YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah–Alhamdulillah wasayaukurillah, wa ni’matillah. Terkejut dan haru saya, tak sengaja satu kereta dan satu gerbong dengan Buya Ahmad Syafii Maarif.
Kami naik kereta Prameks dari Jogjakarta menuju stasiun Purwosari, dengan tujuan yang sama ke UMS namun beda acara, karena beliau mau menganjar di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Dan saya bertemu dengan penilai instrument penelitian saya. Sosok yang luar biasa buat saya.
Saya jadi ingat waktu janjian sama beliau untuk minta tanda tangan masuk S2 Psikologi UGM, waktu itu tahun 2000, kita ketemuan di Kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah, jam 14.00 setelah beliau menengok salah seorang kerabat yang sedang sakit. Beliau sangat disiplin, terlihat janji yang tepat waktu. Pas bertemu, saya lumayan deg-degan karena beliau waktu itu sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan figur bagi saya
Ternyata beliau sangat mendukung saya lanjut studi dan tidak langsung tanda tangan, ada ujian yang beliau berikan, dari mulai aktivitas organisasi, pengetahuan, TOEFL, penguasaan Bahasa Inggris, tulisan saya, proposal riset, sampai dukungan keluarga apakah mensupport saya untuk studi lanjut (begitu perhatiannya beliau terhadap kader Muhammadiyah).
Hari ini, saya bertemu beliau dan masih seperti dulu ketika saya meminta rekomendasi, kesederhanaan dan penerimaan diri terhadap siapapun tanpa beliau merasa sebagai orang yang sangat berpengaruh terhadap bangsa ini, ramah dan penuh kehangatan.
Beliau bertanya saya bertugas di mana, dan beliau bertanya tentang pekembangan kampus tempat saya bernaung Universitas Muhammadiyah Jakarta. Banyak hal yang saya kagumi, di antaranya beliau masih semangat memberikan ilmunya kepada ummat khususnya untuk Muhammadiyah.
Emmmmm, beliau memang Tokoh Ummat Dan Bangsa Yang Harus Kita Contoh, terlepas dari isu apapun, saya tetap berpikir Positif Terhadap Beliau.
Sehat selalu Buya, tetap semangat memberikan ilmu kepada ummat dan kader Muhammadiyah, doa kami selalu untuk Buya. (Ati Kusmawati)