SURABAYA, Suara Muhammadiyah – Dalam rangka internasionalisasi pemikiran Muhammadiyah di abad kedua, Pimpinan Pusat Muhammadiyah berencana membuka perguruan tinggi di luar negeri. Di Asia Tenggara, Malaysia dan Thailand menjadi dua negara yang dibidik dalam rencana awal pendirian perguruan tinggi Muhammadiyah.
“Muhammadiyah sudah menjajaki peluang untuk memanfaatkan kesempatan di sana (Asia Tenggara). Dan akan menempatkan kampus di sana. Malaysia dan Thailand menjadi awal keberadaan lembaga pendidikan negeri Muhammadiyah di manca negara,” kata Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir usai pelantikan Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya periode 2016-2020, Sukadiono
Langkah ini diharap membawa dampak pada peningkatan daya saing bangsa serta mengembalikan marwah Indonesia sebagai bangsa yang besar dan bisa berperan penting bagi peradaban dunia, terutama di Asia Tenggara.
“Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang mempunyai sejarah dan kerajaan-kerajaan yang besar. Salah satu contohnya Kerajaan Sriwijaya. Indonesia jangan hanya menjadi negara konsumen, namun harus menjadi produsen,” kata Haedar.
Indonesia, harap Haedar, jangan berdiam diri di tengah situasi persaingan global yang semakin kompetitif. “Ini era MEA, era perdagangan bebas. Kalau kita (Indonesia) defensif akan menjadi serbuan pihak asing, sebagai pasar untuk bidang ekonomi maupun pendidikan. Karena itu, paradigma harus diubah ke ofensif,” tuturnya.
Haedar optimis rencana pendirian perguruan tinggi Muhammadiyah di luar negeri akan berhasil. Terlebih selama ini Muhammadiyah sudah sangat berpengalaman dalam membangun dan mengelola beberapa kampus besar di Indonesia dengan usaha dan dana mandiri.
Muhammadiyah, kata Haedar, dipastikan sangat mampu untuk mendanai semua kebutuhan anggaran pembelian lahan dan pembangunan PTM di negeri jiran. Nantinya, selain akan ada dukungan anggaran dari PP Muhammadiyah, juga ditambah dengan dukungan dari konsorsium antar Universitas Muhammadiyah di Indonesia. Pola konsorsium untuk menentukan persentase penyertaan investasi sudah ada dan biasa diterapkan di lingkungan Muhammadiyah.
Selain akan membangun kampus di luar negeri, pembangunan universitas serta sekolah juga terus digencarkan Muhammadiyah di Indonesia Timur atau wilayah pelosok Indonesia lainnya. Hal ini sebagai salah satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.
“Pemerataan pendidikan ini juga harus bisa di manfaatkan masyarakat Indonesia seperti di Papua dan provinsinya yang masih belum terjamah pendidikan yang memadai,” tegas Haedar.
Wakil Ketua Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah Prof Edy Suandi Hamid menambahkan, PP Muhammadiyah banyak membantu untuk terwujudnya kampus Muhammadiyah di luar negeri. “Karena ini memang program PP Muhammadiyah. Yang masih dalam tahap persiapan sekarang adalah menyiapkan regulasinya,” kata Edy.
Senada, Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya, Sukadiono mengungkapakan kampus-kampus Muhammadiyah selama ini sudah tebiasa dengan konsorsium, seperti membuka unit usaha baru.
“Sharing bukan cuma menyangkut anggaran pembukaan kampus di luar negeri saja. Sejauh ini sharing program pendidikan yang menjadi unggulan masing-masing kampus Universitas Muhammadiyah juga dilakukan,” ungkapnya.
Dalam menyukseskan rencana besar ini, kata Sukadiono, kampus Universitas Muhammadiyah Surabaya yang dipimpinya sudah menyiapkan tenaga pengajar untuk dikirim ke kampus yang akan didirikan di luar negeri (Ribas).