Sore itu rumah Warsono, Kepala Dusun Trono, ramai didatangi anak-anak TPA yang akan ditinggal pulang guru pengajarnya, Hamdan dan Yusuf. Hamdan dan Yusuf adalah siswa Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta kelas XI yang ditugaskan sebagai anak panah di lereng gunung Merbabu dalam kegiatan Mubalig Hijrah. Kini mereka telah menyelesaikan tugasnya hingga hari ke 20 Ramadan 1440.
Di hari penjemputan itu, di tengah hawa dingin pegunungan, Warsono berpesan kepada Hamdan dan Yusuf agar tidak memutus tali silaturahmi yang telah terjalin dengan baik. “Kami adalah keluarga kalian, anggap ini juga rumah kalian, jangan lupa berkunjung kalau ada waktu.” Ucap Warsono dengan mata berkaca-kaca.
Selama Hamdan dan Yusuf di tempat ini, kegiatan di masjid tumbuh subur, anak-anak tambah ramai, kegiatan ceramah Ramadan juga semakin cerah. Hampir setiap hari Hamdan dan Yusuf juga pergi ke ladang dan ke kandang ayam membantu Warsono. Warsono, sebagaimana kebanyakan masyarakat di sini, adalah seorang petani dan peternak ayam sekaligus.
Hamdan dan Yusuf adalah dua dari 465 siswa Madrasah Mu’allimin yang pada Ramadan ini diterjunkan ke masyarakat di berbagai penjuru tanah air dan mancanegara yang meliputi Jepang, Taiwan, Australia, Malaysia, Kamboja, dan Thailand. Selama sekitar tiga pekan mereka berkiprah di masyarakat sebagai anak panah Muhammadiyah.
Jalinan kekeluargaan yang telah terikat selama masa tugas itu sering kali memberatkan hati untuk berpisah. Warsono sekeluarga pada sore itu tampak meneteskan air mata. Bahkan, anak TPA ramai-ramai datang untuk mengucapkan salam sampai jumpa pada Hamdan dan Yusuf.
Sebelum senja tiba sebagai penanda saat menjelang buka puasa, Hamdan, Yusuf, dan teman-teman sebayanya dalam misi yang sama izin pamit. Akhirnya, kalau ada sumur di ladang, boleh kita menumpang mandi, kalau diberi umur yang panjang, boleh kita berjumpa lagi, Insyaallah. (Erik Tauvani)