Iman tidak cukup hanya sekadar pengakuan, tetapi juga harus dibuktikan dengan konsekuensi yang menjadi tuntutan iman. Al-Qur’an menyebutkan paling tidak ada 6 (enam) konsekuensi iman yang harus dibuktikan, yaitu: 1. Al-Yaqiin (Keyakinan yang mantap). Keyakinan yang mantap tanpa ada
keraguan sedikit pun terhadap Allah dan ajaran yang diturunkan-Nya
merupakan konsekuensi iman yang utama. Allah berfirman,
“Sesungguhnya orang-orang Mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. mereka itulah orang-orang yang benar.” (Qs. al-Hujuraat: 15).
2. At-Tasliim (berserah diri). Apa yang ada di langit dan di bumi
sudah berserah diri kepada Allah, karena itu setiap Mukmin harus pula
berbuat demikian. Allah berfirman yang artinya:
”Maka mengapa mereka mencari agama yang lain selain agama Allah, padahal apa yang di langit dan di bumi berserah diri kepada-Nya, (baik) dengan suka maupun terpaksa, dan hanya kepada-Nya mereka dikembalikan?” (Qs. Ali Imran: 83)
3. As-Sam’u wa At-Thaa’atu (Dengar dan Taat). Seorang Mukmin harus
mendengar seruan Allah dan harus menaatinya. Ini merupakan kunci
keberuntungan. Allah SwT berfirman, yang artinya:
”Hanya ucapan orang-orang Mukmin, yang apabila mereka diajak kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul memutuskan (perkara) di antara mereka, mereka berkata,’”Kami mendengar dan kami taat.’ Dan mereka itulah orang-orang
yang beruntung.” (Qs. An-Nuur: 51)
4. Ittibaa’ul Manhaj (Mengikuti Sistem). Allah swt memiliki sejumlah
aturan hukum (syariat) bagi manusia untuk diikuti dan ditaati, dalam
rangka terciptanya harmoni kehidupan. Allah berfirman:
Artinya: ”Kemudian Kami jadikan engkau (Muhammad) mengikuti syariat (peraturan) dari agama itu, maka ikutilah (syariat itu) dan janganlah engkau ikuti keinginan orang-orang yang tidak mengetahui.” (Qs. Al-Jaatsiyah: 18)
5. ‘Adamul Haraj (tidak merasa berat). Keimanan yang mantap membuat
seorang Mukmin tidak merasa berat untuk menerima apa yang menjadi
ketentuan Allah SwT sebagaimana firman-Nya,
Artinya: ”Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagaimana hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, (sehingga) kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (Qs. An-Nisaa’: 65)
6. ‘Adamul Khiyarah (Tidak Memilih-Milih). Bila seorang Mukmin sudah merasa tidak berat dengan ketentuan Allah swt, tentu dia tidak akan
memilih peraturan lain, apalagi yang bertentangan dengan nilai-nilai islam. Allah SwT berfirman yang artinya, yang artinya: ”Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang Mukmin dan perempuan yang Mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia telah tersesat, dengan kesesatan yang nyata.” (Qs. Al-Ahzaab: 36)
Beriman tanpa beramal shalih, hasilnya HAMPA. Beramal shalih tanpa beriman, PERCUMA. IMAN adalah pondasi dan AMAL SHALIH adalah implementasi. Semoga dengan memahami konsekuensi iman kita semakin termotivasi untuk meningkatkan iman yang menjadi bekal hidup dunia akhirat. Amin.•
H Faisal Salim, SAg, (Sekretaris Umum PDM Sumbawa).