Universalitas Jadi Arah Kerja Kemanusiaan yang Melintas Batas
YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Buku Dunia Barat dan Islam Visi Ulang Kemanusiaan karangan Dr. (HC) Sudibyo Markus, MBA. edisi kedua menjadi wadah diskusi bersama Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) untuk membuka tirai pemahaman terkait kepentingan kemanusiaan dan perdamaian agar terciptanya toleransi persaudaraan dan penolakan terhadap radikalisme atas nama agama.
Karya ini dibuat tidak hanya sebagai pengembangan literatur, namun juga berorientasi pada pemaknaan terhadap hubungan kemanusiaan yang lebih harmonis. Secara khusus, tujuan digelarnya diskusi ini adalah pencermatan sekaligus pengayaan bersama buku Dunia Barat dan Islam Visi Ulang Kemanusiaan Universal serta mengkaji rencana penyusunan buku telaah Fiqh Kemanusiaan yang sangat berkaitan satu sama lain.
Dr. Sudibyo, MBA., menyebutkan bahwa buku tersebut dilatarbelakangi oleh tiga kritikal poin, yaitu konsili vatikan yang saat ini telah mengakui adanya universalitas kemanusiaan, adanya kalimatun sawwa’ atau common word dimana dalam konsep kemanusiaan ditemukan kesamaan antar agama tentang menghargai sesama manusia dan kepercayaan pada tuhan.
Terakhir ada pada momen ketika Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama mendapatkan penghargaan Zayed Award dari Human Fraternity, Abu Dhabi yang mendeklarasikan tentang persatuan kemanusiaan antar agama meski membawa gerbong visi yang berbeda.
“Pelayanan kemanusiaan saat ini menyempit dan situasinya semakin sulit, banyak relawan yang terbunuh di Gaza. Kedepan ancaman kemanusiaan akan menjadi tidak gampang ditambah dengan adanya substantif etnis dan climate change. Ini jadi alasan membuat visi ulang universalitas kemanusiaan itu perlu dibawa,” jelas Dr. Sudibyo Senin (1/7).
Disambut oleh Rahmawati Husein, Dewan Pakar MDMC PP Muhammadiyah mengkritisi sekaligus mengembangkan lebih jauh tujuan dari universalitas kemanusiaan.
“Ketika saya merefleksikan visi ulang kemanusiaan, jika mendasarkan pada buku ini adalah rekonsiliasi antara Kristen dan Islam, bahwa agama itu menjadi jalan. Tidak hanya berhenti pada common word tapi menjadi common world, to share and collaborate, not to compete but to complementary,” imbuh Rahmawati.
Common world ini dimaknai sebagai pengaplikasian “berbagi” dan “kerja kolaborasi” yang saat ini sudah diwujudkan oleh Muhammadiyah melalui pembentukan Humanitarian Forum Indonesia (HFI) sebagai forum yang mewadahi lembaga lintas agama dalam kerja-kerja kemanusiaan.
Dalam diskusi juga dijelaskan bagaimana arah kajian buku bagi pengembangan visi Ulang Kemanusiaan Universal Muhammadiyah lalu bagaimana kaitannya dengan Fiqih Kemanusiaan melalui pandangan Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah. Kombinasi keduanya juga mencoba untuk mendefinisikan universalitas kemanusiaan secara luas dari pandangan lintas agama.
Adapun kegiatan dilaksanakan di Kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah Cik Ditiro, Yogyakarta dengan peserta diskusi dari MDMC DI. Yogyakarta, Lembaga Penelitian dan Pengembangan (LPP) PP Aisyiyah, MDMC Jawa Tengah, Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah dan Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) PP Muhammadiyah, Yakkum Emergency Unit (YEU), PSMB UPN Yogyakarta, Pujiono Centre, serta praktisi kebencanaan. (MDMC/Azza)