Haedar Nashir Nyatakan Muhammadiyah Tidak Sekedar Setting Wacana

Haedar Nashir Nyatakan Muhammadiyah Tidak Sekedar Setting Wacana

YOGYAKARTA. suaramuhammadiyah.com— Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan bahwa Muhammadiyah tidak sekedar berwacana tanpa aksi. Acara yang yang digelar selama dua hari (23-24/5) di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) bukan hanya sekedar setting wacana. Namun mata rantai langkah berkelanjutan untuk mewujudkan Indonesia berkemajuan.

Menurut Haedar, ini baru sebuah permulaan untuk meningkatkan daya saing bangsa di tingkat internasional. “Konvensi ini baru ‘iftitah’, baru permulaan dan bukan sekadar setting wacana, tetapi untuk menggerakkan energi positif bangsa ini” ujarnya.

Haedar Nashir juga menyinggung tentang persepsi negative terhadap Indonesia yang harus segera diubah. Jika perspektif negative terhadap bangsa lain karena suka berbicara dan berwacana. Justru Indonesia di bawah itu. Indonesia dikenal sebagai Negara yang tidak sesuai antara yang dibicarakan dan dilakukan.

Haedar sedikit memaparkan isu penting yang telah dibahas dalam acara selama dua hari itu. Di bidang politik, selain demokratik juga harus etik, berperadaban, produktif, berkeadilan efektif, dan berkemajuan serta kepemimpinan yang hadir di tengah rakyat. Di bidang budaya, ada upaya membangun daya jelajah rasional yang objektif, produktif dan berorientasi masa depan untuk mengakhiri budaya yang oleh WS Rendra disebut sebagai budaya kasur tua.

“Mari kita akhiri dan kita tutup buku budaya menertawakan diri sendiri dan membangun budaya berkemajuan. Tugas kita adalah bagaimana menularkan benih daya pikir produktif menjadi daya pikir milik bangsa,” katanya.

Haedar Nashir berharap enam pokok pikiran hasil acara ini dapat ditindaklanjuti seluruh komponen bangsa untuk mewujudkan Indonesia berkemajuan. Sehingga hasil yang didapat menjadi sesuatu yang berguna secara nyata, tidak sekedar wacana yang hilang begitu saja.

“Hal-hal positif yang didapat dari konvensi ini bisa menjadi milik kolektif seluruh anak bangsa. Tugas kita menggerakkan menjadi milik bersama. Setelah kita pulang tidak hanya berhenti dalam bentuk naratif,” pungkasnya. (Ribas)

Exit mobile version