BANTUL, Suara Muhammadiyah – Bertempat di Gedung Institut Tabligh Muhammadiyah, Jl. Patriot Bangsa II, Ngebel Tamantirto Kasihan Bantul DIY, Hari Sabtu, 13 Oktober 2023, Lembaga Dakwah Komunitas Muhammadiyah Daerah Istiemewa Yogyakarta menyelenggarakan Rapat Kerja Wilayah (RAKERWIL). Acara ini dihadiri oleh Wakil Ketua PWM yang membidangi LDK, Ridwan Furqoni, S.Pd.I., M.P.I, segenap pengurus LDK PWM DIY dan utusan LDK Pimpinan Daerah Muhammadiyah se DIY. Acara diselenggarakan cukup ringkas, dimulai dari sambutan ketua LDK, Ananto Isworo, S.Ag., Wakil Ketua PWM, Ridwan Furqoni, S.Pd.I., M.P.I, dilanjutkan Musyawarah program dan penutup.
Dalam sambutannya Ananto memberikan motivasi bahwa Tugas LDK itu bukan mencari kemapanan tapi mencari dan menghadapi tantangan. Dai komunitas harus selalu siap merangkul dan menjaga hati setiap mad’u dakwahnya. Sementara Ridwan Furqoni dalam sambutan pembukaan acara menyampaikan bahwa berdakwah di persyarikatan adalah jalan hidup, maka harus dilakukan dengan sepenuh hati dan jiwa sebagai ibadah kepada Allah dan ihsan kepada sesama.
Dalam materinya, Ridwan Furqoni menjelaskan bahwa Muhammadiyah ibarat kapal besar yang mampu mengarungi Samudra luas, tetapi akan kesulitan jika harus masuk ke sungai atau parit kecil. Untuk masuk ke sana Muhammadiyah membutuhkan perahu kecil atau skoci-skoci. Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) adalah ibarat perahu dan skoci kecil tersebut yang dibutuhkan untuk menjangkau dakwah di komunitas yang spesifik dan dan membutuhkan pendekatan yang khusus pula. Kata Prof. Kuntowijoyo masyarakat ke depan akan banyak tersegmentasi pada kelompok kepentingan, profesi dan komunitas. Pada konteks ini LDK menjadi sangat relevan untuk hadir menyapa mereka.
Sebagai Lembaga yang baru ada di periode ini, LDK sesungguhnya tidak banyak beban yang berupa catatan program periode sebelumnya, karena memang benar-benar baru. Ada 6 poin pesan untuk LDK memulai periode ini:
Pertama, Harus kreatif dan inovatif. Tantangan sebagai Lembaga baru adalah tuntutan untuk kreatif dan inovatif menciptakan model dakwah yang aktual dan berkemajuan dengan banyak komunitas yang bermacam-macam. LDK tidak boleh hanya berangkat hanya dari yang sudah pernah dikerjakan, ia harus berorientasi pada menyasar segmen-segmen yang belum disapa oleh dakwah sebelumnya dan dilakukan dengan cara yang baru serta tidak biasa.
Kedua, Pantang menyerah. Akan selalu ada hambatan dan rintangan dalam memulai dan menjalankan program, apalagi program itu baru. Dalam mengawalinya pasti akan menghadapi ketidakpercayaan, Bahasa jawanya “dipaido” atau orang hanya akan melihat dan menunggu hasilnya. Dibutuhkan mental yang kuat untuk bekerja dalam suasana yang demikian. Ada ungkapan menarik yang bisa jadi pegangan: “Jadilah seperti air yang tidak pernah menyerah mencari jalan mengalir.”
Ketiga, Mengelola LDK dengan manajemen dua kamar, yaitu kamar kerelawanan dan kamar professional. Kerelawanan oleh pengurus LDK yang tidak mendapatkan gaji dan kamar professional oleh staff atau karyawan yang diangkat oleh LDK. Sudah menjadi tradisi di persyarikatan Muhammadiyah bahwa mengurus Muhammadiyah banyak dilakukan sepulang kerja, sehingga tidak semua pengurus dapat bekerja optimal, sementara volume kerja dakwah ini sangat banyak yang memelukan tenaga yang sepenuh pikiran, waktu dan tenaga. Maka sudah waktunya LDK mengangkat tenaga harian yang bekerja professional untuk mengerjakan tugas organisasi.
Keempat, Pelembagaan program. Permanen dan terus tumbuhnya dakwah Muhammaidyah di dunia pendidikan dan kesehatan adalah karena strategi melembagakan dakwah tersebut menjadi sekolah, perguruan tinggi dan rumah sakit. Rumus ini sesungguhnya juga dapat diberlakukan pada program-program dakwah komunitas atau yang lain. Program LDK banyak yang perlu dilembagakan supaya lebih permanen dan berkelanjutan. Istilah lainnya perlu di AUM kan. Melembagakan dakwah ibarat membuat instalsi bukan memegang obor. Dengan membuat instalasi terlebih dahulu memang menjadikan lampu tidak akan langsung menyala, masih membutuhkan waktu, tetapi setelah menyala dia akan lebih permanen dan energi yang kita dimiliki dapat digunakan untuk membangun instalasi di tempat lain. Dengan cara ini lah dakwah dapat terus tumbuh dan berkembang.
Kelima, Kolaborasi dengan Majelis, Lembaga, Ortom, AUM, Pemerintah dan pihak lain di luar persyarikatan. Masalah dakwah ini terlalu banyak dan berat untuk diselesaikan sendiri. Sudah waktunya semua pekerjaan dakwah ini dikolaborasikan dengan semua bagian baik di dalam maupun di luar persyarikatan. Dalam Sifat Muhammadiyah yang dimuat di Kepribadian Muhammadiyah, Muhammadiyah itu siap bekerjasama dengan golongan Islam manapun untuk membangun umat Islam dan siap bekerjasama dengan golongan manapun untuk membangun Indonesia.
Keenam, Mengembangkan strategi pembiayaan secara kreatif. Tidak dipungkiri bahwa semua program dan kegiatan membutuhkan pembiayaan yang tidak selalu sedikit. Untuk memperoleh pembiayaan ini diperlukan kreatifitas untuk melakukan fundrising. Pada konteks ini LAZISMU adalah partner utama, namun LDK harus juga mencoba sumber pembiayaan lain yang dapat mendukung, seperti berpatner dengan AUM, mengembangkan unit usaha mandiri, mengakses dana pemerintah, atau yang lain.