TASIKMALAYA, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah Kota Tasikmalaya berkolaborasi dengan Pimpinan Daerah Nasyiatul ‘Aisyiyah Kota Tasikmalaya mengadakan Pelatihan Muballighat di TK Aisyiyah Tasikmalaya, Sabtu (8/12) yang diikuti oleh peserta dari PCA dan PCNA di lingkungan kota Tasikmalaya.
“Kegiatan ini merupakan program PDA sebagai tindak lanjut dari pelatihan muballighat yang diadakan oleh PWA Jabar. Sewaktu kami mau menyusun kegiatan ini, ternyata bersamaan dengan pada saat itu PDNA juga mau menyelenggarakan kegiatan yang sama. Oleh karena itu, kegiatan ini diusulkan untuk disatukan,” tutur Ketua PDA Kota Tasikmalaya Suniawati Kartini, SIP.
Menurutnya, keberadaan muballighat yang kompeten di Kota Tasik sudah mendekati fase darurat. Muballighat yang dapat terjun langsung ke masyarakat harus segera dibentuk mengingat adanya berbagai masalah di masyarakat yang sangat kompleks.
“PDA ada program pemberdayaan ekonomi masyarakat. Ketika terjun, kami menemukan banyak masalah. Misalnya ekonomi Tasik yang cukup tinggi tidak sepadan dengan pendidikan masyarakat yang masih rendah. Persoalan nikah muda. PHBS yang kurang. Juga masalah anak, remaja, moral, dan kemiskinan. Perlu diketahui, generasi milenial telah melahirkan sepuluh ribu aktivis LGBT di Kota Tasik. Ini dikarenakan ketahanan keluarga yang kurang kuat, jika tidak dibilang sangat rapuh. Pengawasan orang tua yang lemah terhadap pergaulan anak-anaknya. Mereka sangat memerlukan kontribusi dari aisyiyah. Tujuan diadakannya pelatihan muballighat ini adalah untuk membentuk kader yang dapat terjun langsung ke masyarakat dan berdakwah sesuai dengan permasalahan yang ada di masyarakat tersebut,” paparnya.
Setahun ini, lanjut Suniawati, PDA Kota Tasik aktif mengawal TB HIV di 10 kecamatan yang ada di Kota Tasik. ”Alhamdulillah, keberadaan tim TB HIV dari Aisyiyah sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dan pemerintah pun sangat terbantu. Target Dinkes terlampaui. Dalam pelaksanaannya kami dibantu kader posyandu dan kader PKK. Kami juga bekerja sama dengan jejaring perlindungan AIDS, pemerintah, dan berbagai lembaga kesehatan. Dan hingga sekarang kami masih berjuang untuk mengalirkan kesabaran kepada mereka, supaya daya juang untuk sembuh tetap tinggi,” imbuhnya.
Ia berharap, pelatihan ini dapat melahirkan muballighat-muballighat yang handal. Muballighat yang dapat melebur ke masyarakat level manapun, yang dapat menggulirkan alternatif solusi atas permasalahan di masyarakat dan melakukan counter terhadap isu-isu terkini. “Dalam berdakwah kita harus tahu sasaran. Dengan adanya muballighat dari cabang dan ranting, maka kita akan membentuk korps dakwah muballighat Kota Tasik. Selanjutnya akan dikembangkan dan disusun peta dakwah, misalnya nanti kita buat jadwal pengajian keliling,” ungkap Suniawati.
Ketua PDNA Kota Tasikmalaya, Erni Kartini, mengatakan bahwa tema kegiatan ini adalah “Meningkatkan Kompetensi Muballighat Melalui Dakwah Pencerahan Menuju Terbentuknya Perempuan Berkemajuan”.
“Relevansinya dengan tema adalah kami berharap para muballighat yang belum jadi dapat lebih meningkatkan kemampuannya. Yang belum terbiasa menjadi terbiasa, yang terbiasa menjadi lebih biasa,” katanya.
Dengan terbentuknya korps muballighat sebagai hasil akhir kegiatan ini, ia berharap, dakwah di Kota Tasikmalaya akan terpetakan dengan baik, terjadwal dan terorganisir. “Insya Allah dengan adanya kegiatan ini akan lahir muballighat dari Aisyiyah dan NA yang mampu terjun langsung ke masyarakat umum, tidak hanya berdakwah di internal Muhammadiyah,” pungkasnya. (nu)