Khoshoishu Muhammadiyah, Catatan Penting dari Pesan Buya Yunahar Ilyas

Khoshoishu Muhammadiyah, Catatan Penting dari Pesan Buya Yunahar Ilyas

Prof Yunahar Ilyas menyampaikan pengajian di Masjid Besar Taipei, Taiwan

Oleh : Abu Bakar

Sewaktu kuliah di Jogjakarta, saya seringkali menyempatkan diri untuk hadir di kajian yang diisi oleh Buya Yunahar Ilyas. Ceramahnya datar tanpa ritme intonasi ala penceramah kenamaan yang ada di TV. Ceramahnya lebih sarat ilmu, saya terkadang sedih jika harus ketinggalan beberapa bagian dari yang disampaikannya. Di antara beberapa kajiannya, yang cukup membuat saya tersentuh adalah ceramahnya saat Baitul Arqom Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta. Waktu itu saya diminta untuk menjadi salah satu fasilitator Baitul Arqom. Dan di antara beberapa pengisinya adalah buya Yunahar Ilyas selaku ketua PP Muhammadiyah yang membidangi tabligh, tarjih dan tajdid. Beliau menyampaikan tentang Khoshoishu Muhammadiyah atau dalam bahasa Indonesianya keistemewaan-keistimewaan Muhammadiyah.

Professor Yunahar Ilyas atau yang kerap dipanggil Buya Yunahar di awal materi menyampaikan kepada para audiens; mengapa memilih Muhammadiyah?, mengapa bertahan di Muhammadiyah?, apa alasan anda menjadikan Muhammadiyah sebagai tempat untuk berdakwah?, Apa keistemewaan Muhammadiyah?, apa yang membedakan Muhammadiyah dari organisasi atau gerakan Islam lainnya?.Lalu beliau menyampaikan lima keistemewaan Muhammadiyah yang menurut beliau bisa dijadikan sandaran bagi kita mengama kita memilih Muhammadiyah dan mengapa kita bertahan di Muhammadiyah.

Yang pertama, Muhammadiyah adalah gerakan Islam purifikasi atau gerakan pemurnian. Muhammadiyah di saat berdirinya membebaskan masyarakat dari takhayul, bid’ah, churofat (TBC) yang ada pada saat itu. KH. Ahmad Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah terinspirasi dengan ulama besar Ibnu Taimiyah. KH. Ahmad Dahlan banyak melakukan dakwah mengajak masyarakat untuk hijrah dari takhayul, bid’ah dan churofat. Takhayul dan churofat merupakan sumber dari masalah aqidah umat Islam sedangkan bid’ah merupakan sumber masalah ibadah umat Islam.

Yang kedua, Muhammadiyah tidak bermazhab tetapi tidak anti mazhab. Muhammadiyah tidak ingin terjebak dalam masalah taqlid buta terhadap ulama-ulama mazhab dan menjadikan pendapat-pendapat mereka sebagai sandaran dalam mengambil hukum. Muhammadiyah bermanhaj tarjih, artinya Muhammadiyah berijtihad dalam mencari dalil yang paling rojih dalam menentukan satu hukum permasalahan. Bukanlah hal yang ditabu di Muhammadiyah, ketika dalam satu masalah mengambil pendapat satu mazhab dan di masalah lain mengambil mazhab lainnya. Contohya dalam masalah qunut shubuh Muhammadiyah mengambil pendapat mazhab Hanbali dan Maliki, tetapi dalam masalah duduk di takhiyat akhir pada sholat dua roka’at mengambil pendapat mazhab Syafi;i.

Yang ketiga. Muhammadiyah memiliki paham moderat (ummatan wasatha). Muhammadiyah tidak memihak pada kaim ibahiyah atau takfiriyah. Muhammadiyah tidak ibahiyah bermakna Muhammadiyah tidak mudah menghalalkan segala sesuatu. Contoh dalam masalah rokok Muhammadiyah mengambil beberapa dalil dalam Al qur’an maupun Assunnah serta meminta pandangan dari pakar kesehatan tentang bahaya rokok. Keputusan haram tentang masalah rokok tersebut membuktikan Muhammadiyah bukanlah tipe golongan Ibahiyah. Muhammadiyah juga tidak takfiriyah (mudah mengkafirkan) ataupun tabdi’iyah (mudah membid’ahkan). Dalam perkara seperti demokrasi, hukum Negara ataupun masalah lainnya Muhammadiyah berhati-hati dalam menentukan hukumnya.

Yang keempat, Muhammadiyah merupakan gerakan tajdid atau pembaharuan. Muhammadiyah terinspirasi dengan ulama pembaharu seperti Jamaluddin Al Afghani, Muhammad Abduh Dan Rasyid Ridha. KH. Ahmad Dahlan merupakan pelopor dalam memperbaiki arah kiblat berdasarkan ilmu pengetahuan. Sikap pembaharuan Muhammadiyah masih kuat sampai sekarang seperti dalam masalah penentuan waktu sholat, awal Ramadhan Dan awal Hari Raya.

Yang kelima Muhammadiyah adalah gerakan Amal usaha. Untuk khoshoishu yang kelima ini, Muhammadiyah telah membuktikan dirinya sebagai organisasi (Islam) terkaya di dunia. Dengan aset rumah sakit, sekolah, panti asuhan, hingga perguruan tinggi menjadi bukti bahwa gerakan Al-Maa’un ala KH. Ahmad Dahlan masih menjadi semangat anggota Muhammadiyah dalam mengembangkan amal usaha Muhammadiyah.

Saya sangat terkesan dengan penyampaian Buya Yunahar Ilyas saat itu. Tentunya tulisan ini sangat jauh dengan apa yang disampaikan beliau. Ulasan tersebut pernah saya sampaikan di kajian perdana saya di Radio Surya Formosa PCIM Taiwan dan juga saat diminta ayah saya untuk berceramah di hadapan jamaah pengajiannya.

Selamat jalan Buya Yunahar. Selamat jalan ulama Besar Muhammadiyah. Semoga nasihat-nasihatmu kepada kami menjadi saksi bahwa Buya adalah pewaris para nabi di hadapan penduduk akhirat.

Changhua, 3 Januari 2020

Abu Bakar, Alumni Madrasah Muallimin Muhammadiyah, Mahasiswa Doktoral di Dayeh University, Ketua Majelis Tabligh, Tarjih, Tajdid, dan Dakwah Khusus PCIM Taiwan

Exit mobile version