini tentu kita dapat membangun masyarakat kita itu, berperilaku adil dan setara tanpa memandang apapun”.
Dalam hal ini beliau mangajak para pengerak media social/influencer untuk berpikir kritis melihat bahwa ketidakadilan itu karena adanya proses mengeksklusi dan dieksklusi, mendeskriminasi dan dideskriminasi. Dalam isu GEDSI ini terutama terkait dengan adanya multi identitas terkadang seseorang itu mengalami ketidakadilan yang berlapis.
“Misalnya saya, perempuan, disabilitas, miskin, asal Indonesia timur lagi. Kan disini terlihat semakin berlapis-lapis ketindassan saya, sehinggakan semakin susah mendapatkan aksesnya! Betul gak!?” ujar Tri Hastuti.
Sehingga pemenuhan hak dasar bagi semua individu, warga tak terkecuali dengan atribut yang berbeda berdasarkan gender, disabilitas, umur, agama, latar belakang etnis/suku, atau bahkan orientasi seksual. Oleh karena itu, Perwujudan kesetaraan gender sampai inklusi disabilitas sebagai konsep yang berkaitan yang artinya tidak berdiri sendiri, sehingga intervensi dan strategi disini mampu mengatasi ketidakadilan maka harus terintergrasi untuk mewujudkan inklusi sosial itu sendiri.
Seminar ini juga menghadirkan beberapa narsum diantaranya Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Niki Alma Febriana Fauzi, S.Th.I, M.Us, Anggota MPI PP Muhammadiyah Nabhan Mudrik Alyaum. Serta dihadiri dari Tim Media PP Muhammadiyah-‘Aisyiyah, Influencer Terafiliasi Muhammadiyah, serta pengelola Media Ortom Pusat serta tamu undangan lainnya. (frm/Dann)