Seorang wanita tua setiap hari membawa 2 kendi ke sebuah telaga. Ia mengambil air dari telaga tersebut ke rumahnya dengan kedua kendi yang dibawanya. Sayangnya, salah satu kendi tersebut ada yang bocor sehingga sesampainya di rumah, kendi bocor tersebut hanya berisi air setengah kendi. Tumpahan kebocorannya tercecer di jalan yang dilalui oleh wanita tua itu. Sedangkan kendi yang utuh dapat membawa air telaga secara penuh ke bak air rumah wanita tua. Hal itu terus terjadi selama 2 tahun.
Kendi yang utuh membanggakan diri di depan kendi yang bocor, “Aku selalu berhasil membawa air telaga secara utuh ke rumah majikan kita… sedangkan kamu.. hanya bisa membawa setengahnya saja.. huh.” Kendi yang bocor hanya bisa menunduk… memelas.. dan berkata kepada majikannya, “Maafkan aku duhai majikanku… aku tidak mampu membawa air secara utuh karena ada keretakan pada badanku… aku malu kepadamu karena tidak pernah bermanfaat.”
Dengan tenang dan senyuman di wajah, wanita tua itu berkata kepada kendi yang bocor, “Apa yang kau katakan itu… mari aku ajak kalian berdua ke jalan yang selama 2 tahun ini kita lewati!” Maka berjalanlah wanita tua itu sambil menjinjing kedua kendinya. Ia pun berkata, “Lihatlah… karena keretakan dan kebocoranmu maka air yang tercecer itu membasahi dan mengairi tanaman-tanaman bunga yang kita lewati… lihatlah indahnya bunga-bunga yang bermekaran itu… itu semua karena keretakan pada badan kendimu.” Ucapan wanita tua itu membuat kendi yang bocor tadi tersenyum. Bahkan wanita tua itu memetik bunga-bunga hasil siraman yang tak disadari oleh kendi bocor tersebut.
Ya… keretakan pada kendi bocor itu adalah ibarat kelemahan manusia. Tentunya setiap kita sebagai manusia mempunyai kelemahan atau keterbatasan. Namun keterbatasan kendi yang bocor tersebut justru memberikan manfaat bagi yang lain. Begitu pula, mungkin kita memandang diri kita yang lemah, belum bisa memberikan manfaat kepada orang lain. Akan tetapi kita hanya belum tahu saja bahwa kelemahan kita justru dapat memberikan manfaat kepada orang lain.
Sebagai contoh, mungkin kita tidak mempunyai uang untuk menolong orang lain namun kita bisa membantunya dengan tenaga dan pemikiran. Belum tentu orang yang kita persepsikan sempurna karena mempunyai harta mau menolong orang lain yang membutuhkan. Setiap kita adalah kendi yang bocor… tidak sempurna. Namun dari ketidaksempurnaan kita itu carilah sesuatu yang bisa bermanfaat untuk orang lain.
Wallahu a’lam bi shawab
Rubrik Motivasi hidup Islami dalam kehidupan karier profesional. Diasuh oleh Dr M G Bagus Kastolani, Psi, seorang psikolog dan kader Muhammadiyah
Tulisan ini pernah dimuat di Majalah SM Edisi 6 Tahun 2019