Yunahar Ilyas yang akrab disapa pak Yun merupakan sosok ulama karismatik dil ingkungan Persyarikatan Muhammadiyah. Berdedikasi dan memiliki semangat yang tinggi terhadap dakwah islam di tanah air. Bahkan dalam kondisi sakitpun beliau masih aktif berdakwah.
Pria kelahiran Bukit Tinggi, 22 September 1956 tersebut juga memiliki pandangan yang sangat luas terhadap segala dinamika kehidupan umat. Mengusai sekaligus memberikan solusi yang nyata terkait dengan masalah-masalah keumatan yang terjadi. Dengan penuh rasa tawadu’ ia menyampaikan dakwah kepada semua kalangan tanpa pandang bulu. Selalu menyerukan islam sebagai agama yang mencerahkan dimanapun dan kapanpun.
Pengasuh Pondok Pesantren Budi Mulia Yayasan Shalahuddin Yogyakarta (1990) tersebut memiliki landasan yang sangat kuat dalam berislam. Menurutnya, agama merupakan jalan bagi manusia untuk mencapai segala aspek kehidupan baik di dunia maupun di akhirat. Segala hal yang manusia ingin capai ada pada islam. Karena Islam adalah jalan hidup untuk meraih kebahagian yang hakiki.
Selain sebagai dosen tetap di Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ia juga merupakan seorang penulis yang sangat produktif. Menyampaikan gagasan dan pemikirannnya dalam bentuk tulisan yang renyah dan mudah dipahami khususnya dalam hal keislaman. Adapun buku-buku yang ia tulis adalah Feminisme dalam Kajian Tafsir al-Qur’an Klasik dan Kontenporer (1997), Kuliah Aqidah Islam (1998), Kuliah Akhlaq (2000), Kesetaraan Gender dalam al-Qur’an (2006), dan Tipologi Manusia Menurut al-Qur’an (2007).
Dalam beberapa tulisannya, ia juga menuangkan kisah-kisah sejarah yang dapat kita ambil hikmahnya. Diantaranya adalah kisah-kisah sejarah para nabi dan rasul, khususnya nabi akhir zaman, Muhammad saw yang penuh dengan keteladanan dan memiliki budi pekerti yang mulia. Kisah yang ia tulis juga sangat lengkap dan terperinci. Mulai Nabi lahir hingga wafatnya, semua ditulisnya secara terstruktur dan enak dibaca.
Sepenggal cuplikan kisah Nabi Muhammad saw ketika masuk ke kota Madinah yang ia tulis di Majalah suara Muhammadiyah edisi 14 bulan Juli 2019 yang dapat kita ambil hikmah dan pelajaran.
Saat Nabi dan para sahabat berhijrah “Sesampainya Nabi di Kota Madinah orang-orang Anshar berebut mengajak Nabi singgah di rumah mereka dan syukur jika Nabi mau memilih rumah mereka sebagai tempat menginap, tapi Nabi mengatakan biarkan unta ini berjalan dan dia diperintah di mana untuk berhenti. Sampai di lokasi Masjid Nabawi sekarang ini unta itu menderum, kemudian berdiri lagi dan berjalan sebentar tetapi kemudian menderum lagi di tempat semula. Rasullulah turun dari punggungnya. Orang-orang berebut mempersilahkan Nabi singgah di rumah mereka. Abu Ayub Al Anshari bergegas mengambil perbekalan beliau lalu memasukkannya ke rumahnya. Maka Nabi Bersabda: “Seseorang akan mengikuti di mana perbekalannya berada, berarti Nabi akan menginap di rumah Abu Ayub Al Anshari.”(iko)