MAKASSAR, Suara Muhammadiyah – Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Makassar Erwin Akib Ph.D. menegaskan peran guru sangat penting dalam menyambut era bonus demografi. Hal itu diungkap Erwin untuk mengapresiasi Hari Guru, yang diperingati setiap tanggal 25 November.
Alumni S3 Universitas Teknologi Malaysia ini berpesan kepada para guru, “Hadirlah untuk terus mencerahkan dan mencerdaskan anak bangsa. Tanpamu semua tidak akan menjadi apapun. Bangsa ini besar karena jasamu.”
Peluang besar bagi guru saat ini, sambung Erwin, adalah menyiapkan peserta didik di era bonus demografi, agar bisa berkontribusi maksimal dalam mewujudkan Indonesia sebagai negara maju. “Kita tengah menikmati bonus demografi yang sangat mewah pada hari ini. Akan ada tidak kurang dari 170 – 190 juta manusia Indonesia yang memiliki rentang usia produktif pada tahun 2035- 2045 yang akan datang,” ungkap Dekan FKIP Unismuh ini.
Menurutnya, hal ini tidak dimiliki oleh banyak lain di dunia. Negara-negara di Eropa sebagian besarnya sudah lama meninggalkan era itu, bahkan Jepang saat ini, jumlah usia tua lebih besar daripada usia produktif. “Jika kita mampu memanfaatkan bonus demografi, dalam waktu dekat kita akan melakukan lompatan sebagai negara maju,” kata Erwin.
Oleh karena itu, kata Erwin, guru tidak boleh lagi sekadar menjalankan peran sebagaimana biasanya. “Guru mesti menjadi fasilitator dalam menyiapkan peserta didik agar menguasai keterampilan hidup Abad 21. Keterampilan itu berupa kemampuan berpikir kritis dan inovatif, keterampilan berkomunikasi dan berkolaborasi,” tandas Erwin.
Keterampilan tersebut, lanjut Erwin, mesti ditopang oleh penguasaan teknologi dan karakter moral yang kukuh. “Penguasaan teknologi dan pembentukan karakter, bukan dua hal yang saling menafikan. Malah saling melengkapi. Oleh karena itu, kita perlu sosok guru yang mampu memadukan keduanya dalam proses pembelajaran,” tuturnya.
Di sisi lain, Erwin berharap, Pemerintah bukan sekadar memberikan beban berat di pundak para guru, sementara nasib dan kesejahteraan mereka cenderung diabaikan. “Semoga Mendikbud yang baru, mampu merumuskan kebijakan yang mampu meretas nasib ratusan ribu nasib guru honorer,” pungkasnya.(Hadi Saputra)