SUARA MUHAMMADIYAH, Kejadiannya di sekitar tahun 1967 – 68. Suatu sore Pak AR naik becak dari Kauman ke Sosrowijayan, selatan Stasiun Tugu. Daerah itu dikenal sebagai daerah hitam.
Pas ketika becak berhenti di selatan stasiun rupanya ada seorang mahasiswa yang melihat Pak AR turun dari becak dan masuk ke dalam kampung itu. Karena penasaran, maka mahasiswa itu kemudian mengikuti dari jarak yang cukup jauh.
Ketika Pak AR berhenti di suatu tempat, mahasiswa itu kemudian mengamati gerak-gerik Pak AR. Kecurigaanpun hilang karena mahasiswa tersebut melihat ibu-ibu muda, meskipun pada waktu itu pakaiannya bermacam-macam, berdatangan menuju ke tempat itu.
Tak lama kemudian terdengarlah suara bersama “radhiitu billaahi rabba, wabil islaami diina, dst.” Karena kecurigaannya sudah hilang pulanglah mahasiswa itu. Beberapa hari kemudian mahasiswa itu menanyakan berbagai hal tentang pengajian di daerah hitam itu.
Jawab Pak AR : “ Ya saya diminta mengisi pengajian di situ, karena saya mempunyai waktu, ya saya penuhi”
“Tapi orang-orang itu kan orang yang setiap hari melakukan maksiat” kata mahasiswa itu lebih lanjut.
“Ya, meskipun mereka melakukan maksiat, masih ada secercah nurani yang bersih. Mudah-mudahan saja dengan mengikuti pengajian itu mereka akan mendapat petunjuk dari Allah SWT. Kalau yang di mesjid-mesjid mereka semuanya sudah beriman. Justru di tempat seperti inilah seharusnya pengajian dan tabligh itu dilakukan. Tentang bagaimana mereka nanti Allah sendirilah yang tahu.”
Mahasiswa pun manggut-manggut dan pulang sambil mengucapkan terima kasih.