TANGERANG SELATAN, Suara Muhammadiyah – Badan Eksekutif Mahasiswa Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan (BEM ITB-AD) mengajak mahasiswa pada umumnya untuk merespon perkembangan zaman yang makin canggih untuk Indonesia yang lebih baik di masa yang akan datang, khususnya terkait dengan kemunculan Revolusi Industri 4.0.
Sehubungan dengan itu, BEM ITB-AD menggelar acara Kuliah Kebangsaan bertajuk “Indonesia Masa Depan: Optimis!” di Auditorium ITB Ahmad Dahlan Kampus Ciputat, Kamis (11/04).
Hadir sebagai pembicara diantaranya Dr Siti Ruhaini Dzuhayatin, MA selaku Staf Khusus Presiden RI dan Dr Imam Addaruqutni, MA selaku Sekretaris Jenderal Dewan Masjid Indonesia. Acara dimulai dengan pidato pengantar Rektor ITB-AD, Dr Mukhaer Pakkanna, MM dan dipandu oleh moderator, Sutia Budi, MSi selaku Wakil Rektor ITB-AD.
Dr Mukhaer Pakkanna dalam pidato pengantarnya mengatakan, tahun 2019 ini adalah tahun politik. Tanggal 17 April 2019 akan menentukan arah masa depan bangsa. Tahun politik telah berdampak keterbelahan masyarakat. Tensi egoisme antar masing-masing kelompok sangat tinggi.
“Saling lempar berita hoaks, sehingga yang muncul post-truth dan social distrust di antara kita. Dampaknya kejernihan hati dan pikiran telah terpapar atao terkontaminasi pragmatisme politik dan political myopic. Padahal politik itu adalah seni dan ilmu. Politik itu adalah political game,” ungkapnya.
Menurut Mukhaer, seolah-olah tahun politik itu pula memperlihatkan kesuraman wajah masa depan bangsa Indonesia. Padahal agama mengingatkan kita semua bahwa esok harus lebih baik dari hari ini. Dan hari ini, harus lebih baik dari hari kemarin.
“Kalau sama, berarti kita termasuk orang merugi. Karena itu, masyarakat Indonesia harus optimis menyambut baik masa depan,” terangnya.
Lebih lanjut, Mukhaer juga mengapresiasi langkah progresif yang dilakukan BEM ITB-AD sebagai bagian dari generasi milineal menawarkan kepada kita, agar kita menyambut masa depan yang lebih indah, lebih unggul, dan berkemajuan.
“Di tangan merekalah, masa depan bangsa kita. Jangan mereka dicekokin apatisme dan pesisme. Modal bangsa kita kedepan yakni, besarnya populasi generasi milineal (bonus demografi), besarnya potensi keragaman suku, agama, etnis, ras, antar golongan. Itulah yang menjadi modal sosial bangsa utuk bangkit. Semua itu perlu kita jaga dengan semangat persatuan dan kekeluargaan. Semangat Pancasila,” tandasnya.
Sementara, Siti Ruhaini Dzuhayatin, dalam pemaparannya menyampaikan bahwa pemuda harus cepat merespon perkembangan zaman, dan tepat dalam bertindak.
“Hadirnya Revolusi Industri 4.0 membuat perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam hitungan detik. Maka pemuda harus cepat merespon. Bukan hanya cepat tapi juga tepat dalam bertindak,” ujarnya.
Kemudian, Dr Imam Addaruqutni, MA mengatakan bahwa pemuda ke depan harus mengupdate cita-cita. “Milenial tidak boleh menanyakan apa yang negara berikan, justru kita harus memberikan sesuatu kepada Negara ini,” tandasnya. (Riz)