Saatnya Pelajar Ramaikan Shubuh di Masjidnya

Saatnya Pelajar Ramaikan Shubuh di Masjidnya

SURABAYA, Suara Muhammadiyah- Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) SMA Muhammadiyah 10 Surabaya berikhtiyar untuk kembali menegakkan gerakan Shubuh berjamaah di kalangan pelajar dan remaja pada umumnya. Remaja adalah aset masa depan yang akan meneruskan cita-cita perjuangan bangsa.  Sebuah gerakan yang diberi nama Gerakan Pelajar Shubuh Berjamaah (GPSB) adalah wujud nyatanya.

“Pelajar saat ini sungguh benar-benar menjadi kader penerus bangsa, membutuhkan semangat spiritual yang tinggi. Oleh sebab itu Gerakan Pelajar Shubuh Berjamaah ini menjadi wadah bagi para pelajar untuk menggerakkan jiwa pelajar agar berjamaah di masjid saat sholat shubuh,” kata Azmi Izuddin, siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 10 Surabaya yang sekaligus ketua pelaksana GPSB.

Setelah sebelumnya mengajak pelajar internal sekolah sendiri dan mendapat dukungan dari wali murid, GPSB akhirnya dideklarasikan pada Ahad (19/3) bertempat di Masjid Multikultural nan bersejarah, Masjid Muhammad Cheng Hoo Surabaya. Ratusan pelajar SMA Muhammadiyah 10 Surabaya beserta beberapa elemen pelajar lainnya bersama-sama menyatukan semangat dan tekad agar kegiatan Sholat Shubuh Berjamaah mereka dapat terlaksana dengan konsisten hingga masa akan datang.

Deklarasi GPSB ini sendiri dihadiri oleh Ikhsan, selaku Kepala Dinas Pendidikan Surabaya. Juga dihadiri oleh perwakilan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur, MUI Kota Surabaya, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, dan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Surabaya. Segenap pejabat tersebut memberikan dukungan penuh kepada para pelajar untuk melangsungkan kegiatan GPSB secara berkesinambungan.

Ikhsan yang didapuk memberikan sambutan mengatakan betapa positifnya kegiatan pelajar seperti ini. Ia menyebut GPSB ini sebagai inisiatif kreatif pelajar dalam menyikapi permasalahan kemerosotan moral bangsa. Program tersebut sejalan dengan program Dinas Pendidikan Kota Surabaya yang mengedepankan pendidikan karakter melalui aktivitas yang bernuansa agama. Pembiasaan sholat dhuha, duhur dan ashar di sekolah yang sudah banyak dilaksanakan sekolah swasta dan negeri di Surabaya, serta gerakan literasi membaca al-Qur’an dan tahfidz adalah perwujudan dari pendidikan karakter itu sendiri.

Dengan adanya deklarasi GPSB diharapkan menjadi virus kebaikan yang akan memotivasi pelajar-pelajar yang lain. Tentu saja kegiatan positif ini harus terus didukung oleh wali murid dan guru agar tetap berjalan istiqomah.

Sebelum dideklarasikan, Gerakan yang dirintis oleh siswa-siswi IPM SMA Muhammadiyah 10 Surabaya ini, telah melaksanakan kegiatan serupa sebanyak tiga kali. Pertama hari Ahad (5/2) di Hall SMA Muhammadiyah 10 yang dihadiri oleh para siswa dan guru. Antusias wali murid yang tinggi dan berharap kegiatan ini terus berlanjut dan istiqomah.

Kedua, dilaksanakan di Masjid Ad-Dakwah, Jl Blauran Kidul 2/24. Keadaan masjid yang miris. Terletak di gang sempit, dengan jamaah rata-rata 5 orang saat sholat shubuh dan rencananya akan digusur karena pelebaran hotel besar di sebelahnya. Dan yang terakhir dilaksanakan di Masjid Al-Ghofur, Gembong Gang VII, sebuah kampung Islam lawas.

Awal mula gerakan ini berdiri dilatarbelakangi rasa prihatin terhadap pelajar yang enggan menuju masjid saat sholat shubuh, dan melihat sepinya masjid-masjid di sekitar Surabaya saat jam sholat shubuh.

“Untuk itu, kami berinisiatif bikin GPSB ini. Tujuannya untuk mengajak para pelajar Surabaya untuk sholat shubuh di masjid secara berjamaah. Selain itu kami ingin menyemangati para pengurus masjid di kampung-kampung agar tidak lelah meramaikan rumah Allah saat sholat shubuh,” ujar Antonia Zukhruf, salah satu anggota perempuan Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) SMA Muhammadiyah 10 Surabaya.

Gadis kelas X berbadan mungil ini lantas menambahkan bahwa derasnya dukungan dari guru-guru di sekolahnya semakin menambah semangat mereka untuk dapat menularkan kegiatan ini ke pelajar sekolah-sekolah lainnya.

Dalam pendeklarasian GPSB kali ini pun, turut serta hadir pelajar-pelajar Surabaya lainnya dari Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Surabaya, Ikatan Pelajar Nadhatul Ulama (IPNU), Pelajar Islam Indonesia (PII), dan OSIS beberapa SMA Negeri di Surabaya Pusat. Mayoritas dari mereka mendukung penuh adanya gerakan ini.

“Jujur selama ini kalo pas shubuhan di masjid di dekat rumah. Yang jadi jamaahnya itu orang-orang yang lebih tua. Bahkan lansia. Jarang sekali ada anak muda seperti saya yang ikut sholat. Jadi gerakan ini keren banget. Mengajak anak-anak muda buat meramaikan masjid-masjid,” demikian pendapat dari Faridah Ramadhani, siswa SMA Negeri 4 Surabaya yang turut hadir dalam deklarasi ini.

Besar harapan gerakan ini dapat memberi kontribusi dalam pendidikan karakter pelajar. “Sentuhan-sentuhan” religi seperti ini mampu merangsang siswa untuk lebih berempati dan berkepribadian baik dalam masyarakat.

Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 10 Surabaya, Sudarusman, mengatakan bahwa sekolah seharusnya memberikan fokus dan semangat lebih kepada penanaman karakter positif siswa secara otentik.

“Kami membebaskan siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada pembentukan karakter. Seperti acara deklarasi ini. Mulai persiapan, ide kreatif, bertatap muka dengan pejabat-pejabat terkait, hingga pelaksanaannya harus dilakukan siswa sendiri. Kami memberi kepercayaan penuh kepada mereka. Karena itulah sekolah sesungguhnya. Siswa belajar dari kesalahan dalam praktek nyata,” begitu tambah pria yang akrab disapa Pak Sudar (Azmi Izzudin).

 

Exit mobile version