YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta menerima kunjungan dari Prof. Dr. Nahla Shabry As-Sha’idy, seorang Penasehat Grand Syaikh Al Azhar, Kairo, Mesir. Kunjungan tersebut berlangsung pada hari Jumat, 9 Februari 2024 di lingkungan Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta.
Selain menjadi Penasehat Grand Syaikh Al Azhar, Prof. Dr. Nahla Shabry As-Sha’idy adalah Dekan Fakultas Studi Islam Al-Azhar sekaligus Direktur Markaz Tathwir (Pusat Pengembangan Pelajar dan Mahasiswa Asing Al-Azhar). Beliau juga menjadi salah satu dari 50 Perempuan Paling Berpengaruh di Mesir. Dr. Nahla dinilai telah memberi kontribusi luar biasa dalam pengembangan proses belajar mahasiswa asing di Al-Azhar. Beliau juga berhasil menjadi figur pemberdayaan perempuan di Mesir.
Dr. Nahla hadir di tanah air sejak tanggal 3 Februari 2024, berkunjung di Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta tanggal 9 Februari 2024 dan tanggal 12 Februari 2024 sudah kembali ke tanah Mesir. Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta menjadi satu-satunya sekolah yang dikunjungi diantara Perguruan Tinggi Muhammadiyah dari agenda kunjungan Dr. Nahla di Indonesia. Madrasah Mu’allimaat dipilih untuk menjadi salah satu tempat kunjungan Dr. Nahla karena merupakan pondok pesantren berbasis perempuan dibawah naungan Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk bersilaturahmi dan berdialog langsung dengan santriwati, guru dan karyawan Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta. Unik Rasyidah, M.Pd., sebagai Direktur Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta merasa sangat berbahagia dengan kunjungan Dr. Nahla. Pasalnya Madrasah Mu’allimaat sudah melangsungkan kerjasama dengan Dr. Nahla dalam rangka kegiatan Arabic Camp yang dilakukan setiap tahun di Mesir yang salah satu agendanya adalah belajar Bahasa Arab di Markaz Tathwir, dimana Dr. Nahla sebagai direkturnya.
“Sangat berbahagia dihadir oleh beliau, karena beliau adalah perempuan berpengaruh di Mesir. Nantinya akan menjadi figur di Madrasah Mu’allimaat, karena bisa melihat dan berdialog langsung dengan perempuan hebat di suatu negara, salah satunya Mesir. Tentu akan menjadi pembelajaran yang baik bagi seluruh santriwati. Bagaimana perempuan itu harus memiliki ilmu, dan dengan ilmu itu maka akan memiliki peran yang banyak bagi bangsa, negara dan agamanya”, jelas Unik Rasyidah, M.Pd. (LTA)