Buya Yunahar di Mata Sang Putra

Banyak yang tidak tahu sisi Buya Yun sebagai seorang ayah yang tauladan. Bagaimana kegiatan dan  keseharian beliau, tentu dari keluarga terdekatnya Buya Yun. Sosok Buya Yun dimata sang buah hatinya Muhammad Hasnan Nahar, beliau merupakan sosok figur yang patut dicontoh.

Buya Yunahar meninggalkan istri tercinta Liswarni Syahrial dan empat orang anak, yang pertama Syamila Azhariya Nahar yang telah mendahului meninggal ketika menjadi siswi di Muallimat Muhammadiyah, Faiza Husnayeni Nahar, Muhammad Hasnan Nahar, dan Ihda Rufaida Nahar.

Dalam rutinitasnya sebagai seorang ayah, Buya sangat jarang menyuruh bahkan memerintah kepada sang anak. Biasanya, dalam mendidik anak sedari kecil, Buya biasa mencontohkan terlebih dahulu kemudian anaknya mengikuti. Buya sangat jarang meminta anaknya untuk belajar, atau  nulis, atau shalat di masjid.  Namun, Buya langsung mencontohkan dan mempraktekkan, secara tidak langsung Buya mengajak anak-anak untuk belajar.

“Beliau nyontohin baca buku kan, terus duduk di kursi tengah situ di ruang TV. Ya dulu kan waktu kecil atau remaja kita gak paham, jadi ya kita biarin aja Buya baca buku. Tapi setelah kuliah gitu, kita sadar oh ternyata Buya gak pernah nyuruh kita ayo belajar, ayo nulis, tapi Buya nyontohin kita buat belajar, baca buku, nulis dan sebagainya,” ujar Hasnan putra Buya Yun di kediamannya pagi ini.

Buya termasuk kriteria orang tua yang memberikan kebebasan dan kepercayaan kepada anak-anaknya untuk menentukan masa depannya  masing-masing. Baik itu studinya, kehidupan sehari-harinya dan lainnya. Meskipun Buya dari background agama, Buya tetap mempercayakan kepada anaknya untuk menentukan pilihan.

“Ada satu kesan dari didikan Buya, biasanya kalau mau ngisi pengajian aku diajak. Ada dulu  ketika masih SD, Buya selalu ngajak Jum’atan.  Kalau Jum’at biasanya Buya ngisi khutbah. Ketika itu aku masih kecil ya, aku pernah ketiduran di sajadah sampai Jum’atan selesai,” ujarnya berkisah.

Hasnan juga mengatakan bahwa Buya dan Umi adalah orangtua yang jarang marah bahkan tidak pernah. Ia memberikan indikator bahwa ketika flashback masa lalu, membayangkan kapan Buya marah, tidak ada memori terkait muka marah, kata-kata marah dari Buya dan Umi.

Dalam menjalani aktivitas sehari-harinya, biasanya kalau pagi Buya mengisi kajian di PP Cikditiro yaitu Kajian Tafsir juga kajian di Budi Mulia. Setelah itu, Buya menjalani aktivitas sebagai seorang dosen yaitu mengajar ke kampus UAD. Biasanya pada setiap hari Selasa, Buya pergi ke Jakarta untuk rapat senat MUI. Di tengah aktivitas rutin, Buya sangat suka sarapan nasi goreng dengan telur dadar ala padang (terlur yang dicampur dengan bawang dan juga cabai).

Kalau dalam perbedaan pendapat, biasanya Buya lebih mendengarkan dan argumentatif. Ketika seseorang memutuskan sesuatu hanya dari satu sudut pandang, berbeda dengan Buya. Biasanya Buya mempertimbangkan dari fenomena, akar masalah, lalu cara menyikapinya dan setelah itu Buya menjelaskan dari segala sudut pandang. Hasnan berkata, “Ya setelah Buya menjelaskan itu baru aku ngikutnya ke Buya. Kalau aku kan biasanya memutuskan dalam satu sudut pandang aja.”

“Harapan Buya bisa nulis jurnal bareng belum kesampaian, Buya ngajak nulis bareng nanti nama pertamanya Hasnan setelah itu Buya. Terus Buya pengen aku nulis buku. Kemarin udah presentasi sama Buya untuk nulis hadis-hadis kebangsaan. Udah buat proposalnya juga udah buat kerangka sama sub-bab-sub-babnya juga. Tapi belum tereksekusi,” ungkap Hasnan.

Harapan putera buya Yun, semoga bisa meneruskan jejak buya dan merealisasikan keinginan-keinginan buya yang belum kesampain khususnya kepada puteranya. Mendedikasikan diri untuk umat dan menjadi orang yang tawadu’ dalam segala tingkah lakunya serta ahlaknya yang mulia menyinari jalan kehidupannya dan bermanfaat bagi umat.(rahel)

Exit mobile version