Pelopor Busana Muslimah di Kampus Merah

Pelopor Busana Muslimah di Kampus Merah

Dr Hj Asirah Aris, SpRad

In Memoriam Dr Hj Asirah Aris, SpRad

Innalillahi wainna ilaihi rajiun. Bagi sivitas akademika Universitas Hasanuddin khususnya yang mengenakan jilbab, kirimkanlah doa kepada senior kita, Dr Hj Asirah Aris, SpRad. Beliau telah menghadap panggilan Sang Khalik pada subuh hari ini di RSUD Bahteramas, Kendari Sulawesi Tenggara. Beliau adalah salah satu pejuang pemakaian busanah  muslimah di Universitas Hasanuddin sejak 37 tahun lalu sehingga membumi hingga saat ini.

Almarhumah lahir dari lingkungan keluarga Muhammadiyah di Makassar, 12 Oktober 1961, istri dari Ir Muhammad Hakku Wahab, MSi, mantan penjabat Bupati Bombana Sulawesi Tenggara tahun 2010-2011. Beliau juga merupakan ponakan langsung dari Prof Musafir Pababbari, mantan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.

Alumni Madrasah Muallimat Muhammadiyah Cabang Makassar adalah mahasiswa pertama yang berhasil tembus masuk pada Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin pada tahun 1981.  Semasa aktif kuliah, beliau masuk dalam organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Komisariat Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Menurut seorang kolega almarhumah, sesama mahasiswa saat itu, Prof. Bachtiar Murtala, Asirah Aris adalah wanita pertama di Universitas Hasanuddin yang memakai mengenakan tudung atau jilbab. Sejak dari Muallimat, beliau sudah mengenakan busana muslimah. Walaupun saat itu ada larangan mengenakan kain penutup kepala dan rambut wanita karena melanggar aturan kampus, tetapi beliau tetap komitmen menjalankan kewajibannya sebagai wanita muslim. Meskipun beberapa kali dilarang masuk kuliah oleh dosen yang mengajar.

Bersama dengan teman-temannya dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Fakultas Kedokteran, berupaya mengkader mahasiswa muslimah. Berbagai pelatihan keagamaan dan pengajian rutin bagi muslimah mereka adakan untuk mengampanyekan pemakaian jilbab. Setelah itu, barulah semakin banyak muslimah di Universitas Hasanuddin yang mengenakan jilbab, hingga saat ini. Ketika saya masih kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin tahun 1994-1999, saya perhatikan bahwa jumlah muslimah yang memakai jilbab semakin semarak, tumbuh subur bagaikan jamur saat musim penghujan, terutama di fakultas berbasis eksakta, seperti Fakultas Kedokteran dan Fakultas MIPA.

Bahkan jika dibandingkan dengan jumlah muslimah yang memakai jilbab dengan yang tidak memakai jilbab saat itu, jauh lebih banyak yang mengenakan jilbab. Ini seiring dengan perubahan politik pemerintah zaman orde baru dalam bidang pendidikan terutama pada pertengahan tahun 1990-an yang membolehkan pemakaian jilbab di sekolah dan perguruan tinggi.

Dalam hal ini, berdirinya Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) memberi pengaruh besar. Ditambah pula dengan maraknya kajian-kajian keislaman di kalangan mahasiswa yang dipelopori organisasi kemahasiswaan yang berbasis agama. Berdirinya mushalla di tiap fakultas yang difasilitasi pimpinan Universitas juga menambah semaraknya muslimah yang mengenakan busana muslimah. Alhamdulillah, ini adalah sesuatu yang amat menggembirakan apalagi fenomena ini terus-menerus berlangsung hingga saat ini.

Terakhir almarhumah bekerja sebagai dokter spesialis radiologi di RSUD Bahteramas Kendari dan masih menjabat sebagai Koordinator Wilayah Persatuan Dokter Spesialis Radiologi Indonesia (PDSRI) Sulawesi Tenggara. Masih menurut Prof. Bachtiar, almarhumah adalah contoh muslimah yang baik dalam bergaul dengan teman-temannya sesama dokter yang berasal dari keturunan Tionghoa. Dia tidak membeda-bedakan pertemanan. Bahkan dalam pengamatan Guru Besar Fakultas Kedoteran Unhas yang juga Ketua PDSRI ini, jika ada acara-acara organisasi, seperti simposium atau kongres, almarhumah tidak segan-segan menginap satu kamar dengan perempuan walaupun berbeda agama dan suku.

Hari ini, Kakanda Asirah Aris, pelopor busana muslimah pertama di kampus merah Tamalanrea ini telah kembali ke haribaan-Nya. Amal jariah yang ditorehkan dalam melakukan perjuangan membumikan ajaran Islam melalui penggunaan jilbab bagi muslimah, mudah-mudahan  dapat mengantarkannya ke tempat yang paling mulia di akhir kelak. Amiin ya Rabbal’alamin.

Haidir Fitra Siagian, mantan Ketua Umum IMM Fisip Unhas 1995-1997, kini bermukim di Wollongong, Australia

Exit mobile version