Muhammadiyah dan Ramadhan

Muhammadiyah dan Ramadhan

Muchlas Abror (Dok Erik/SM)

Oleh: Muchlas Abror

Alhamdulillah, kita masih dapat bertemu dengan bulan Ramadhan tahun ini. Kita tentu senang, gembira, dan menyambut baik kedatangannya. Bahkan, kita sudah siap melaksanakan perintah-Nya, yakni berpuasa Ramadhan. Berpuasa fardhu, satu bulan di Bulan Suci, merupakan ibadah. Berpuasa Ramadhan ini merupakan wujud syukur kepada Allah atas segala nikmat karunia-Nya kepada kita selama ini.

Muhammadiyah menetapkan awal Ramadhan dan ‘Idul Fithri menggunakan hisab haqiqi oleh Majelis Tarjih. Ketetapan tersebut oleh PP Muhammadiyah telah lama diumumkan khususnya kepada pimpinan dan warga Muhammadiyah. Cara itu memudahkan membuat perencanaan kegiatan Ramadhan.

Tiap tingkatan Pimpinan Persyarikatan, juga tiap amal usaha Muhammadiyah sebelum Bulan Suci datang umumnya membentuk Panitia Ramadhan yang memiliki sejumlah kegiatan. Ada berbagai kegiatan yang bersifat bersama. Tapi, ada pula kegiatan khusus dan terbatas. Seluruh kegiatan bermaksud sama untuk menyemarakkan Bulan Suci. Selain itu, untuk meraih ketakwaan yang menjadi tujuan kita berpuasa.

Muhammadiyah, sebagai Gerakan Islam dan Dakwah, pasti memanfaatkan bulan Ramadhan dan mengisinya secara positif. Pimpinan Persyarikatan, misalnya, pada bulan Ramadhan mengadakan pengajian pimpinan. Pengajian ini telah berjalan sejak lama dan masih berlangsung sampai sekarang. Insya Allah untuk seterusnya. Bahkan, Muhammadiyah sudah sejak lama pula memelopori pemakmuran masjid. Terutama masjid-masjid yang didirikan dan dikelola oleh Persyarikatan. Nah, jadikan pemakmuran masjid di Bulan Suci pendorong bagi pemakmuran masjid di bulan-bulan selanjutnya.

Pada malam hari, terutama di bulan Ramadhan, kita shalat Isya’ berjamaah di masjid. Setelah dzikir, berdoa, dan shalat sunnah rawatib, kita tidak langsung shalat tarawih. Tapi, kita lebih dulu mendapatkan santapan rohani dari muballigh sesuai jadwal dari Panitia. Barulah setelah itu, kita shalat tarawih berjamaah. Pagi harinya, kita ke masjid lagi. Setelah shalat sunnah, kita pun lalu shalat Shubuh berjamaah. Selesai itu, kita mendengarkan ceramah Shubuh oleh muballigh yang telah terjadwal.

Pada bulan ini, waktu sore hari, kita datang ke masjid untuk mengikuti pengajian ta’jil menjelang buka puasa. Pengajian diberikan oleh muballigh seperti tersebut dalam jadwal. Santapan rohani menjelang tarawih, ceramah Shubuh, dan pengajian ta’jil menjelang buka puasa, sejak semula digagas oleh Muhammadiyah dan bermanfaat. Di antaranya memahamkan, memantapkan, dan meyakinkan jamaah agar ibadah puasa kita membuahkan hasil. Sekarang tentang ta’jil. Nah, ta’jil buka bagi siapa yang berpuasa merupakan kenikmatan tersendiri. Karena itu, jangan lupa berdoa ketika berbuka. Pengajian dan buka bersama ini diakhiri shalat Maghrib berjamaah.

Ketika dinihari, terutama pada sepuluh hari terakhir Ramadhan, kita bangun. Setelah wudhu, kita ke masjid untuk iktikaf. Perbanyaklah beristighfar, berdzikir, membaca Al-Qur’an, dan berdoa. Selain itu, kita introspeksi dan evaluasi. Nah, untuk menggerakkan umat beriktikaf, beberapa masjid Muhammadiyah di Yogyakarta mengadakan kegiatan sahur bersama pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan. Sahur, menurut tuntunan, memang waktu dinihari. Kita memperoleh manfaat ganda : kita menjadi kuat berpuasa dan dapat mengikuti shalat Shubuh berjamaah di masjid.

Mengenai santunan sosial dan zakat firah. Beberapa masjid Muhammadiyah di Kota Gudeg ini menyambut bulan Ramadhan membagikan bingkisan Ramadhan, sebagai santunan sosial, sebelum bulan Ramadhan datang. Sedangkan menjelang ‘Idul Fithri masjid yang sama membagikan bingkisan ‘Idul Fithri. Mereka yang menerima adalah fuqara’ masakin dan anak-anak yatim. Selain itu, mereka pada malam ‘Idul Fithri mendapat pula bagian zakat fitrah dari para muzakki melalui Panitia setempat.

Itulah beberapa hal yang dirintis dan diteladankan oleh Muhammadiyah dalam ber-Ramadhan. Tentu bermanfaat. Semoga.

Exit mobile version