Pengajian merupakah ruh akar rumput Persyarikatan Muhammadiyah. Lebih dari itu, pengajian merupakan indikator hidup dan matinya sebuah Cabang atau Ranting sebagai struktur dasar organisasi modern tersebut. Ada pengajian berarti di situ ada Muhammadiyah. Sebaliknya, tidak ada pengajian berarti Muhammadiyah di situ mati. Pengajian yang diselenggarakan sebuah Cabang atau Ranting berjalan makmur, maka makmur pula ideologi Muhammadiyah di sana. Sebaliknya, pengajian yang hanya diadakan sekedarnya, kurang makmur, juga berpengaruh terhadap kreativitas dan inovasi Muhammadiyah di suatu Cabang dan Ranting itu sendiri.
Pengelolaan pengajian yang kreatif dan inovatif, salah satunya dilakukan oleh Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Poncosari Timur, Srandakan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Bisa dikata cukup sederhana, digelar di bibir pantai tiap Ahad Wage, pengajian yang diselenggarakan rutin bulanan tersebut dihadiri ribuan jamaah, termasuk masyarakat umum, walau hanya beralaskan tikar. “Bukan penyelenggara yang menyediakan tikar, tapi masing-masing jamaahnya dengan kesadarannya membawa tikar sendiri-sendiri,” terang Isngadi Sekretaris Lembaga Pengembangan Cabang dan Rating (LPCR) Pimpinan Pusat Muhammadiyah kepada Suara Muhammadiyah.
Menariknya, tiap kali pengajian diadakan, selain membawa tikar sendiri-sendiri, jamaah juga diperkenankan membawa barang dagangannya, membuka lapak di lokasi pengajian. Gambarannya persis seperti pasar tiban. “Jadi, tidak sekedar pengajian, tapi ada semacam bazaar ekonomi penduduk lokal yang makin menjadikan pengajian Ahad Wage itu tambah ramai jamaah,” ulas Isngadi.
Menurut Sutrisno, Ketua Majelis Pendidikan PRM Poncosari Timur, pengajian ini rutin diadakan sejak tahun 1997 silam. Awalnya, kata Sutrisno, selain digelar di tempat terbuka seperti pantai Goa Cemara, pengajian juga sesekali diadakan di sekolah-sekolah Muhammadiyah. “Karena dipadukan dengan konsep bazar, pengajian lebih banyak diadakan di pantai,” paparnya saat diwawancari Suara Muhammadiyah baru-baru ini.
Konsep bazar dalam pengajian, lanjut Sutrisno yang juga Ketua Majelis Ekonomi Pimpinan Cabang Muhammadiyah Srandakan, merupakan bentuk kesadaran Ranting guna membumikan ekonomi sebagai pilar persyarikatan sebagaimana hasil keputusan Muktamar ke-47 di Makassar. “Dalam waktu dekat, khusus penguatan sektor ekonomi, kami akan mendirikan amal usaha (unit bisnis) di bidang kuliner khas Srandakan (sea food). Tempatnya di jalan lingkar selatan. Semoga cepat terrealisasi, mohon doa’nya,” pungkas Sutrisno. (syada/gsh)
—
Tulisan ini telah dimuat di Majalah SM Edisi 23 tahun 2017